"Ara, ada apa? Apakah ada yang sakit? Katakan saja?" tanya Ibra hati-hati.
"Hatiku yang sakit...."
"Karena kau melihat Tian?"
"Cincin yang mereka pakai, di jari Tian dan Virginia...."
"Iya, mereka sudah menikah, dan mereka sekarang sudah sah."
"Cukup! Tidak usah diperjelas, aku tidak tahan untuk mendengarnya!"
Ibra menghela napas mendengar apa yang diucapkan oleh Ara. Rasanya ia iba juga melihat perempuan itu terpukul seperti itu, namun, mau bagaimana? Tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali ia memberikan sedikit dukungan pada perempuan tersebut meskipun ia tidak pandai dalam berkata-kata.
"Aku paham, tapi kau harus kuat, meskipun Tian bukan jodohmu, aku yakin ada pria yang menjadi jodohmu kelak lebih baik dari pria yang kau cintai sekarang."
Telapak tangan Ara mengepal ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Ibra.
Bukan tidak percaya dengan jodoh yang sudah diatur. Namun, bagaimana jika yang ia inginkan hanya Tian saja?