Descargar la aplicación
10.52% lama-lama juga cinta / Chapter 20: clara.pov

Capítulo 20: clara.pov

"dave, kok udah bangun" ucapku begitu aku terbangun di pagi hari, tidak biasanya dia bangun lebih awal dariku, apalagi dengan berpakaian rapi seperti ini.

"aku mulai masuk kerja lagi hari ini" jawab dave. walaupun keberadaannya selama dia libur tidak terlalu berpengaruh padaku, tapi sepertinya akan ada yang kurang kalau dia tidak ada. tidak ada teman makan siang, tidak mendengar teriakannya memanggil pelayan atau sekedar bentakannya padaku. eh, ini bukan tanda-tanda aku seorang masokis kan? kuharap tidak.

aku bangkit dari ranjangku dan mendekati dave, merebut dasi dave dari tangannya dan memakaikan padanya. dave tidak menolak, dapat kurasakan tatapan matanya yang menghujamku, aku tidak berani mendongak menatapnya, apa dia marah karena aku membantunya?

"perhatian juga ya kamu" ucap dave. sialan.

"siapa yang perhatian? aku cuma berusaha jadi istri yang baik, jangan kepedean!"

sret, kukencangkan dasi dave hingga ia tercekik. lalu aku berlari menjauh.

"hei! kamu niat bunuh aku ya?!" seru dave.

aku terkikik geli, tampangnya benar-benar lucu.

"ups, sorry, sengaja!" balasku lalu aku masuk kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. lalu keluar lagi dan dave sudah tidak ada. pasti di ruang makan. jadi aku keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan. dave sudah dusuk disana dan mejapun sudah penuh dengan berbagai makanan. padahal biasanya sarapan akan siap sekitar jam 8 karena di jam itu kami baru selesai berolah raga.

aku langsung duduk di kursiku dan mulai mengambil makanan. seperti biasa, suasana di meja makan selalu dingin, hampir tidak ada obrolan. dave selalu makan dengan tenang dan aku selalu makan dengan rakus, habis makanannya benar-benar enak walaupun tidak seenak buatan papa ataupun bibi marni. ah... aku jadi kangen mereka.

"dave, nanti kamu pulang kapan?" tanyaku selesai sarapan.

"tergantung sikon, kenapa?" tanyanya balik.

"gak, cuma nanya doank" jawabku

"kamu kalo bosen disini bisa ngajak jalan ratih, rossa atau yang lain. aku juga udah belii. kamu sepeda"

"sepeda?!" tanyaku girang. dia benar-benar membelikanku sepeda seperti permintaanku beberapa hari yang lalu. aduh, mengingat kejadian di hari itu aku jadi merasa malu. untung saja para pelayan benar-benar tidak membahas hal itu kembali, seperti perintah dave. mereka bersikap seolah-olah kejadian itu tidak pernah terjadi.

"iya, ada di bagasi, nanti ambil sendiri, aku berangkat" kata dave lalu beranjak berdiri.

"dave" panggilku sebelum dia benar-benar pergi.

"apa?" tanyanya.

"makasih...." ucapku tulus. tidak ada ekspresi apapun yang muncul di wajahnya, dia pergi begitu saja. dasar dingin. tapi tak apa, yang penting aku sudah mendapat apa yang kuinginkan. jadi setelah sarapan aku langsung mandi, aku tidak berniat untuk olahraga, hanya sekedar bersepeda santai. setelah mandi dan berpakaian aku segera ke bagasi untuk mengamnil sepeda baruku. di bagasi kulihat dua buah sepeda gunung baru, warna hitam dan putih dengan ukuran yang berbeda. aku menfambil warna putih yang lebih kecil dari hitam. kurasa yang hitam milik dave. mungkin dia juga berencana bersepeda sepertiku. mungkin kapan-kaoan kita harus bersepeda bersama, bukan ide yang buruk.

aku membawa sepedaku melewati gerbang masuk vila yang btw lumayan jauh dari vila. sebenarnya akan lebih dekat jika lewat lapangan seperti biasa, masalahnya tidak ada jalan untuk dilaluli sepeda, terlalu berbahaya melewati undakan tangga menggunakan sepeda.

"selamat pagi nona clara, maaf sebelumnya, anda akan pergi kemana?" tanya salah seorang penjaga gerbang ketika aku tiba. dasar kepo.

