Descargar la aplicación
94.66% KEMBALI PADAMU / Chapter 142: Membalas kebaikan

Capítulo 142: Membalas kebaikan

Pagi hari yang cerah menampakan cahayanya yang indah, sedang Ara masih tertidur pulas karena malam - malam sebelumnya Ara tidak tidur dengan baik, setelah masalahnya selesai Ara tidur tanpa ada yang mengganggu.

Orang tua Ara dan Natan beristirahat di Villa Herlambang. Sedang Natan selalu berada di samping Ara,

Ara membuka matanya jam 10 pagi, lingkar mata pandanya mulai memudar, Ketika menatap Natan, Ara menyembunyikan tawanya,

"Tertawa saja yank jika membuatmu puas," Natan memandang Ara dalam,

"Ah tidak... mukamu lucu Nat, wajah tampanmu ternoda." kata Ara, "Tapi sayang sekali aku tidak bisa tertawa lepas," Ara memegang perut sambil meringis.

Tok...tok...tok... pintu ada yang mengetuk,

"Masuk!" Kata Natan, sosok tinggi besar dan tampan muncul membawa mawar putih dan sekeranjang buah- buahan tersenyum pada Ara, Arapun membalas senyumannya, seketika tubuh Natan memanas.

"Masuk Al..." Natan tersenyum kecut memandang Alfi, belum juga Natan membuka suaranya, keluarga Ara dan Natan masuk membawakan makanan,

"Akh ada tamu... tampan sekali, kamu kalah Nat," Kata Raya sengaja menggoda Natan, wajah Natan berubah gelap,

"Alfi tante... teman Ara..." Alfi mengulurkan tangannya dan mencium tangan Raya dan yang lainnya,

"Kamu kenal Ara dimana?" Tanya Raya kembali bertanya,

"Kalau akrabnya setelah keluarga kami memesan gaun dari butik Ara, tapi kalau saya tahu Ara sejak SD, dia adik kelas saya," Alfi menjelaskan. Semua terdiam termasuk Ara.

"Jangan- jangan pengagum rahasia Ara..." Raya menutup mulutnya dan yang lainnya tertawa,

Alfi tersipu malu karena kata- kata Raya benar adanya, Raya melirik wajah anaknya yang sudah merah padam dan menggodanya lagi,

"Nat lihat Alfi, dia tampan dan mama tau dia mapan sepertimu. Jadi, kalau kamu macam- macam, lihat saja apa yang mama lakukan!" Ancam Raya,

"Mama aku ini anakmu..." protes Natan, mata Raya menyipit, "Ara juga anak mama," Jawab Raya tak mau kalah,

"Tidak akan mam, Ara milikku," Natan setengah berteriak seperti anak kecil.

"Mam, jangan menggoda Natan!" Kata Ara karena merasa kasian melihat Natan. Wajah Raya terlihat puas menggoda Anaknya,

"Eh pada makan dulu Nat, Al..." Raya membuka kotak makan di meja agar Natan juga Alfi makan,

"Saya sudah makan tan, terimakasih..." Alfi menolak dengan sopan,

"Akh sayang sekali anak tante masih kelas 1 SMP, kalau sudah cukup umur pasti tante kenalin sama kamu... kamu terlihat tampan dan baik," Raya mengeluh menyayangkan. Alfi yang sedang minum hampir tersendak,

"Mama, aku lebih baik dan tampan darinya," Natan merajuk, melihat mamanya terpesona dan memuji Alfi, Raya menepuk keningnya,

"Mama lupa punya anak laki- laki karena Fokus kepada Alfi," Jawaban Raya membuat Natan geram.

Natan, "..." yang lainnya menahan tawa termasuk Ara.

Alfi mendekat kesebelah Ara, "Bunga untukmu, semoga lekas baik, jaga kesehatanmu dan juga baby kamu," Suara Alfi sangat lembut, senyum di bibirnya sangat indah dan Ara juga nyaman beberapa hari ini dengan Alfi, tentu saja sebagai teman karena hatinya haya untuk Natan.

"Makasih Al... makasih juga yang kemarin- kemarin, makasih kejutan pestanya, ma'af telah merepotkanmu," Ara membalas senyuman Alfi,

"Aku senang melakukannya, kalau ada apa- apa jika tak ada Natan, jangan sungkan hubungi aku!" Ketulusan terpancar dari matanya,

"Terimakasih Al," ucap Ara.

Tubuh Natan gemetar menahan amarah dan seketika meledak membuat semua yang ada di ruangan kaget, Termasuk Ara.

"Menjauh dari Araku... aku tak suka! kamu benar- benar berengsek," teriak Natan.

Ara menatap Natan kesal juga akhirnya, "kamu yang berengsek..." teriak Ara tak kalah keras menggelegar, "Aku berusaha memahamimu, aku dan Alfi teman, dia memperlakukan aku dengan baik layaknya teman, bahkan tidak berani menyentuhku saat aku jauh darimu dan kamu... bahkan bekas perempuan lain masih menempel di lehermu, aku tegaskan! tidak ada hubungan apa- apa dengannya, kamu... ke -ter- lalu-an Nat," Ara megang perutnya yang semakin sakit sampai berkeringat dingin.

Alfi yang tau Ara sedang menahan sakit segera memanggil Dokter,

"Mami..." Rintih Ara sambil meremas seprei, Ara di bawa keruang IGD dan hasilnya tidak baik,

"Maaf janinnya tidak bisa di selamatkan," Kata dokter saat menemui keluarga Ara, semuanya tertunduk dan Natan mematung, Natan sadar emosinya yang meledak- ledak itu pemicunya.

Ara di pindahkan kembali ke ruangannya, diruangan hening, Andien menggenggam tangan Ara untuk menguatkan,

"Tidak apa- apa Nak, Tuhan akan mengirimnya kembali untukmu," Ara seketika menangis keras, Natan yang duduk di sofa juga ikut menangis.

"Ini bukan main - main Nat, kamu sangat keterlaluan!" Suara Raya dingin,

"Jauhkan aku dari Natan untuk sementara ini mam, please!" walaupun pelan, suara Ara terdengar di telinga Natan dan itu semakin sakit rasanya,

"Aku tidak bisa jauh denganmu yank, kumohon!" Natan begitu terguncang dengan kata- kata Ara,

"Kita akan sama- sama belajar menghargai saat kita jauh Nat," Ara menatap Natan dengan tatapan sedih,

"Aku tidak ingin tersentuh, tapi kamu memberikan peluang kepada orang lain untuk menyentuhmu, aku telah melupakan semuanya, tapi saat sifat posesif kamu muncul dan menjadikan orang lain sebagai objek kekesalanmu, itu tidak akan baik pada akhirnya," Ara memalingkan wajahnya kejendela, tak ingin memandang wajah Natan lama- lama karena Ara tau hatinya akan luluh seketika, "Satu bulan Nat..."Kata Ara,

Mata Natan terbelalak menatap Ara, "Tidak... aku tidak akan sanggup, satu minggu," Natan berharap Ara bersedia karena satu minggu saja akan menyiksa dirinya,

"Satu bulan," Ara tetap pada pendiriannya,

"Kamu akan lihat yang terjadi padaku dan aku yakin kamu akan puas," Jawab Natan lalu pergi sambil mengusap kasar wajahnya,

Ara sempat ingin mencegahnya namun Raya menggelengkan kepalanya, "Biar kalian adem dulu dan Natan lebih dewasa lagi." Wajah Ara begitu cemas,

"Tapi mam, aku takut Natan..." Ara meneteskan air matanya, membuat Raya memeluknya erat,

"Mama tahu kamu sangat mencintai Natan, tapi pertengkaran sampai kamu harus keguguran itu berlebihan," Ara menundukan kepalanya,

"Lebih baik kamu istirahat, mama mau kamu cepat pulih sayang." kata Raya,

"iya mam," Ara diam menurut.

***

"Ara di sini saja mam, mami..." Ara dan Andien saling pandang dan akhirnya menganggukan kepalanya,

"Baiklah kami tidak akan melarangmu, kembali kapanpun kamu mau," Mami Andien mengusap rambut Ara.

"Iya mam," Ara mengangguk.

Ara melepas kepergian orang yang Ara sayangi, mama Raya dan mami Andien...

Setelah itu duduk termenung di depan kolam yang banyak ikannya, sesekali Ara melemparkan makan ikan membuat ikan semakin berkumpul.

