Lantai ini kosong, kosong melompong.
Tidak ada perabotan, tidak ada karpet bersulam yang membentang di mana-mana seperti di lantai dasar, tidak ada pajangan dan tidak ada lukisan menggantung di dinding.
"Apa-apaan ini? Tipuan macam apa lagi?" Renee tidak bisa berpikir jernih, baru saja di bawah sana ia dihadapkan dengan kekacauan tapi di sini ia dihadapkan dengan ketenangan yang tidak dapat ia gambarkan.
Renee bingung, ia melangkah dengan perlahan dan melihat ke sekitar dengan seksama.
Selain kosong, lantai ini juga penuh debu dan sarang laba-laba bersarang di setiap sudut, pintu-pintu tertutup rapat dan kenopnya berkarat.
Renee tidak mengerti mengapa lantai dua terlihat seperti bangunan terbengkalai daripada bangunan yang rusak seperti di lantai dasar.
Wanita itu sangat berhati-hati, ia tidak mau terjebak lagi dalam jebakan Ivana seperti yang sudah-sudah, cahaya jingga menyebar ke setiap sudut lantai dua dan tidak menemukan adanya tanda-tanda monster di sini.
"Apa yang disembunyikan semua orang di lantai dua?" Renee mau tak mau bertanya, ia menarik kenop pintu dan memutarnya.
KREK … TAK … TAK ….
Kenop pintu yang berkarat itu sulit terbuka, Renee menarik napas dan memutarnya dengan keras, pintu yang ada di depannya itu terbuka diikuti suara kayu yang terseret.
Renee menggerakkan jarinya, cahaya jingga melesat masuk dan pecah di ruangan, sama seperti sebelumnya, tidak ada apa pun di ruangan itu, kosong dan berdebu, bahkan aroma kelembapan yang sangat kuat menguar di udara.
"Uhuk! Uhuk!" Renee mengibaskan tangannya menghalau debu, ia melangkah masuk dan berjalan meraba-raba jendela.
Di jendela tidak ada tirai yang mengalangi sinar matahari, yang mengartikan kalau ruangan ini memang tidak diperuntukkan untuk dikunjungi oleh Leo.
Renee menghentakkan tangan dan jendela langsung terbuka lebar, langit malam langsung terlihat, pandangan Renee jatuh pada danau yang ada di samping Mansion.
"Benar-benar mencurigakan, sebaiknya aku tidak berlama-lama di sini."
Renee menutup kembali jendela, seakan takut ada seseorang yang akan masuk. Ia berbalik untuk keluar, kakinya tanpa sadar menghentak dan tidak sengaja menyandung potongan papan yang sedikit tersingkap.
Wanita itu berjongkok, menarik papan yang tersingkap, ia bisa melihat ada sobekan kertas yang sengaja diselipkan di bawah papan secara paksa, dengan hati-hati ia menarik.
Sobekan kertas itu sepertinya telah dirobek sedemikian rupa sehingga hanya menyisakan beberapa potongan yang utuh, Renee susah payah menariknya keluar dari lantai, ia mengumpulkan di tangannya dan langsung membawanya keluar.
Di tengah lantai dua yang kosong, Renee menyalakan lentera, menatap potongan kertas itu, awalnya hanya lukisan rumah biasa, tapi lama kelamaan, Renee menyadari kalau ada seorang wanita berambut pirang yang tersenyum lebar terlukis di sana, di sampingnya ada seorang laki-laki memakai setelan khas prajurit.
Renee menelan ludah, wanita itu … walau wajahnya di atas kertas telah tersobek dan beberapa bagian kumal karena tertindih papan, ia bisa melihat kalau wanita itu memiliki senyuman yang sangat mempesona.
Rambutnya pirang panjang, dianyam dengan cantik ke sisi kanan tubuhnya, ia memakai gaun pelayan yang panjang hingga mata kaki, memegang saputangan putih, tersenyum lebar dan matanya berbinar dengan cerah.
Entah kenapa, Renee merasa iri, Sepanjang karirnya sebagai aktris, ia selalu melihat wanita yang lebih cantik daripada dirinya dN ia tidak pernah melihat ada wanita secantik ini, bahkan Duchess Celia yang memiliki penampilan hampir sama pun, tidak mampu membuatnya merasa iri.
"Siapa kamu?" Renee bergumam dengan tidak senang, sobekan kertas masih bertebaran di depannya dan entah kenapa ia merasa gugup.
Ia takut, kalau laki-laki yang ada di samping wanita itu adalah Leo, postur itu sangat mirip, dadanya lebar dan tubuhnya yang tinggi, tapi bagian atas dari leher hingga kepalanya hilang, Renee tidak bisa menemukan sobekan kertasnya.
Dua orang di dalam potongan kertas itu terlihat benar-benar dekat, mereka jelas bukan seseorang yang akan dilukis tanpa alasan.
Mungkinkan wanita dengan seragam pelahyan ini adalah kekasih Leo di masa lalu?
Renee menggigit bibirnya, hatinya terasa tidak nyaman, membayangkan Leo tersenyum dan memegang tangan wanita berambut pirang panjang itu membuatnya jengkel.
Perasaan ini bahkan tidak ia temukan ketika ia melihat Duchess Celia menyatakan cintanya pada Leo, ini aneh.
Renee kehilangan minat mencari siapa pemilik kepala di dalam potongan kertas itu, ia memijit kepalanya yang terasa berdenyut.
"Kenapa aku harus ke sini?" Renee mengeluh seorang diri.
Hubungannya dengan Leo juga rumit, mereka bukan kekasih, bukan juga teman, mereka di permukaan terlihat seperti tuan dan pelayan, tapi sebenarnya bukan seperti itu ….
Renee menelan ludah, ia tidak pernah berpikir kalau sebenarnya ia dan Leo, bukan apa-apa.
Wanita itu mengacaukan sobekan kertas yang telah ia susun, menginjaknya dengan kesal. Ia menarik napas berkali-kali hingga ia bisa mendengar debaran jantungnya sendiri.
"Kenapa aku marah dengan hal konyol seperti ini? Apa yang salah dengan kepalaku?" Renee menjilat sudut bibirnya dengan gugup, sobekan kertas itu masih tersebar di lantai yang berdebu. "Mungkin saja … itu Dylan kan?"
Dylan dan Leo memiliki postur tubuh yng hampir sama, yang membedakan mereka hanya warna kulit Dylan yang lebih kecoklatan. Dalam lukisan yang telah menjadi sobekan kertas ini jelas-jelas warnanya telah memudar, entah itu karena termakan usia atau karena terlalu lama ada di bawah lantai.
Renee tidak bisa membedakan apakah itu Leo atau Dylan. Tangannya sedikit gemetar mencari sobekan yang tersisa, berharap semoga itu Dylan, bukan Leo.
Dengan jantung yang berdebar kencang, Renee dengan cermat melihat sobekan demi sobekan, ia memeriksanya berulang-ulang, takut akan melewatkan sesuatu yang penting.
Suasana lantai dua sangat sunyi dan tenang, membuat Renee benar-benar lupa situasinya saat ini, semua perhatiannya terfokus sepenuhnya pada sobekan kertas yang akhirnya kembali ia satukan dengan perasaan campur aduk.
Renee hampir menyelesaikan sobekan kertas itu menjadi sesuatu yang utuh, hingga tersisa satu dan ia menyeret jarinya untuk membaliknya.
"Siapa …."
Renee menahan napasnya, jarinya dengan gemetar bergerak lurus menyatukan sobekan dan ia melihat sosok yang tidak asing.
"Itu benar-benar kau."
Di sobekan terakhir itu terlihat wajah Leo yang mengulas senyuman tipis, matanya terlihat lebih lembut daripada yang pernah Renee lihat sebelumnya.
Renee mengusap wajahnya, ia tertawa hambar.
"Apa sih yang aku pikirkan tentang masa lalu orang lain?" Renee menghela napas, ia mengumpulkan sobekan kertas itu dan menyimpannya di dalam saku. "Ini adalah masa lalu orang lain, kenapa aku harus peduli?"
Leo bahkan tidak pernah menyebutkan apa-apa tentang wanita ini, mungkin saja ia tidak seistimewa itu, kan?
Renee berdiri, kakinya sedikit gemetar dan tidak dapat dipungkiri kalau perasaannya sekarang tidak nyaman.
Apakah ia sedang patah hati sekarang?