"cuma ke hutan pinus mau sepedaan" jawabku. lalu mereka segera membukakan gerbang untukku.

akupun keluar, untuk pertama kalinya setelah tinggal disini aku melihat jalan beraspal karena sebelumnya aku selalu lewat dalam.

aku menaiki sepedaku, membiarkannya meluncur halus melewati jalan beraspal yang menurun. menurut keterangan ratih, jika aku ingin ke hutan pinus aku tinggal belok belokan kanan pertama, ke jalanan tanah yang akan membawaku ke hutan pinus. dapat kulihat orang-orang desa yang sedang berlalu lalang dengan membawa bakul berisi sayuran dan mungkin juga pupuk, mereka menyapa dengan menundukan kepala ketika aku lewat, suatu yang tidak pernah kutemui di rumahku dulu.

setelah kutemukan jalan yang kucari aku segera berbelok, melewati jalanan tanah, memasuki area hutan pinus. suasana hutan yang sepi dengan suara hewan-hewan liar mulai berdengung di telingaku, sama sekali tidak seram, malah menyenangkan. aku berniat menyusuri hutan ke tempat yang lebih jauh dari biasanya selagi aku menggunakan sepeda, kira-kira apa ya yang akan kutemukan?

sepedaku meluncur menuruni tanjakan yang tidak rata, agak sulit juga mengendalikan sepeda di jalanan tanah dengan bebatuan, biasanya aku hanya bersepeda di jalan beraspal jadi lebih mudah, sekarang aku harus lebih berhati-hati atau aku akan terjatuh dan terluka dan yang paling parah tidak ada yang menolongku. aku curiga kalau yang akan kutemukan nanti hanyalah pohon, pohon dan pohon.

baru saja alu menggerutu karena masalah jatuh dan pohon, tak sengaja ban sepedaku menginjak batu yang lumayan besar hingga aku kehilangan keseimbangan dan berakhir.... bruk! aku terjatuh, lenganku sepertinga terluka dan kakiku tersangkut sepeda, sakit sekali.

"ya ampun! mb...., mb gak papa?!" eh, ada orang?

aku menoleh ke sumber suara, ada dua orang ibu-ibu yang berlari ke arahku dari hutan. aku mencoba menyungkirkan sepeda dariku, namun sebelum aku menyelesaikannya, kedua ibu itu telah sampai dan membantuku.

"mb gak papa? kok bisa jatuh gini gimana mb itu?" celoteh salah satu dari mereka sambil menepuk-nepuk bajuku yang kotor.

"e.... itu.... tadi ban saya nginjek batu, trus jatuh" jawabku canggung.

"makanya mb, lain kali hati-hati, apalagi kalo lewat turunan sini, mendingan di dorong aja mb sepedanya, bahaya" ujar ibu satunya.

"iya bu, mbkasih udah nolongin saya" ucapku.

"omong-omong mb ini siapa? dari mana mau ke mana sepedaan di tengah hutan kaya gini?" tanya ibu pertama yang berambut cepol

"saya clara bu, dari vila diatas lapangan kecil sana itu, tadi niatnya mau jalan-jalan biar lebih kemal tempat aja" jawabku.

"oh.... wisatawan tenyata...." ujar ibu berambut pendek seperti laki-laki.

"eh, bukan bu, saya bulan wisatawan, saya warga baru disini, saya tinggal di vila itu" kataku menginterupsi. mereka tampak terkejut.

"vila milik mas dave sudah dijual toh...." kata ibu keriting, yang satunya manggut-manggut mengerti, aduh....

"bukan gitu bu, vilanya gak dijual, saya keluarganya dave" kataku.

"oh.... jadi mb clara ini saudaranya toh...."

"setau saya mas dave itu anak tunggal, punya adik ternyata"

aduh.... kok para ibu ini tidak pela-peka, memangnya ada kemiripan diantara aku dan dave hingga mengira kami bersaudara?

"bukan juga bu, saya bukan saudara dave, saya istrinya" ujarku akhirnya, muka mereka tampak shock.

"istrinya?! jadi gosip mas dave nikah tu beneran?!"

"mb clara beneran istri mas dave? kok masih muda gini? kaya anak saya yang masih sma aja" haha, aku kan memamg baru lulus sma satu setengah tahun yang lalau ibu....

"haha, iya bu, saya istrinya dave, omong-omong ibu berdua ini dari mana?" tanyaku, mengalihkan kehebohan mereka yang masih berceloteh tentang dave.

