"Sembuhkan?!"
Masih dengan tatapan mata yang tak percaya, Amelia berusaha untuk memutar otaknya dan memahami apa yang baru saja dikatakan oleh pria yang ada di hadapannya.
"Aku bukan Dokter! Aku tidak bisa menyembuhkan siapapun!"
Dengan tatapan datar, Aiden—pria tampan yang saat itu sedang berbicara dengan Amelia melihat ke arah lain, kemudian mengembalikan tatapannya kembali pada Amelia.
"Kau ... Hanya kau yang bisa menyembuhkan penyakit ini!"
"Hah!?" Saat itu Amelia benar-benar bingung.
Wanita cantik yang sama sekali tidak pernah berbicara dengan pria itu sebelumnya, ya itu mungkin saja sudah gila karena terlalu kaya.
Amelia pun kembali melihat naik turun pria dengan ekspresi datar yang masih berada di hadapannya. "K-kau sudah gila?" Kemudian dia pun melihat sekelilingnya berusaha untuk mendapatkan tempat untuk melarikan diri saat itu. "Aha, aku rasa ... Sebaiknya aku pulang! Aku akan-" sontak dengan pergerakan Amelia yang hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba saja Aiden pun mengungkapkan seluruh biodata diri Amelia di hadapannya.
"Amelia Casey. 21 tahun. Orang tuanya telah meninggal dunia dan hanya meninggalkan hutang yang banyak. Selama ini menjadi model yang sama sekali tak pernah dilirik oleh agensi besar, dan hanya mendapatkan pemasukan yang cukup untuk makan sehari-hari saja." Berat tampan itu kemudian melangkahkan kakinya mendekati Amelia, dan pada saat yang sama Amelia pun melangkah terus ke belakang untuk menjauhinya sambil mendengarkan kicauan dari Aiden yang entah dia mengetahui seluk beluk kehidupan pribadi Amelia dari mana.
"... Satu-satunya model yang penuh dengan kontroversi dan juga skandal perebut suami orang, yang pada akhirnya hanya membuat dirinya pun terpajang di majalah sebagai pelakor. Apakah, yang aku katakan ini benar Nona Amelia? Aku juga mengetahui bahwa sekarang kau datang ke sini hanya untuk menggodaku karena aku kaya raya, bukan? Maka ... Bukankah sebaiknya kita melakukan hubungan saling menguntungkan di antara kita berdua?"
Deg!
Semua yang dikatakan oleh Aiden itu memnag benar. Bahkan Amelia sama sekali tak bisa mengelak sedikitpun apa yang dikatakan oleh pria itu, dan hanya bisa menggenggam kedua telapak tangannya sambil menggerakkan giginya karena semuanya itu benar.
Kehidupannya yang benar-benar miris dan juga sangat membosankan itu membuatnya merasa sangat malu. Apalagi semua hutang dan juga gosip-gosip murahan yang ditimpakan kepadanya karena agensinya itu, diketahui oleh pria yang pada pertama kali berjumpa dengannya sudah Amelia jadikan musuh bebuyutan karena sikapnya yang sombong dan angkuh.
"Bagaimana? Apakah kau tertarik bertukar denganku? Tentu saja keuntungan yang akan kau dapatkan itu tidak main-main, karena kau berurusan denganku—Aiden Rhivano." Jelasnya sekali lagi, yang membuat Amelia kembali berpikir di dalam hatinya apakah dia harus menerima tawaran dari pria gila itu ataukah tidak.
"Bagaimana ini? Apakah aku harus menerima tawaran gila dari pria sombong ini? Akan tetapi jika aku tidak menerima tawaran darinya, maka untuk bulan depan aku sama sekali tidak bisa menghidupi diriku sendiri dan juga tidak bisa membayar hutang-hutang yang ditinggalkan oleh kedua orang tuaku. Bagaimana ini?" Wanita cantik itu kemudian tenggelam di dalam pikirannya sendiri sambil menggigit bibirnya hingga sedikit berdarah.
Aiden yang cinta kebersihan, tiba-tiba saja langsung melangkahkan kakinya dan mengangkat sapu tangan yang ada di dalam saku kemudian mengusap lembut bibir Amelia.
