Yervant yang melihat gerak gerik kakaknya itu tidak mampu lagi berpikir positif.
"Kak, jangan bercanda!" Kata Yervant seketika panik saat ia tidak mendapatkan keberadaan Gray.
"Diamlah!" Kata Gavin tidak kalah paniknya dengan Yervant saat ia tidak mendapatkan Gray.
Bodoh!
Satu kata yang bisa didefinisikan untuk otak mereka yang jenius itu.
"Aku akan mencarinya ke sana." Kata Gavin menunjuk ke arah kanan. "Kau cari dia ke sebelah sana." Lanjutnya menunjuk ke arah kirinya.
Yervant menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti dan ia paham kalau kakaknya itu kehilangan Gray. Ia juga panik, ia masih sayang nyawa.
Lais bersaudara itu pun akhirnya berlari ke arah dimana Gavin menunjuk arah kemana mereka harus mencari Gray.
Sementara orang yang dicari sedang berjongkok di suatu lorong yang begitu sepi bahkan hanya beberapa orang yang melewati tempat itu. Ia sendiri tidak tahu tempat apa itu. Ia hanya dapat melihat ada tangga di sebelah kirinya. Seperti tangga darurat.
"Vinvin." Lirihnya mengeratkan pelukannya terhadap boneka yang baru saja ia dapatkan dari Gavin.
Ia sangat ketakutan ditambah tadi ia melihat ada beberapa orang yang berpakaian hitam menggunakan kacamata hitam mengikutinya sedari tadi.
TAP!
TAP!
TAP?
Seketika tubuh Gray bergetar hebat saat mendengar suara langkah kaki yang bunyinya dihasilkan oleh sepatu yang menurutnya itu adalah orang yang sama dengan orang yang mengikutinya sedari tadi. Ia sangat mengenal bagaimana langkah kaki orang-orang yang mengikutinya tadi.
Pendengarannya itu tajam. Daya ingatnya juga tidak bisa dianggap remeh ya walaupun kadang ia terlihat seperti orang yang kurang pintar, tapi kepintarannya juga tidak bisa diremehkan.
"Vin--"
TAP!
TAP!
TAP!
Gray sangat yakin kalau itu orang yang sama dan langkah kaki itu semakin lama semakin mendekat ke arahnya membuatnya semakin panik dan akibatnya nafasnya mulai terasa berat.
Ia memberanikan diri untuk berdiri dan beranjak dari sana. Melangkahkan kakinya secepat mungkin untuk menghindari dan menjauh dari orang aneh yang terus menerus mengikutinya sedari tadi sejak Gavin meninggalkan dirinya sendirian di tempat yang ia ketahui bernama mall itu.
Gray berdoa dalam hati berharap ia bisa bertemu dengan Gavin dan Yervant, kakak beradik yang membawanya ke tempat aneh ini.
Kalian pasti berpikir orang yang mengikuti Gray itu siapa bukan? Kalau kalian ingin tahu itu siapa, aku akan memberitahukan kalian kalau itu adalah orang yang bisa kita katakan orang misterius.
Hahaha...
Bercanda.
Aku juga tidak tahu itu siapa, mungkin itu penggemarnya Gray.
Tidak, jangan dianggap serius.
Baiklah kita kembali pada topik.
Gray terus berjalan, melangkahkan kakinya dengan cepat seraya melihat ke sekelilingnya untuk mencari keberadaan Gavin dan Yervant.
Sementara orang yang melihat kepanikan Gray hanya diam saja karena mereka tidak bisa berbuat apapun kalau sudah ada yang tidak beres dengan salah satu anggota keluarga raja bisnis itu. Mereka bukannya tidak mau bantu, mereka hanya takut kalau membantu itu akan berdampak pada kehidupan mereka sendiri bahkan kehidupan keluarga mereka.
Mereka juga tahu, semua anggota keluarga raja bisnis itu bisa membela dan menjaga diri merek sendiri dari ancaman seperti ini. Dimana mereka tidak tahu kalau tidak semua anggota raja bisnis dapat melindungi diri mereka sendiri, sebagai contohnya itu Gray.