Ara masuk kekamar untuk mengambil tas dan duduk di cafe dekat laut, sambil makan Ara mengeluarkan kertas dan membuat seketsa baju. Selama dua minggu Ara melakukan hal yang sama berulang- ulang dan hasil akhir desain baju-baju indah telah siap untuk di produksi.

Ara mengemas bajunya untuk kembali kerumahnya, tiba- tiba pintu di ketuk dari luar, tok...tok...tok... Ara membuka pintu dan terkejut melihat sosok di hadapannya,

"Pak Alfian..." Alfian mengangguk,

"Boleh saya bicara sebentar?" Ara mempersilahkan Alfian duduk di teras,

"Apa gaun pengantinnya kurang memuaskan atau gaun yang lainnya?" Alfian menggelengkan kepalanya,

"Semuanya baik, bahkan sangat baik, saya berterimakasih padamu," Alfian nampak ragu- ragu,

"Katakan saja pak!" kata Ara, Alfian menarik napas panjang, kemudian bercerita,

*Kilas balik*

"Sampai kapan kamu akan menjadi pengagum rahasianya Al? kau sudah mengabadikan lebih dari 10 album foto tentangnya dan sekarang kamu masih tetap bersembunyi?" Alfian kesal dengan sikap Alfi, bayangkan saja dari SD sampai SMA menyukai seorang cewek tapi tidak berani mengatakannya,

"Aku akan mapan dulu seperti kakak, baru mengatakannya," Alfi menjawab dengan santainya,

"Terserah kamu, kalau kamu maunya begitu. Tapi, jangan salahkan dirimu sendiri jika pada waktunya kamu tidak bisa memilikinya," Alfian memperingatkan karena masa depan siapa yang tahu.

Setelah lulus SMA Alfi kuliah sambil bekerja hingga dalam waktu dekat bisnis kulinernya berkembang pesat, tapi di saat semua telah di persiapkan, Alfi baru ketahuan sakit, ginjalnya tidak baik dan harus mulai bolak balik ke Rumah sakit untuk berobat dan cuci darah, sampai menemukan donor ginjal yang cocok.

*kilas balik selesai*

"Sejak saat itu Alfi mengubur keinginannya, bahkan berhenti mencuri foto di saat waktu senggangnya dia hanya menyendiri dan berjuang melawan sakitnya, dia terlihat tegar dari luar tapi hatinya rapuh, hingga tidak di duga dia bertemu kembali dengan wanita pujaannya walaupun di waktu yang tidak tepat, dia telah menganggap wanita itu sebagai teman sekarang. Saat ini dia akan masuk ruang operasi, ada ginjal yang cocok dengannya, Apakah kamu bersedia menemuinya sebentar saja?" Ara tersentuh dengan cerita Alfian,

"Jadi wanita itu..." Ara ragu,

"Arabelle" jawab Alfian. Ara menundukan kepalanya, "Bagaimana?" tanya Alfian.

Ara menatap Alfian dan menganggukan kepalanya,

Ara tersenyum di hadapan Alfi, tanpa Alfian tentunya,

"Kamu kok tau aku ada di sini?" Suara Alfi lemah,

"Aku tadinya mencarimu kerumah, tapi tidak ada lalu aku ke Resto kamu, kata karyawanmu kamu dirawat," Ara sengaja berpura- pura karena tak ingin Alfi rendah diri karena Alfian kerumahnya.

"Aku mau operasi..." Jawabnya pelan,

"Mau aku temenin?" suara Ara lembut dengan senyuman manisnya. Wajah Alfi tiba- tiba merona, dan tanpa sadar mengangguk,

"Kalau begitu semangat! yakinlah operasinya berhasil dan kamu akan sehat kembali," Alfi mengangguk lagi,

"Makasih Ara, kamu memang teman baikku," Ara tersenyum,

"Aku akan selalu baik padamu karena kamu juga baik, Al..." Ara menggenggam tangan Alfi memberi energi positif memberi semangat.

******************************

SELAMAT MMBACA!

Di bab ini situasinya tidak enak ya, Natan juga terlihat menyebalkan. tunggu bab berikutnya kejutan Ara untuk Natan,

Terimakasih untuk Ulasannya, terimakasih juga untuk PS dan bintangnya.

yang belum jangan pelit yach

Maaf masih ada typo


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C142
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión