Suara langkah-langkah kaki yang terasa berat dan beriringan membuat Nima yang saat itu sedang sibuk mengerjakan laporannya, mendadak berdiri untuk memberi hormat.
"Jangan berdiri, jangan berdiri! Aku ngeri melihat perut besarmu itu," Ucap Franco sambil ia melambaikan tangannya ke arah sekretaris pribadinya, yang kini sudah hamil besar.
Ia memang merasa ngilu setiap kali ia melihat perut besar Nima yang seakan-akan mau meletus kapan saja.
Hal ini selalu mengingatkannya akan mendiang istrinya di setiap kehamilannya yang tidak pernah mudah.
Hingga pada akhirnya, ia harus merelakan kekasih tercintanya itu meninggal dunia dan pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya karena Valerie bersikeras untuk melahirkan Nadine, bukan malah menggugurkannya demi menyelamatkan dirinya sendiri.
"Selamat siang, tuan!" Ucap Nima sambil memberikan salam.
"Apakah kau sudah makan?" tanya lelaki paruh baya itu dengan perhatian.
Wew...
Ada yang tahu nggak nih, apa arti dari Bojana Andrawina?
Hehehe...