Ketua Biksu Hui menyadari bahwa kedua orang yang berdiri di depannya itu tidak mau menyelesaikan urusan begitu saja. Dia pun mengerti bahwa mereka merupakan orang-orang yang suka mendendam.
Karena itulah, secara terpaksa, dirinya harus melayani apa yang mereka mau. Hal itu mempunyai maksud agar keduanya tidak bertindak lebih jauh lagi.
Sementara itu, si Tengkorak Hitam yang kini sudah mendapat posisi tiba-tiba tertawa lantang. Setelah merasa puas, ia segera berseru kembali.
"Hahaha, ternyata kau juga sangat sombong, biksu tua. Kau pikir dirimu mampu menghadapi kemampuan kami berdua? Hemm, jangan terlalu banyak bermimpi," katanya sambil tersenyum mengejek.
"Buddha bersamaku. Mana mungkin aku takut kepada kalian? Masalah tandingan atau bukan, hal itu bisa dibuktikan setelah terjadinya pertarungan,"
Ketua Biksu Hui masih bicara dengan tenang dan santai. Meskipun kedua lawannya sudah emosi, namun ia malah sebaliknya.