Descargar la aplicación
51.69% Lady Renee / Chapter 61: Efek Cahaya Jingga 2

Capítulo 61: Efek Cahaya Jingga 2

Cahaya jingga yang melesat membuat monster yang berdatangan terpental, Renee memegang pedangnya dengan erat lalu melirik Joy.

"Hati-hati, oke?"

"Oke!

Joy menutup pintu dan ia merasa lebih berani daripada sebelumnya, Renee berjalan maju dan cahaya jingga berputar menghalau para monster yang ingin mendekat.

Malam ini mungkin akan menjadi malam yang panjang.

Joy tidak berani pergi terlalu jauh dari rumah, ia tidak seperti Renee yang bisa berlarian kesana kemari, ia kecil dan ia tidak mau meninggalkan Tuan Dylan sendirian.

Gadis kecil itu mengayunkan tongkat ke arah salah satu monster yang tubuhnnya telah hitam sepenuhnya, ia tidak bisa mengenali siapa lagi monster ini dalam wujud manusia, semua barang-barang yang menandakan kalau ia adalah manusia telah lepas.

Monster itu sepertinya meremehkan Joy, berkali-kali ia ingin menerobos tubuh kurus gadis itu tapi tidak berhasil, Joy selalu mengangkat tongkat kayunya tinggi-tinggi dan memukuli pinggang dan kakinya.

"Minggir, jangan kira aku tidak bisa memukul!" Joy berteriak, meski suaranya hanya sebuah cicitan kecil yang tidak ada artinya.

Monster itu menggeram, ia menggerakkan cakarnya dan mengenai lengan Joy, gadis kecil itu meringis dan matanya langsung merah, tapi ayunan kayu tidak berhenti berayun.

"Rasakan ini monster jelek!"

Tongkat kayu itu menghantam pinggang sang monster, membuat bekas panjang di sana, monster itu meraung dan ingin mencakar wajah Joy.

"Grah!"

"Ah!"

Joy hampir terkena, tapi cahaya jingga menabrak monster dari samping dan membuatnya terpental jatuh ke samping.

Joy terengah-engah, dadanya berdebar dengan perasaan yang tidak dapat dilukiskan, ia merasa bersemangat. Monster yang marah tiba-tiba saja bangkit dan menerjang.

"Kakak!"

Renee tidak melirik joy, ia menggerakkan jarinya dan cahaya jingga membentuk lingkaran, mengelilingi mereka dan rumah. Monster yang lagi-lagi terpental, kali ini Renee pastikan ia tidak akan bisa bangkit lagi karena cahaya jingga telah melubangi perutnya.

Para monster menggeram marah melihat semua itu, mereka ingin masuk tapi terlihat takut kalau-kalau terkena cahaya jingga, Renee melirik Joy.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil menyeka darah yang menciprat di pelipis gadis kecil itu.

"Ya." Joy mengangguk pelan, ia mengusap tangannya. "Aku baik-baik saja, kakak."

Suara gemuruh datang dari dalam mansion, seakan-akan ada ratusan monster yang keluar dari dalam sana.

Renee dan Joy langsung melihat ke sana, gadis kecil itu mengeratkan tangannya pada tongkat, debaran yang ada di dadanya tidak pernah berhenti, semakin lama semakin cepat.

"Apa kita harus ke ….."

Belum sempat Joy melanjutkan perkataanya, dari dalam rumah suara batuk Dylan terdengar, serak dan menyakitkan. Renee langsung berlari ke dalam dan memeriksa.

Joy tidak berani di luar tanpa Renee dan langsung berlari ke dalam tanpa pikir panjang, ia melihat keadaan laki-laki itu jauh lebih buruk daripada sebelumnya.

"Apa yang terjadi pada Tuan Dylan?"

Joy menjadi lebih gugup daripada sebelumnya, jika saja para monster tidak tertahan oleh cahaya jingga milik Renee, ia mungkin akan pingsan.

"Tuan Dylan tidak akan mati, kan?"

Renee tidak segera menjawab, menaruh tangannya di dahi Dylan dan merasakan suhu panas yang membara, keringat laki-laki itu mengalir dengan deras hingga selimut yang menutupinya basah.

"Sepertinya Dylan demam." Renee langsung ke dapur dan menuangkan air ke dalam baskom, di luar raungan para monster semakin nyaring dan tidak terkendali.

