Descargar la aplicación
14.19% Live With my CEO / Chapter 22: Setuju

Capítulo 22: Setuju

        "Eeeh? Kalau nanti kita menikah bagaimana? Saya gak mau nikah sama Pak Dika," tolak Mira tidak mau menerima tawaran tersebut. Ia takut terjebak pada perjanjian tersebut dan malah membuat masalah pada dirinya sendiri, sebisa apa pun dirinya tidak boleh berhubungan apa pun dengan pria di hadapannya ini.

        Mendengar  penolakan tersebut membuat Dika terkejut. padahal ini menyangkut masa depan keduanya, tapi kenapa gadis itu tidak mau menerima kerja samanya? Apakah dia tidak mengerti maksud dari penawarannya itu? Ia akan menjelaskan kembali rencananya namun gadis itu tetap menolaknya. Kenapa dia gak mau terima tawaran gue? kalau begini kan susah jadinya, batin pria itu di dalam hati.

        Mira menjauhkan piringnya yang sudah kosong, gadis itu sudah selesai makan dan ingin pulang. Tapi Dika tidak mengijinkannya karena makanan miliknya belum habis.

        "Pak Dika lama banget sih makannya, saya udah capek nih mau istirahat," kesal Mira.

        "Dari tadi kan kita ngomong terus mana sempat saya masukin makanan ke mulut?"

        "Lagian, Pak Adnan lama sih makannya. Ngobrol sambil makan kan bisa."

        "Heh, anak kecil. Berani-beraninya kamu ngeledek saya, pokoknya kamu jangan pulang sebelum saya selesai makan," omel pria itu.

        "Ih, siapa juga yang mau nungguin Pak Dika? Pake ngelarang-larang saya buat pulang lagi, memangnya Pak Dika itu siapa ngelarang-larang saya?" tanya gadis itu tidak takut dengan ancaman Dika. Gadis itu dari dulu memang pemberani dan sering melawannya.

        "Kamu ini ya, saya bakalan—" belum sempat Dika menyelesaikan kalimatnya, gadi itu memotongnya. Sepertinya Mira tahu apa yang akan ia katakana karena ucapan gadis itu sungguh di luar dugaan Dika, pria itu membuka kedua matanya lebar-lebar mendengar apa yang dikatakan oleh gadis tersebut.

        "Kenapa? Pak Adnan mau potong gaji saya? Potong aja, biar saya nanti bilang sama teman-teman saya di perusahaan kalau Pak Dika itu adalah atasan yang gak professional," ucap Lala kembali mengancam pria itu. senyum kemenangan terukir di bibirnya karena ia tahu Dika tidak akan bisa berbuat apa-apa setelah mendengar kalimatnya. "Lagian saya bisa pulang sendirian tanpa Pak Dika."

        Lala bangkit dari tempat duduknya kemudian melangkahkan kakinya keluar restoran, melihat itu Dika pun tidak bisa membiarkannya. Ibunya yang mengetahui dirinya tidak mengantarkan gadis itu pulang ke rumahnya pasti akan marah, pria itu menghela napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan menahan emosinya. Ia pun turut berdiri dan menyusul gadis itu sampai-sampai meninggalkan makanannya yang baru setengah ia makan.

        "Mira, Mira tunggu saya," ucap Dika berlari menyusul gadis itu.

        Mira tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh pria itu.

        Gadis it uterus jelan dan tidak memedulikan panggilan pria itu.

        Dika pun menahan lengan gadis itu agar tidak lari darinya. "Tunggu, saya antar kamu pulang," ucap pria itu.

        "Pak Dika kan belum habisin makanan Pak Dika?" kata Mira berusaha mengatakan secara tidak langsung kalau dirinya tidak ingin pulang bersama dengan pria itu. gadis itu malah membahas makanan yang belum dihabiskan oleh Dika.

        "Udah, saya bisa makan di rumah," kata pria itu tidak memedulikan apa yang dikatakan oleh Mira. Bagaimana pun juga yang penting ia harus bisa pulang dengan gadis ini dulu. Kalau tidak, Ibunya bisa marah dan menganggapnya tidak menyukai gadis ini. dengan begitu sudah jelas wanita tersebut akan mencarikan wanita lain untuk berkencan buta dengannya.

        Dika tidak mau hal itu terjadi, hampir puluhan gadis ia tolak katena dirinya memang tidak menyukai mereka, lagian pria itu juga ingin fokus pada pekerjaannya dan tidak terlalu memikirkan masalah percintaan. Ia takut hal seperti itu akan merusak karirnya dan dirinya tidak akan memaafkan siapa saja yang berusaha menghancurkannya. Oleh karena itu ketika ia bertemu dengan gadis yang tidak tertarik padanya Dika  berusaha untuk mengajak kerja sama dengan gadis tersebut untuk menjalankan kepura-puraan dalam menerima perjodohan mereka karena ia tahu kalau tidak akan cinta di antara mereka.

****

        Dika membelokkan kendaraannya ke arah kanan, kendaraan roda empat itu memasuki pekarangan rumah Mira.

        Setelah sampai Mira melepas sabuk pengamannya kemudian turun dari mobil Dika. Ia heran kenapa pria itu tidak turut turun dari kendaraannya. "Pak Dika gak turun?" tanya gadis itu menanyakan kenapa pria tersebut masih berada di tempat duduknya.

        "Saya mau langsung pulang, kamu masuk aja ke dalam rumah," jawab Dika.

        Mendengar itu Mira pun mengangguk pelan. "Kalau gitu hati-hati di jalan," katanya.

        Dika menganguki apa yang diucapkan gadis itu kemudian menutup kaca jendelanya.

        Dika segera mengendarai mobilnya kembali untuk pulang, Lala melambaikan tangannya pada pria itu sebagai tanda perpisahan.

       Di dalam hatinya, ia bernapas lega karena laki-laki itu akhirnya pergi juga. Kalau berlama-lama sama Pak Dika bia gila gue, ucap Mira dalam hati. setelah mobil Dika menjauh Ibu Mira datang dan melihat apa yang dilakukan oleh anaknya.

        "Itu bukanya mobil Dika?" tanya Ibu Mira pada anaknya. Mira mengangguk mengiyakan pertanyaan wanita itu dan seketika saja dirinya mendapatkan sebuah jitakan di kepalanya. "Kenapa kamu gak suruh dia mampir dulu sebentar? Malah dibiarin pergi gitu aja, calon istri macam apa sih kamu ini?!"

        "Iih, Mama apaan sih? Jangan pikiran negative begitu sama anak, aku tuh udah ajakin dia buat mampir dulu tapi dianya gak mau. Katanya mau langsung pulang aja," kata Mira membela diri. Ia mengatakan pada Ibunya bahwa dirinya sudah menawarkan pria itu untuk mampir sebentar namun Dika menolaknya. Jadi, itu bukan salah dia dong?


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C22
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión