*** *** *** *** ***
(PERINGATAN!!! Bab ini mengandung adegan dewasa. Pembaca diharapkan bijak. Silahkan lewati bab ini jika merasa tak nyaman. Terima kasih).
*** *** *** *** ***
.
.
.
Melihat Chika yang akhirnya menyerah untuk melawannya, membuat Marino makin tersenyum lebar tatkala ia melihat gadis itu dengan kesal hanya bisa memukul-mukul air di hadapannya.
Tingkah gadis polos itu sungguh seperti seorang anak kecil yang sedang marah namun tak bisa berbuat apa-apa sehingga ia hanya bisa duduk di pojokkan dan menendang-nendangkan kedua kakinya serta mengayun-ayunkan kedua tangannya untuk melampiaskan emosinya.
Sementara itu, untuk membuatnya semakin kesal, lelaki itu justru membiarkan kedua tangannya semakin ramah menjamah tubuh bagian depan Chika yang tak tertutup selembar benangpun.
Kali ini, tidak hanya di area perut saja.
Ish… Nanggung, ya? >.<
Habis batu kuasanya juga nanggung, sih! Ahahahaha…
***
Duh, aku nggak kebayang jadi Chika, kasian banget sampe didorong gitu sama Marino!
Yah… Mana lagi panas-panasnya, langsung dingin seketika, deh! Ahahahaha...