BANG!

Para monster semakin marah dan mulai melempari rumah dengan berbagai macam benda yang ada di sekitar mereka, mengenai atap dan dinding, membuat suasana semakin kacau.

"Apa yang harus kita lakukan?"

Joy ingin keluar dan melempari balik, tapi melihat Tuan Dylan yang terengah-engah seakan ia telah terbakar di atas bara api yang panas, membuat Joy menjadi kebingungan.

Tuan Dylan yang ia ingat dulu adalah orang baik yang selalu membelikan anak-anak makanan, meskipun ia tidak setampan Tuan Leo, tapi ia adalah orang baik.

Bagaimana bisa Joy meninggalkannya?

Joy terjebak dalam pikiran kecilnya, ia tidak mungkin menyuruh Renee berdiam diri sedangkan keadaan di luar sana semakin genting, tinggal menunggu waktu saja sampai Ivana datang dan menerobos masuk.

Jika itu terjadi, keadaan mereka menjadi sangat berbahaya.

"Jangan takut," kata Renee sambil membawa baskom berisi handuk basah dan air ke dekat tempat tidur, ia memerasnya dengan tenang, seakan-akan ia tidak mendengar kekacauan di luar. "Dylan akan baik-baik saja, ia hanya sedikit terbakar."

"Se … sedikt?"

Joy tidak tahu apakah sedikit terbakar yang dimaksud oleh Renee itu tidak ada bedanya dengan sekarat, tubuh Dylan yang ada di depan merah dari ujung kepala hingga ujung kaki, selimut basah oleh keringat dan ia bernapas seperti ikan di daratan.

"Grah!" Monster di luar sangat marah, mereka melempar batu besar hingga mengenai pintu depan, kaca-kaca jendela yang ada di sekitarnya bergetar dan muliai mengeluarkan retakan yang panjang.

"Kakak, kita tidak bisa merawat …." Joy ingin melanjutkan perkataannya, tapi sadar kalau yang ada di depannya ini adalah Dylan, ia menjilat bibirnya.

Renee menempelkan handuk basah ke kepala Dylan dan berdiri. "Kau bantu aku mengurus Dylan, ganti kompresnya saat terasa kering. Aku akan mengurus yang diluar."

"Ta … tapi …." Joy tidak ingin berdiam diri, ia baru saja mengalahkan satu monster bersama Renee, bagaimana ia bisa diam dan menunggu orang sakit?

Tapi yang sakit ini adalah Tuan Dylan.

Renee menggerakkan pedangnya dengan pelan, lalu tersenyum pada Joy.

"Apa pun yang kau dengar di luar sana, jangan buka pintu. Mengerti?"

"Ya … yah." Joy menelan ludah, Renee menggerakkan jarinya dan seluruh sudut kamar dipenuhi dengan cahaya jingga yang beterbangan seperti kunang-kunang. "Aku akan menjaga Tuan Dylan, Kakak jangan pergi terlalu jauh, ya?"

Renee mengangguk, sebelum para monster di luar sana semakin menggila ia menutup pintu kamar, meninggalkan Joy untuk merawat Dylan dan keluar dan rasa marah.

BRAK!

Renee mengayunkan pedangnya dan tiba-tiba saja muncul di depan monster yang ingin melemparkan batang pohon ke arah rumah, ia langsung menggerakkan pedang.

"Grah!" Monster itu terkejut, di detik berikutnya ia merasakan perasaan yang tidak nyaman mengenai sepanjang bahunya, cahaya jingga meledak dan membuat sang monster terjungkal ke tanah.

Renee yang melihat betapa mudahnya para monster dijatuhkan menyeringai, ia mengayunkan pedangnya lagi dan lagi, cahaya jingga terus berpendar di sekitarnya.

Para monster yang melihat monster lain berjatuhan menjadi marah, mereka menerjang Renee tanpa henti.

"Aku tidak tahu apakah kalian yang lemah atau aku yang kuat sekarang." Renee terkekeh, melihat betapa mudahnya ia mengalahkan satu monster dalam satu kali tebasan pedang membuatnya darah dalam tubuhnya bergejolak. "Aku pikir … aku akan melakukan ini sepanjang malam."


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C61
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión