Elin dan Aga pulang sudah sangat sore. Setelah mengantar Elin sampai di depan rumah, Aga bermaksud langsung pamit. Tapi dari dalam rumah terdengar suara orang yang sedang berbincang dan Elin sangat kenal suara itu.
Kamu masuk duluan, aku akan pergi setelah kamu masuk...
Elin ragu melangkah kan kakinya, karena malas bertemu dengan Rizal. Dia yakin yang di dalam itu Rizal, Elin sangat kenal dengan ketawa yang menyebalkan itu. Emang dia nga kerja apa batin Elin.
Kenapa tanya Aga ke Elin?
Ah, nga'. Kakak duluan saja ucap Elin. Elin akan masuk setelah kakak pergi ucapnya. Rizal tidak mungkin tanpa maksud datang hari ini. Elin tidak ingin membuat Aga tidak nyaman.
Baiklah!! Sampai bertemu besok ya ucap Aga.
He eh, Elin mengangguk dan tersenyum ke arah Aga.
Elin menarik nafas panjang dan berusaha tenang, padahal hatinya sudah sangat panas sangking kesal sama Rizal.
Hay dek, Rizal yang sambil tiduran di depan TV menoleh ke arahnya sambil melambaikan tangan baru pulang?
Elin hanya menoleh dan masuk ke kamarnya.
Rizal kembali lagi menonton televisi dan tertawa lepas karena mereka sedang menonton film komedi.
Mama Elin masuk ke kamar.
Lin, itu ada Rizal di luar. Dia sudah menunggumu dari jam 2 siang.
Elin tidak ada janji dengannya ma.
Mana boleh begitu, Mama tau hubunganmu dan Rizal sudah lama berakhir. Dia sudah meminta maaf kepada Mama dan Papa atas kesalahannya padamu dulu. Tapi sekarang dia benar-benar serius denganmu. Walaupun kamu sudah tidak menganggapnya lagi, dia akan tetap menunggumu sampai memaafkannya. Kasihanlah Lin, Mama dan Papa juga tidak enak dengan suami tantemu nanti. Seolah-olah tidak mengajarkan untuk memaafkan orang lain. Bagaimana pun dia keponakan dari suami tante mu. Walaupun kamu sudah tidak mau lagi menjalin hubungan dengannya, tapi bukan juga kamu memutus silaturahmi dengannya.
Elin dengan malas keluar dari kamarnya. Rizal sedang ngobrol dengan Papanya. Mereka terlihat sangat seru. Apakah Aga bisa seperti itu, Aga bukan tipe yang suka mengobrol seperti Rizal. Bahkan terkesan sangat pendiam, bicara seadanya. Selama ini Elin yang dominan karena memang Elin setipe dengan Rizal, senang mengobrol. Sejauh ini Aga selalu menanggapi dirinya yang aktif ini.
Hay dek, sini. Kamu pasti capek karena dari daerah sana. Ini teh mu, Rizal menyodorkan gelas ke Elin.
Ini rumah-rumah siapa pikirnya. Rizal malah yang ngasih teh ke dia.
Gimana tadi daftarnya? Antriannya panjang.
Nga' jawab Elin, tadi di sana kebetulan temannya kak Aga panitianya. Jadi dia semua yang ngurus, kami cuma menunggu aja.
Wah, lumayan ya ada yang ngbantu jadi bisa santai.
Aga itu yang... sambil seolah olah mikir.
Kakak nga' kenal, Aga itu anak sini. Bukan teman sekolah adek.
Oh rombongan yang pas acara kemarin ya?
He eh, Elin menjawab malas.
Kalau kamu capek, istirahat aja nga apa-apa. Kakak bisa ngobrol bareng Papa dan Mama Elin di sini.
Elin sekedar nemenin ngobrol bisalah Zal jawab Papanya.
Eh tapi ini udah mau maghrib juga, kayaknya Rizal harus pulang dulu, takut mama nyariin nanti ucapnya.
Oh ya, hati-hati ya Zal. Salam buat Papamu. Lain kali kalau luang main ke sini lagi aja. Dari pada nongkrong gak jelas ucap Papa Elin. Siap Om Papa... Rizal pamit dulu ya, sambil mencium tangan Papa Elin.
Lin, antar Rizal ke depan ya ujar Papanya.
Iya pa.
Lin, semakin kamu menolakku. Semakin kamu akan kesulitan menjauhiku.
Semakin kuat kamu tidak ingin aku datang, maka semakin sering aku akan datang.
Semakin kamu membenciku, semakin kuat aku akan mengambil posisimu di keluargamu.
Kamu sakit Zal ucap Elin...
Eits... Kakak, jangan sampai kamu memanggil namaku.
Sudah ku katakan, Aku lebih segalanya dari Aga. Menurut informan ku, pacarmu itu hanya seorang pengangguran dan bukan juga anak kuliahan.
Itu urusanku bukan urusanmu Zal. Dan aku yang berhak menentukan masa depanku.
Kita lihat saja, apakah kamu masih bisa menentukan masa depanmu jika Mamamu tau siapa Aga.
Aku tidak perduli Zal, katakan saja semuajya pada Mama. Aku akan bertahan.
Sekeras apapun kamu mendekatiku, sekeras itu juga aku akan menjauh darimu.
Sekeras apa pun kamu mengambil posisiku di keluargaku maka akan semakin keras aku membencimu
Dan terakhir semakin kamu memaksaku menerimamu, maka aku akan semakin tidak bisa menerimamu.
Kalau kamu boleh egois pada diriku, maka aku akan lebih egois lagi agar bisa mempertahankan Aga.
Pada akhirnya kita akan lihat, siapa yang akan terluka.
Setidaknya aku punya Aga di sampingku, dan kamu dari awal sampai akhir nanti akan tetap sendirian.
Rizal menahan emosinya. Kamu boleh melakukan sesuka hatimu. Aku akan tetap di sini mengambil posisi Aga di keluargamu.
Aku sudah tidak tau lagi mau bicara seperti apa padamu Kak, rasanya mengajakmu bicara baik-baik juga percuma.
Coba kamu pikirkan, apa yang kamu lakukan sekarang ini Cinta atau Hanya keinginan untuk memiliki dan tidak mau kalah dari orang yang kamu anggap jauh di bawahmu.
Hubungan kita sudah tidak sehat, aku tidak bisa lagi kembali kepadamu karena luka yang kamu berikan dulu masih terasa segar diingatan. Aku yang bersedia setia dan menuruti semua perkataanmu hanya menerima pengkhianatan dan luka. Mungkin untukmu yang melakukan hal itu, itu hanya sebuah perjalanan kehidupan tapi bagiku yang kamu lakukan padaku adalah pembelajaran.
Lin, kalau aku tidak serius padamu tidak mungkin aku sangat menjagamu. Aku tidak menyentuhmu sama sekali karena kamu sangat menjaga dirimu. Kamu ingin hal yang biasa dilakukan orang pacaran pada umumnya, begandengan tangan, kissing, dan pelukan menjadi hal yang tidak bisa denganmu. Aku sangat menerimanya. Karena aku sangat mencintaimu.
Tapi kamu melakukannya dengan wanita lain di belakangku, karena kamu tidak bisa mendapatkannya dariku. Kamu bermain dengan wanita lain untuk memenuhi nafsumu.
Cukup ujar Rizal sambil menahan suaranya, dia tidak ingin sampai Mama dan Papa Elin melihat mereka bertengkar.
Cukup Lin, ribuan kali aku meminta maaf padamu atas kekhilafanku waktu itu dan aku bersumpah tidak akan melakukan hal itu lagi tapi kamu sama sekali tidak mau memaafkanku.
Sudahlah jika kita terus seperti ini maka tidak ada habisnya. Aku pulang dulu sampai jumpa besok ucap Rizal.
Besok teriak Elin...
Rizal menaiki mobilnya dan melambaikan tangan pada Elin.
Aga yang sedang ngobrol di depan rumah Kyo melihat ke arah mobil yang diparkirkan di seberang jalan rumah Kyo.
Ga, ngapain dia ke sini? Minta dihajar dia ujar Ade...
Kita liat aja. Nga perlu pake' kekerasan jawab Aga.
Mas bro, sorry nih ganggu kongkow-kongkow nya. Saya mau pinjam temennya dulu nih. Kamu yang nama Aga kan?
Ya, ada apa? Bicara aja di sini?
Wah, ini privasi sebenarnya. Tapi kalau Mas mau privasinya di dengar orang lain. Saya sih nga' masalah.
Nga' apa-apa santai aja jawab Aga.
Saya cuma mau nanya, kapan masnya mau putus sama Elin?
Eh, bangsat!! Ngomong tu di pikir dulu teriak Youth...
Aga menahan Youth!! Sambil menggelengkan kepalanya.
Aga berdiri dan menatap ke arah Rizal.
Aku rasa tidak ada hal yang perlu kita bicarakan, antara pacar dan mantan pacar tidak ada hal baik untuk dibicarakan.
Santai Mas bro, aku cuma mau bilang. Aku tidak masalah kamu mau pacaran dengan Elin. Aku akan menunggunya. Pada akhirnya akulah yang akan menjadi pasangan hidupnya. Jadi jika kamu pikir yang kamu lakukan akan sia-sia lebih baik kamu mundur saja secepatnya.
Aku bukan lelaki pengecut seperti Anda, tidak ada yang bisa membuatku mundur kecuali Elin sendiri yang memintaku mundur. Jadi jika kamu ingin aku mundur, katakan pada Elin untuk menyuruhku mundur.
Kenapa?
Elin pasti sudah menolakmukan...
Ya, pada akhirnya sekuat apa pun usahamu. Yang Elin cintai dan pilih adalah Aku. Jadi menurutku dari pada kamu buang-buang waktu, mending kamu mencari wanita yang mencintaimu. Bukan malah memaksa orang yang sudah tidak lagi mencintaimu untuk berada di sisimu.
Kita lihat saja, siapa pada akhirnya yang akan bisa bersamanya. Rizal berbalik dan meninggalkan Aga.