[LUCY]
Meski ini sebuah undangan, kami tetap waspada dengan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi pada kami. Karena, tempat ini bisa dibilang markas besar atau komando pusat dari orang-orang yang pernah berurusan dengan kami. Tapi, untuk saat ini kami tidak boleh menaruh curiga pada mereka. Aku yakin, mereka bukan orang-orang atau oknum yang jahat seperti si Kakek Tua itu.
"Permisi!"
"Siapa?"
"Sarah, Pak. Saya sudah membawa dua orang dari lima orang yang Anda undang."
"Masuk."
Sarah membuka pintu ruangan tersebut, lalu kami masuk setelahnya.
"Ini mereka, Pak. Tuan Lucy dan Tuan Zata."
"Ah, kau tidak perlu memanggil kami seperti itu. Aku tidak biasa dengan panggilan tersebut."
"Ahhahaha. Kalian memang unik. Kalian ini tamuku, sudah seharusnya diperlakukan seperti itu. Tidak perlu merasa tidak enak."
Beliau berdiri dan mempersilakan kami untuk duduk.
"Silakan duduk."
"Terima kasih."
"Sarah."
"Siap, Pak."
"Tolong siapkan mereka minuman. Kalian mau apa?"