Sembari menunggu pembayaran yang masih mengantre, Marsha melihat-lihat aneka perlengkapan bayi. Matanya begitu tertarik melihat stroller bayi berwarna dominan hitam dan aksen ungu. Ia membayangkan kapan ia bisa memiliki bayi yang bisa ia letakkan di dalama stroller dan mendorongnya saat jalan-jalan seperti ini.
"Huuuhh." Marsha mendesah membuang napasnya kasar. Mengingat hal itu kembali membuatnya sedih. Namun ia tentu saja tak bisa seperti ini terus. Meski pikirannya selalu ingin berpikir positif namun kenyataannya batinnya selalu saja membawanya untuk berpikir negatif. Rasa takutnya akan penyakitnya membuatnya selalu berpikir jika ia pasti akan sulit untuk memiliki keturunan.
"Sayang ayo..!!" Dirga datang menepuk bahu Marsha dan membuyarkan lamunan perempuan itu. Marsha yang kaget baru menyadari jika kini kasir sudah sepi hingga mereka segera bisa membayar pakaian dan beberapa jenis mainan untuk Sandrina.