"Nona! Memang hidup ini sangat susah. Akan tetapi aku tidak akan pernah membiarkan ada orang di hadapanku menyakiti dirinya sendiri. Paham?" Tegas pria tampan itu yang masih dalam keadaan membuat Amelia terpana dengan wajah tampannya yang sedang mengusap bibir Amelia yang berdarah.
Deg!
Sambil menatap wajah tampan Aiden, wanita cantik itu kembali berpikir dengan matanya yang terbuka lebar.
Iblis merah dihatinya berkata. "Oh astaga! Amelia kau harus memikirkan hal ini baik-baik. Kalau kau menolak apa yang ditawarkan oleh pria tampan ini pasti kau akan menyesal seumur hidup. Pria ini memang sangat tampan dan juga kaya raya, bahkan jika dia menginginkannya maka dia pasti akan membayar seluruh hutang yang kau miliki Dan juga bunga-bunganya. Atau ... Mungkin saja tidak hanya bunga dan juga hutang-hutang yang kau miliki akan tetapi dia juga bisa membeli orang-orang yang telah membuatmu menderita. Jadi, pikirkanlah baik-baik di dalam hatimu. Pikirkanlah! Buat pria ini menaruh simpati padamu kemudian dia akan memberikan apapun yang kau inginkan."
Tiba-tiba di lain sisi, malaikat putih pun turut memberikan pendapatnya dalam pikiran Amelia. "Tidak Amelia! Pria itu sudah menginjak-injak harga dirimu begitu saja. Lagi pula kau sama sekali tidak mengetahui apa yang pria itu ingin lakukan nanti. Bagaimana kalau pria itu memaksamu untuk memenuhi apapun yang ia mau? Apakah kau akan merasa bahagia berada di sisinya dan menjadi budaknya seumur hidup? Hiduplah tenang Amelia!"
Iblis itu pun mendorong malaikat putih yang ada di kepala Amelia. "Bodoh! Walaupun menjadi bapak akan tetapi dia menjadi babu dari pria tampan dan juga kaya raya. Kau sama sekali tak bisa berpikir dengan logis Malaikat putih. Pantas saja kau sampai sekarang masih jomblo! Coba kau lihat kembali wajah pria tampan itu. Apakah kau tak ngiler?"
Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh iblis merah itu, malaikat putih kemudian menatap dalam-dalam wajah Aiden sampai salivanya tumpah di lantai. "Slurp! Astaga!"
"Ih, jorok! Bagaimana? Menang banyak, bukan?"
"Ya, aku rasa kita bisa melakukan ini. Baiklah! Ayo kita jadi babu pria tampan yang jaya raya ini!"
"Nona? Nona? Nona!!!"
Tak!
Aiden pun menjentikkan jarinya pada dahi Amelia, karena wanita itu sama sekali tidak menjawab apa yang Aiden katakan.
"Hey!" Teriaknya sekali lagi yang sontak langsung mengagetkan wanita itu.
"Ah, apa?! Oh astaga! Maafkan aku! Aku sama sekali tidak mendengar apa yang kau katakan."
"Jadi? Bagaimana? Apakah kau menerima apa yang aku tawarkan tadi atau tidak?" Aiden yang tadinya sedang berdiri di hadapan Amelia kemudian langsung duduk di atas kasur.
Amelia pun menelan salivanya, kemudian meneguhkan hatinya sambil menggenggam kedua telapak tangannya. "Ya, lakukan Amelia! Kau pasti bisa!"
"Jadi?"
Amelia pun menarik nafasnya kemudian menghembuskannya beberapa kali, sebelum menjawab pertanyaan dari pria tampan yang sedang duduk di atas kasur itu, dengan terbata-bata. "Ya, a-aku ... Aku akan melakukan apa yang kau inginkan."
Mendengar jawaban dari Amelia sontak membuat Tuan muda tampan itu tersenyum.
"Baiklah. Mulai sekarang, mohon bantuannya, Amelia Casey," kata Aiden dengan senyuman yang membuat Amelia terpana saat menatapnya.
"Astaga naga! A-aku ... Aku rasa mungkin aku akan menyukai pekerjaan baru ini," ujar wanita cantik itu di dalam hatinya.
Deg!
Mulai hari itu, Amelia tak pernah menyadari bahwa kehidupannya akan sangat berwarna.