Gray, orang yang hanya tahu kalau orang tuanya itu kaya. Memiliki banyak uang. Ia tidak tahu kalau keluarganya itu sangat terpandang bahkan diberi julukan sebagai raja bisnis. Ia tidak paham soal begituan karema ia tidak pernah dekat dengan keluarganya bahkan kedua orang tuanya. Dia juga tidak dibekali bela diri atau penjaga khusus untuk melindungi dirinya.
Ya wajar aja orang tuanya tidak memberi orang sebagai pelindung anaknya atau mengajarkan anaknya bela diri, secara tidak ada seorangpun yang tahu tentang keberadaan Gray. Semua orang hanya tahu kalau keluarga Fritz yang satu ini hanya memiliki satu orang putra saja. Seorang putra yang akan meneruskan segala sesuatu yang sudah dibangun oleh orang tuanya itu.
Seorang putra yang sangat dijaga dan diberi bekal bela diri untuk melindungi dirinya sendiri.
Sungguh menyedihkan melihat perilaku yang berbeda antara kakak beradik yang satu ini.
Tidak mendapatkan kasih sayang dan mendapatkan kasih sayang.
Tidak mendapatkan perlindungan dan mendapatkan perlindungan.
Tidak mendapatkan tempat mengadu dan mendapatkan tempat mengadu.
Mungkin masih banyak lagi.
Bukankah itu sangat terlihat jelas kalau perbuatan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka itu tidak benar? Dimana keadilan bagi kedua anak mereka?
Hei, mereka itu anak kalian. Darah daging kalian, bukan anak orang lain. Sungguh sanggup sekali mereka memperlakukan anak mereka seperti itu. Memberikan perilaku yang berbeda dimana perilaku tersebut mampu membuat anak yang satunya merasa sakit yang begitu dalam tergantung pada perasaan anak yang telah mereka sakiti.
"Vinvin!" Panggil Gray bahagia saat melihat keberadaan Gavin yang berdiri di depan sana, tidak jauh dari tempat ia berdiri.
Gray berlari ke arah Gavin dan setelah itu, ia langsung memeluk Gavin erat. Jangan lupakan boneka aneh yang ikut dipeluk Gray.
Boneka aneh itu ada karena pemikiran Gavin terhadap bentuk boneka tersebut.
Gavin yang tadinya tidak mendengar panggilan Gray dan mendapat pelukan dari Gray secara tiba-tiba itu langsung mendorong tubuh Gray karena ia terkejut. Perlakuan tiba-tiba seperti itu membuatnya teringat akan suatu kejadian dimana ia diserang oleh orang yang tidak dikenal secara tiba-tiba saat mereka sedang berada di sebuah pesta.
Gray yang mendapat dorongan tersebut limbung seketika karena terkejut serta tidak menyiapkan diri saat mendapatkan perlakuan seperti itu.
"Hiks.." Ya, Gray menangis.
Gavin melebarkan matanya saat menyadari apa yang sudah ia lakukan dan menyadari siapa yang baru saja ia dorong hingga terjatuh dan membuat pantat orang tersebut mencium marmer dingin itu.
Bukannya cengeng, tapi dia memang cengeng.
Huft!
Gray yang memang sedari tadi sudah menangis ketakutan itu semakin ketakutan. Pikirannya melayang pada kejadian sebelumnya dimana Gavin marah kepadanya.
Gray berdiri, masih memegang boneka anehnya yang berwarna pink itu. Menundukkan kepalanya dan memegang ujung baju Gavin. Ia dapat merasakan orang asing yang sedari tadi mengikutinya sedang berada di sekitarnya. Ia tidak tahu dimana orang itu, tapi ia tahu orang itu ada di sekitarnya.
"P-pulang." Katanya memberanikan diri.
Gavin masih diam mematung tidak percaya memandang bagaimana keadaan Gray saat ini sampai dimana ia mendengar sesuatu yang menurutnya itu adalah hal yang tidak baik. Suatu yang berbahaya sedang mengincar mereka.
Tidak, Gavin tidak tahu pasti siapa yang sedang diincar. Dia, Gray, atau--
Tunggu dulu! Ia melupakan adiknya! Kalau memang saat ini ada sesuatu yang berbahaya sedang mengincar dirinya, pasti adiknya juga dalam keadaan yang sama dengan dirinya.
Ia harus mencari keberadaan adiknya segera kalau tidak ingin terjadi sesuatu pada adiknya itu.