"oh, kami dari makam sesepuh desa di bukit sana" jawab ibu rambut pendek.

"makam? di deket sini ada makam?" tanyaku.

"iya, untuk orang-orang tua katanya itu makan keramat mb, tapi kalo kita sih cuma kesana untuk menghormati sesepuh aja" jelas ibu cepol.

"mb clara sekarang mau kemana mb? mau pulang? kakinya gimana? kalo masih sakit saya antar"tawar ibu rambut pendek.

"ah.... udah gak terlalu sakit kok bu, saya masih mau jalan-jalan"

"oh.... kalo gitu kami duluan ya mb, mau lanjutin kerjaan di kebun" ujar ibu cepol.

"kebun? saya boleh ikut bu? hitung-hitung belajar bergaul dengan warga sini" kataku.

"wah.... boleh itu mb, mari ikut kita mb" kata ibu cepol, akupun berjalan bersama mereka sengan menuntun sepedaku, akhirnya kuketahui nama mereka, bu joko yang berambut cepol dan bu samin yang berambut pendek, yah.... walaupun aku yakin itu bukan nama asli mereka, melainkan nama suami mereka. tidak penting sebenarnya siapa nama asli mereka, yang terpenting aku buisa menjalin hubungan yang baik dengan warga sekitar sini. memang dulu aku tidak peduli dengan tetamggaku karena aku memang tidak punya tetangga, tetanggaku dulu ya toko-toko di sekitar restoran yang tidak jelas siapa pemiliknya. tapi disini aku mempunyai tetangga, dan kupikir menjalin hubungan baik dengan para tetangga merupakan sesuatu yang perlu dilakukan karena aku tidak mungkin bisa selalu berdiam diri di vila tanpa pernah keluar. dan akan tidak lucu jika aku keluar jalan-jalan dan selalu dianggap wisatawan asing oleh warga.

sesampainya di kebun yang lumayan jauh juga jika ditempuh dengan jalan kaki, aku membantu mengurus kebun dan bertemu dengan ibu-ibu lain yang langsung ribut begitu mengetahui aku istri dave, jujur aku sangat malu bergaul dengan para ibu yang usianya jauh diatasku, tapi mau bagaimana lagi, aku sudah berkeluarga dan suatu saat aku juga akan menjadi seorang ibu, tidak mungkin kan aku bergaul dengan anak usia sma? tapi tolonglah.... tidak adakah ibu-ibu yang seusia denganku?!

"mb clara ini beda banget ya sama mas dave" ujar seorang ibu yang namanya entah siapa.

"iya, mb clara orangnya ramah dan supel, mau bergaul sama kita yang cuma petani ini, gak kaya mas dave" tentu saja berbeda, aku tidak sudi disamakan dengan orang dingin dan sombong itu.

"emang dave gimana bu?" tanyaku.

"ya ampun mb, selama mas dave tinggal dan ngembangin pekerjaannya disini, mas dave hampir gak pernah berinteraksi sama warga kaya mb gini" tepat seperti dugaanku, mana bisa orang seperti dia bersikap hangat seperti aku? apa lagi sampai repot-repot bergaul dengan masyarakat yang mungkin di matanya tidak selevel dengannya. aku yang istrinya saja dianggap rendahan apalagi orant lain?

"tapi walaupun gitu kita tetep bersyukur dengan adanya mas dave disini mb" timpal ibu lain.

"bersyukur gimana bu?" tanyaku.

"semenjak ada mas dave mb, kehidupan kita bisa dibilang jadi lebih baik. kita gak pernah bingung gimana jual hasil panen kita, mas dave selalu beli untuk didistribusikan lagi, trus dengan adanya vila-vila, penginapan, hotel dan sektor wisata disekitar sini jadi banyak wisatawan, intinya kita selalu mendapat keuntungan dari apapun yang dilakuin mas dave" jelas seorang ibu-ibu.

"mas dave juga gak ragu buat minjmin kita uang untuk keperluan mendesak ataupun untuk modal usaha, yah.... walaupun kita gak dapet uangnya langsung sih dari mas dave, tapi lewat asistennya mb rosa itu...." timpal yang lainnya. aku tersenyum mendengar itu, dari percakapan itu aku tau, dave tidak seburuk dugaanku, dia hanya sulit menunjukan kebaikannya, itu saja.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C20
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión