Descargar la aplicación
78.81% Lady Renee / Chapter 93: Cinta yang Buta 1

Capítulo 93: Cinta yang Buta 1

Celia tidak pernah merubah perasaannya pada siapa pun, tidak peduli ia bertemu dengan banyak orang tampan sepanjang hidupnya, ia hanya mencintai satu orang.

"Hei, siapa laki-laki itu? Dia sangat tampan." Celia berjongkok mengamati seorang anak laki-laki yang baru bisa berjalan di pelataran Mansion, seorang Pelayan memegang sebuah bola sambil bersenandung.

"Ia adalah anak Marquis Matthew Emmanuel, dia masih balita." Seseorang di sampingnya bergumam, lalu ikut berjongkok dan terkekeh. "Sialan, kau sudah gila ya?"

"Ya ampun, aku hanya memuji." Celia tertawa sambil menutupi wajahnya dengan kain hitam. "Tapi mataku tidak salah, ia adalah anak yang tampan di masa depan nanti."

Seseorang di samping Celia itu berdecak, kedua tangannya saling terlipat di depan dada. "Bagiku ia hanya segumpal daging."

"Aduh, kau ini mengerikan sekali." Celia tertawa dengan suara rendah, pipinya bersemu ketika melihat balita itu jatuh tersandung kakinya sendiri. "Lihat betapa lucunya, dia adalah bibit yang sempurna, bukan?"

"Mari kita lihat beberapa saat lagi, dia masih balita dan apa yang ada di dalam tubuhnya belum berkembang."

Celia menghela napas, ia menatap pelayan yang kini mengusap punggung balita itu, bibirnya berkedut.

"Pelayan itu rupanya lumayan juga."

"Hah?"

Celia berdiri, ia melihat kedua tangannya di depan dada dan matanya menyipit, sudut bibirnya naik ke atas membentuk seringai tipis.

"Hatinya memiliki kegelapan."

"Wah, kau memang jeli." Orang yang ada di samping Celia itu bertepuk tangan tanpa suara, wajahya tidak terlihat dengan jelas karena kabut hitam menutupinya. "Apa kau ingin menggunakan pelayan itu untuk mengawasinya? Kau terlalu gila untuk seorang balita yang belum bisa berjalan dengan benar, tahu?"

"Jangan katakan aku gila, kau juga gila." Celia mendengkus pelan, ia menggerakan tangannya dan pakaiannya yang serba hitam tadi berubah menjadi warna yang lebih terang. "Apa ada di antara kita yang waras? Keturunan Fern sudah menghabisi semua orang berjiwa suci di kerajaan ini, tidak ada yang bisa menghentikan kita untuk melakukan apa pun yang kita inginkan,"

"Yah, terserah saja." Orang itu bergumam lagi, ia menatap langit biru yang tanpa adanya awan sedikit pun. "Padahal aku suka kedamaian kota ini."

"Jangan khawatir, aku tidak akan melakukannya terburu-buru."

Celia tertawa di bawah sinar matahari, rambut pirangnya itu terlihat berkibar menyilaukan, ia menggerakkan tangannya dan sebuah kabut hitam berubah menjadi payung berwarna biru yang indah. "Aku akan menyapa anak itu dulu …."

Celia yang sudah berubah penampilannya itu berjalan dengan anggun, beberapa prajurit yang melihat itu tanpa sadar menyapa dan membiarkannya masuk.

"Oh, Duchess!"

Pelayan yang sejak tadi mengawasi sang balita terkejut, ia langsung menggendong dan memberi penghormatan, ia tidak banyak bertemu bangsawan dan tidak hapal dengan siapa-siapa saja mereka, tapi melihat batu permata yang terukir indah di pinggang wanita itu, ia tahu, wanita yang di depannya ini adalah salah satu dari keluarga Fern.

"Maafkan saya yang tidak melihat anda lebih dulu, apakah anda ingin bertemu Nyonya Emmanuel?"

Celia tersenyum tipis, ia mengatupkan payung yang ia bawa dan melangkah masuk.

"Aku sudah bertemu Nyonya, aku hanya ingin menyapa Pangeran kecil ini sebentar." Celia terkekeh, ia mengulurkan tangan menyentuh balita yang memegang bola di kedua tangannya yang kecil. "Aku suka anak-anak dan dia terlihat lucu sekali, boleh aku tahu siapa namanya?"

"Ah, Duchess …."

Pelayan yang menggendong balita itu sedikit gugup, sang Marquis dan istrinya belum mengumumkan nama anak mereka ke publik karena alasan pribadi, bahkan orang-orang di kota Dorthive pun hampir tidak mengetahui siapa nama balita ini.

"Maaf, saya tidak bisa memberitahu tanpa izin Nyonya dan Tuan." Pelayan itu bergumam dengan suara rendah, ia terlihat tidak nyaman dan ingin melarikan diri dari sang Duchess. "Duchess, saya mohon untuk tidak mempersulit pekerjaan sa …."

"Siapa namamu?" Celia memotong perkataan sang Pelayan, matanya bergulir ke arah pintu dan melihat seorang gadis kecil berwajah pucat yang mengintip. "Apa dia putrimu?"

"Maaf?"

Pelayan itu menjadi semakin tidak nyaman, ia melirik putrinya yang mengintip, mengisyaratkan agar ia masuk ke dalam. "Duchess, saya mohon maaf ... tapi saya harus masuk ke dalam."

"Siapa namamu?" Celia sepertinya tidak melepaskan sang pelayan begitu saja, balita yang digendong itu mulai merasakan situasi yang tidak menguntungkan dan terisak pelan, bola yang ada di tangannya jatuh ke atas lantai.

Para prajurit yang berjaga sepertinya tidak menyadari ada yang salah, mereka sekaan-akan tidak melihat.

"Saya?" Pelayan itu menggertakkan gigi, seandainya saja ia punya kasta yang lebih tinggi, ia akan mengusir orang yang ada di depannya ini secepat mungkin. "Pelayan ini adalah Ivana."

Celia tersenyum dengan mata menyipit, ia mengulurkan tangannya lagi untuk menyentuh balita yang menangis memeluk leher Ivana, tangisnya semakin lama semakin nyaring menyayat hati, setiap kali Celia ingin menyentuhnya ia selalu menghindar, seakan-akan balita itu mengerti akan niat yang dimiliki oleh wanita itu.

"Nama yang bagus, aku akan mengingatnya."

Wajah Ivana menjadi semakin pucat, ia mundur tanpa melihat ke belakang dan menabrak dinding.

Tidak ada yang mendengar tangisan balita yang ia peluk, semua orang seakan-akan berada dalam keadaan tidak sadarkan diri, mereka diam dan tidak bergerak.

"Apa … apa yang Duchess inginkan?" Ivana menelan ludah, ia berharap semoga sang Marquis dan istrinya segera kemari menyelamatkan anaknya yang ingin disentuh Celia.

"Aku?" Celia tertawa manis, rambut pirangnya itu sekali lagi bersinar memancarkan kecantikannya. "Aku hanya ingin menyapa pangeran kecil yang tampan ini … kemari … aku ingin menggendongnya."

Ivana menggeleng pelan, meski ia tidak punya banyak pengalaman bertemu orang-orang, tapi ia berpengalaman dalam merawat anak-anak, tangis yang menyayat hati ini dari balita yang ada di pelukannya ini bukan semata-mata karena sang balita sedang mencari perhatian.

Tapi ini adalah tangisan ketakutan.

Wajah sang Pelayan pucat pasi, ia ingin berlari tapi payung dan tangan Celia menghalanginya, ia tidak bisa kemana-mana.

"Ya ampun, jangan takut." Celia berguman dengan suara rendah, matanya menatap lurus balita yang berusaha menyembunyikan wajahnya di leher Ivana, tangan Celia akhirnya menyentuh punggung balita itu dengan pelan, naik ke lehernya dan bergerak ke wajah.

Balita itu masih menangis, penuh air mata dan hidungnya basah, dagunya terangkat, kemudian tangan kecil sang balita menepis tangan Celia dan bersembunyi di pelukan Ivana.

"Mata yang aku suka, wajah yang aku suka dan tubuh yang aku suka." Celia menyeringai, lalu melirik ke luar di mana orang yang bersamanya itu masih berdiri di bawah sinar matahari. "Yang ini harus jadi milikku, cintaku, ya?"

Sosok yang ada di bawah sinar matahari itu tidak mengatakan apa-apa, tapi sudut bibirnya melengkung ke bawah.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C93
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión