Descargar la aplicación
90% KALTER BOY / Chapter 9: Hukuman

Capítulo 9: Hukuman

Mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali, ditambah membersikan rooftop sekolah, Elda tidak bisa membayangkan hukuman yang diberikan oleh guru BK yang bernama Bu Wilona. Lapangan sepak bola sangat besar, Elda tidak kuat mengelilingi lapangan sepuluh putaran. Perutnya juga sudah mulai perih karena dia tidak sempat sarapan.

Elda marah pada dirinya sendiri yang ceroboh, tidur kembali selepas shalat subuh. Elda menyeka keringat yang membasahi pelipis, topi yang ia pakai sudah terlepas, dan dia letakkan di pilar pinggir lapangan. Vika dan Rega juga sama dihukum oleh Bu Wilona.

Telat datang ke sekolah tidak ada di kamus Elda, tapi sekarang dia mendapatkannya, kekesalannya karena telat juga bertambah dikarenakan Rega yang terus mengikutinya dari belakang. Bukan hanya itu, mulut mercon Rega juga tidak berhenti untuk mengatakan jurus gombal recehnya, jujur sekali, Elda sudah bosan mendengar gombalan itu.

"Beb, kamu denger aku gak, sih?" tanya Rega untuk ke sekian kalinya, ucapannya terus diacuhkan oleh Elda. Tentu saja dia merasa sakit hati, Elda berhenti berlari.

"Gue kasih peringatan sama lo sekali lagi Ga! Jangan deketin gue! Paham?"

Rega melongo, Vika yang tadinya berlari juga ikut berhenti, dia melihat Elda dan Rega bergantian. Wajah Elda merah padam, sedangkan Rega memasang wajah kecewa, Rega memang sangat tampan, seantero sekolah suka padanya. Tapi ... Rega selalu mengejar Elda dari pertama kali mereka masuk MOS, entah karena apa Rega bisa suka pada Elda, Elda tidak tahu itu.

"Beb ... kamu ... serius?" tanya Rega, tangannya dengan gemetar menyeka keringat di dahinya. Elda memejamkan mata, lalu mengangguk. Perasaan Elda tidak pernah bisa, tidak bisa menerima Rega.

"Kok lo jahat sih beb! Apa karena lo dihukum ya? Mood lo mendadak jadi gini, iya 'kan?" tanya Rega sekali lagi, Elda memutar bola matanya malas.

Kalau dihitung, Elda sudah berputar lapangan sebanyak sepuluh kali, sekarang waktunya dia ke rooftop untuk melanjutkan hukuman, di rooftop tidak ada guru, jadi dia bisa membawa roti yang ia bawa dari rumah, lalu memakannya.

Elda tersenyum lebar, dia langsung menarik tangan Vika menuju rooftop yang berada di lantai empat, untung saja sekolah mereka sudah tersedia lift, jadi mereka tidak perlu susah payah naik tangga.

"Beb! Beb!" Rega memanggil, Elda tidak menghiraukan lelaki itu, sekarang dia hanya memikirkan perutnya yang kelewat lapar. Bisa saja dia pingsan nanti.

Sampai di rooftop, Elda menghirup udara segar, tanaman hias itu seolah membius dirinya yang lelah. Vika? Dia melihat lantai rooftop yang sangat berdebu. Sudah berapa bulan rooftop ini tidak disapu? Vika mendadak mulas melihatnya, di rumah saja dia tidak pernah memegang sapu. Dan di sekolah dia harus menyapu.

Di ambang pintu rooftop, Rega mengatur nafasnya, gara-gara Johan dan kedua temannya, dia harus naik rooftop lewat tangga, kakinya sangat kelelahan. Tapi, semua itu sirna saat dia melihat wajah Elda yang tersenyum lebar karena melihat pemandangan di depannya. Rega menghampiri Elda dengan genit, senyuman tengil terus ia tampilkan.

"Beb ... kamu kok cantik banget, sih!?"

Elda berdecak melihat Rega, tidak ada waktu untuknya tenang, Rega selalu mengganggu. Elda mencubit keras pipi Rega yang tembem.

"Ga ... sumpah deh, gue kesel sama lo tahu gak!" Elda memutar bola matanya kesal. Berbeda dengan Rega yang malah semakin bahagia, giginya berderet dengan rapi.

"Aaaaa ... kamu so sweet banget sih bep! Aku makin sayang sama kamu ...," kata Rega, dia mencubit pipi Elda sampai pipinya perih.

"Iiiiiiiihhh, lo bikin gue kesel aja sih Ga!" Elda menggeram marah, dia memejamkan matanya. Rega malah tertawa melihatnya.

"Rega!!!" Elda berteriak kencang. Vika ikut mentertawakan mereka berdua.

"Maaf El, maaf, gue gak sengaja. Abisnya sih lo bikin gue gemes pengen gigit jadinya 'kan," ucap Rega sambil berlarian saat Elda akan berancang-ancang mengejarnya.

Elda mengejar Rega yang terus menghindar, saat di pagar pembatas rooftop, Rega menghentikan kakinya. Kepalanya bergerak memutar ke belakang, Elda menyeringai lebar. Rega jadi takut kalau Elda akan membalasnya.

"El ... jan ... jangan gitu dong, gue takut tahu!"

"Ck! Dasar kudanil! Mending kita cepet-cepet bersihin lantainya, emang lo mau nanti Bu Wilona nambahin hukuman?" Elda meninggalkan Rega yang berkeringat dingin.

Rega melotot tajam, selanjutnya menghembuskan nafas lega kalau Elda tidak jadi membalas perbuatannya. Rega akhirnya membantu Vika dan Elda menyapu lantai yang sudah berdebu.

o o o

Dua puluh menit berlalu, pelajaran Fisika sudah berakhir saat Elda dan Vika masuk ke kelas, dari yang mereka dapatkan, Bu Desi memberikan tugas untuk kelompok. Kelompok untuk membuat es krim dari es batu dan garam. Dan tugas mereka harus dibuat tutorial dan di-posting ke YouTube.

"Vik! Lo sekelompok sama gue," ucap Merin memberitahu. Vika mengangguk mengiyakan.

"Pulang sekolah kita ngerjain tugas di rumah gue, jangan lupa ya!"

"Okey Mer!"

Merin mengacungkan jempolnya, dia dan Chika keluar dari kelas untuk pergi ke kantin sekolah. Elda belum tahu dia masuk kelompok siapa, semua teman sekelas juga tidak ada yang memberitahu.

"Lo, gak ke kantin lagi El?"

Vika meletakkan buku fisika yang baru saja dibagikan. Tidak tega kalau dia keluar, dan meninggalkan Elda sendirian di kelas. Apalagi saat pertamakali mereka masuk sekolah, Vika dan Elda tidak pernah ke kantin berdua. Elda mengeluarkan satu bungkus roti buatannya.

"Gue gak ke kantin Vik, lo aja. Gue bawa roti kok." Elda menunjukan satu bungkus roti di tangannya. Vika menggeleng, makan roti di siang hari tidaklah membuat lidah senang, di siang hari seperti ini, sangat bagus untuk memakan bakso yang pedas.

"Ah ... ayolah El, sekali-kali kek lo ke kantin. Jangan di kelas mulu! Emang lo gak jenuh apa? Kalo di kantin banyak siswa dan siswi juga. Apalagi ganteng-ganteng juga loh, oh iya, pasti ada Rega juga."

"Apaan sih lo Vik! Pake bahas dia segala! Jangan ngomongin Rega deh! Gue kesel tahu gak!" Elda menggigit roti di tangannya dengan kesal.

Memutar bola mata, Vika duduk di samping Elda. Dia menoleh saat Elda menggigit roti dengan rakus. Matanya melongo, Elda seperti kelaparan memakan roti itu.

"Ebuset! Bukannya lo baru aja tadi buka itu roti? Kenapa sekarang, malah udah ludes?"

"Yaelah Vik. Lo kayak gak tahu aja kalo gue lagi laper, lo mending ke kantin aja sekarang deh, gue mau ngerjain tugas fisika dulu yang baru."

"Males El! Gue minta roti lo aja deh, kayanya enak." Vika menengadahkan tangannya. Elda menggeleng, roti yang ia bawa sudah habis dimakan.

o o o

Rabu, 17 Juni 2020

Uyu Nuraeni

IG : Nuraeniyuu784

KBM App : Nuraeniyuu784


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C9
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión