Alivia gemetaran saat mendengar Astha mengatakan bahwa dirinya adalah wanitanya. 'Apa maksudnya mengatakan itu? apa sudah terjadi apa-apa denganku malam itu? lalu apa tujuannya menyekapku di dalam sini? sebenarnya apa maunya?' batin Alivia. Gadis itu menahan tangis dan berlari ke dapur agar Astha tak mendengar tangisaannya.
'Ya Allah tolonglah hamba. Masih adakah keajaiban agar aku bisa keluar dari sini?' Alivia mengcengkeram bajunya sendiri sambil menangis. Pusing sekali memikirkan semua ini. Entah apa dosanya hingga terjebak di kandang singa seperti sekarang.
"Sedang apa kamu?!" suara bariton milik Astha mengagetkan Alivia. Gadis itu menghapus airmatanya lalu berdiri menghadap Astha.
"Tuan, apa maksud Tuan menganggap saya Wanitanya Tuan? apa yang sebenarnya terjadi di antara kita? tolong jelaskan pada saya.".
"Kamu wanita dewasa, kan? tentu kamu tahu keadaan tubuhmu sendiri. Ada perubahan atau tidak. Cewek tolol seperti kamu pasti tidak akan tahu bedanya. Ah sudahlah. Aku mau mandi."
"Tuan!! tolong jawab dulu apa susahnya?" Alivia mendekat lalu mencengkram lengan Astha.
"Apa lagi, ha??" gertak Astha.
"Tolong jawab Tuan. Tolong bilang kalau Tuan tidak melakukan apa-apa pada saya. Kalau tidak, kenapa tadi Tuan bilang ke Reza kalau aku adalah wanitanya Tuan, ha? Saya bukan wanita murahan." Alivia setengah memohon. Ingin jawaban yang sesungguhnya dari Astha.
"Kelak kamu akan tahu apa maksudku melakukan semua ini. Cukup tutup telinga dan matamu. Seolah kamu tidak tahu apa-apa. Mengerti kamu." ucap Astha dengan nada tenang namun penuh penekanan. Astha pergi begitu saja dari hadapan Alivia. Begitu banyak pertanyaan di otak Alivia. Siapa Astha? apa yang membuat lelaki itu menyekapnya di tempat ini. Semua masih abu-abu. Belum ada titik terang kapan dia akan keluar dari kandang singa yang penuh dengan singa buas itu.
**
Reza telah menyuruh semua anak buah Astha untuk meninggalkan kediaman Astha sementara waktu. Dan tidak ada yang boleh memberi keterangan apapun tentang keberadaan Astha pada pihak berwajib. Pengacara Astha yang terbiasa menangani kasus seperti ini sebelumnya juga sudah tahu persis apa yang dilakukan untuk menyelamatkan Tuan Muda Adyastha Prasaja. Anak seorang miliyuner yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan.
Dorr Dorr Dorr!!! suara tembakan terdengar beberapa kali di luar rumah Astha. Astha masih santai di ruangannya. Sedangkan Alivia tampak ketakutan di dapur.
"Apa tempat ini sedang dikepung? kenapa?" Alivia membereskan cuciannya dan mengeringkannya dengan cepat sesuai perintah Astha.
"Mereka sudah datang. Ayo cepat ikut aku." ucap Astha sambil menarik pergelangan tangan Alivia. Alivia yang merasa risih, berusaha untuk melepaskan dari tangan Astha. Tapi cengkraman tangan Astha terlalu kuat.
"Siapa itu Tuan? kenapa ada suara tembakan?" tanya Alivia.
Astha tidak menjawab. Dia dan Alivia masuk ke dalam kamarnya. Lalu dibukalah pintu almari pakaiannya.
"Ayo masuk. Sebelum mereka menemukan kita." Astha masuk lewat pintu yang dia sebut lemari pakaian tapi ada pintu lagi ternyata di bagian bawah. Dan sekilas tidak akan ada yang tahu kalau itu adalah pintu penghubung ke ruang bawah tanah. Astha menyuruh Alivia untuk turun lebih dulu. Ada tangga sebagai pengguhubung ke ruangan itu. Astha ikut masuk kemudian. Lalu menguncinya.
"Tuan ini apa?" tanya Alivia setelah sampai di bawah. Dia tercengang dengan ruangan yang ada di bawah ini. Ruang bawah tanah yang lebih terlihat seperti rumah mewah dengan segala perabotannya.
"Rumah keduaku. Sudah diam. Tidak usah berisik." Astha menyusuri ruangan itu dan begitu bersih terawat. Hanya orang kepercayaannya yang tahu tempat itu. Rezapun tidak tahu. Di sinilah tempat dia menyepi. Arsya berjalan ke salah satu sudut ruangan lalu menyalakan exhaust fan agar udara dari luar bisa masuk ke dalam ruangan. Seperti kipas angin yang digunakan untuk untuk menghisap udara di dalam ruang untuk dibuang ke luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke dalam ruangan. Selain itu juga bisa mengatur volume udara yang akan disirkulasikan pada ruang. Dan benda ini biasa di pasang pada ruang bawah tanah agar tidak lembab dan pengap.
Alivia menelisik ke seluruh ruangan. Banyak sekali ventilasi. Tapi entah ini dibuat dimana? kalau dari atas kelihatan? bukannya akan membuat seseorang bisa dengan mudah menemukan?
"Tuan, kenapa ada ventilasi? apa tidak akan terlihat dari atas?" tanya Alivia polos.
"Bego kamu!! aku sudah memikirkan semuanya. Tidak akan terlihat dari atas. Aku tidak perlu menjelaskan padamu tentang itu. Karena pasti kamu tidak akan paham. Cepat bikinin aku kopi. Di sana ada dapur." tunjuk Astha ke ruangan paling ujung.
"Baik Tuan." Alivia hanya menurut. Baginya yang penting Astha tidak bersikap buruk terhadapnya. Laki-laki ini.... Ah entahlah Alivia masih belum bisa menebak sifat laki-laki itu sebenarnya.
"Aku baik-baik saja. Urus saja yang di luar. Aku tidak mau ada keributan." ucap Astha saat menerima telpon entah dari siapa.
"Tuan, ini kopinya." ucap Alivia sambil meletakkan secangkir kopi di atas meja. Astha hanya memberi kode iya dengan tangannya karena dia sedang berbicara dengan seseorang di telepon.
Alivia berjalan-jalan. Dan masih tak habis fikir bagaimana ada bangunan semewah ini di bawah tanah. Bagaimana cara membuatnya? Alivia terpukau dengan arsitek yang membuatnya. Semua dirancang dengan sempurna. Hingga pandangannya tertuju pada pintu sebuah ruangan yang tertutup.
"Jangan pernah kamu masuk ke ruangan itu. Sekali saja kamu berani masuk, habis kamu." tatapan Astha begitu tajam menusuk hingga ke dasar hatinya. Aura laki-laki ini sungguh mencekam.
"Baik Tuan. Saya tidak akan berani masuk tanpa seizin Tuan."
"Aku juga tidak akan memberimu izin sampai kapanpun."
"Sampai kapan kita di sini Tuan?"
"Tidak usah banyak tanya. Masakin sesuatu untukku. Itu ada kulkas. Kamu bisa cari bahan di situ!" kali ini nada suara Astha lebih rendah dari sebelumnya.
"Baik Tuan." Alivia berjalan ke arah kulkas. Dan ketika dibuka, begitu banyak bahan makanan ada di dalamnya. Alivia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Di sini begitu lengkap. Entah siapa yang menyiapkan dan membersihkan setiap hari. Alivia benar-benar penasaran dengan kehidupan Astha.
Astha duduk di sofa kulit berwarna coklat gelap. Menatap layar ponselnya yang tidak juga berbunyi. Banyak hal yang dia fikirkan. Bersama wanita polos seperti Alivia memang tidak memberi pengaruh apa-apa pada hidupnya. Tapi gadis polos sepertinya tidak akan berbuat melebihi batas. Astha percaya itu. Dia menyeruput kopi panas dari cangkirnya. Sayup-sayup terdengar keributan di luar. Mungkin pihak berwajib sedang mencari keberadaannya yang sudah membuat nyawa Andrew melayang.
'Konspirasi. Mereka pikir aku tidak tahu apa maksud mereka? kalian tidak akan semudah itu menumbangkan aku.' bisik Astha dalam hati. Bibirnya tersungging memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan nanti.
Maaf agak lama. Soalnya kemarin saya sempat drop sehari. Jadi semua jadwal berantakan. Jadi nyelesain PKM yang kejar target dl.