Descargar la aplicación
53.84% Just you / Chapter 49: Chapter 11 [Part 2]

Capítulo 49: Chapter 11 [Part 2]

Chapter 11 [Part 2]

"Oh begitu, kalau begitu kita mulai saja."

Sophie pun menoleh ke arah Bella, Bella mengangguk. Ia pun mulai berbicara "Beberapa hari yang lalu, setiap ketua eskul di beri pengumuman agar berpartisipasi dalam festival sekolah minggu depan. Seharusnya festival sekolah ini di adakan sesudah ujian, tapi festival ini di majukan karena alasan tertentu."

Herry mengangkat tangannya dan bertanya "Alasan? Alasan apa?"

"Alasannya karena sudah terlalu banyak eskul di sekolah ini." jawab Chelsea sambil meminum tehnya "Sekolah kami juga mendapat pemberitahuan yang sama. Aku tau alasannya karena memang acara itu untuk membubarkan eskul-eskul yang kurang serius dalam menjalani kegiatan, itu dilakukan demi menghemat anggaran sekolah yang di berikan kepada setiap eskul tiap bulannya." lanjut Chelsea.

"Benar, karena itu kita memiliki tugas penting sebagai anggota eskul ini untuk mempertahankan eskul sastra kita. Bisa di bilang, minggu depan kita akan menghadapi perang." ucap Bella dengan tegas. "Karena itu, kita harus bersiap untuk menghadapi perang tersebut, aku sudah memikirkan apa yang akan kita lakukan. Tapi sayangnya, itu masih belum cukup." Lanjut Bella

Jessica mengankat tangannya dan bertanya "Memang apa yang sudah kamu pikirkan?"

"Rencana ku adalah pertunjukan membaca puisi di depan banyak orang."

Tiba-tiba Herry dan Jessica pun menegang, mereka terlihat ketakutan ketika mendengar rencana Bella. Herry pun bertanya "Kenapa harus membaca puisi di depan banyak orang?"

"Karena kita eskul sastra, apa yang kita tunjukan harus berkaitan dengan sastra." jawab Bella.

"Iya, memang sih kamu benar… Tapi–."

"Sudah hentikan, Jika kalian tidak bisa, kalian harus berlatih mulai hari ini." ucap Sophie yang terdengar tegas

Mereka berdua pun langsung terdiam, Julio mengangkat tangannya dan bertanya "Lalu, apa yang kurang?"

Bella langsung terlihat lesu dan berkata "Orang-orang pasti akan bosan hanya dengan mendengar kita membacakan puisi. Pasti hanya sedikit saja yang mau datang, karena itu kita harus menambahkan sesuatu agar orang-orang tertarik datang kemari."

Semuanya pun terdiam, mereka semua memikirkan apa yang harus mereka lakukan demi mempertahankan eskul mereka. Bella sudah terlihat sangat khawatir, Chelsea pun memegang tangannya dan berkata "Tenang saja, eskulmu tidak akan bubar." lalu tersenyum.

Bella juga tersenyum sambil berkata "Terima kasih, Chelsea."

Julio yang melihat mereka hanya tersenyum, ia pun mulai terlihat serius, ia melihat sekeliling ruangan. Lalu Julio pun berjalan menuju pintu gudang yang ada di pojok ruangan. Mereka pun keheranan dengan Julio yang melihat kedalam gudang itu. Lily pun bertanya dengan nada kasar "Hoi! Sedang apa kau disana?"

Julio menguiraukan pertanyaan Lily, Lily mulai kesal karena pertanyaanya di abaikan.

"WOI!"

"Bella, apakah kamu pernah memindahkan rak buku ini kedalam gudang?"

Bella mengangguk dan menjawab "Iya pernah, saat pertama eskul ini di buat, aku menaruh rak-rak buku itu di gudang karena aku sebelumnya lupa belum membersihkan ruangan ini."

"Sepertinya gudangnya bisa memuat semua rak buku itu ya?" tanya Julio lagi.

"Iya, karena rak nya kecil, jadi bisa muat semua kedalam gudang."

Julio pun kembali menghampiri mereka dan duduk. Herry bertanya "Sebenarnya apa yang kamu pikirkan, Julio?"

"Entahlah. Aku hanya kepikiran untuk membuat cafe kecil di ruangan ini, kita punya 4 rak buku. Mungkin 2 rak buku bisa di simpan di dalam gudang agar gudangnya tidak terlalu sempit, karena gudang itu bisa kita jadikan dapur. Sementara 2 rak lagi kita biarkan saja di sini, kita pindahkan tempatnya agar nyaman dilihat oleh orang-orang, agar para pengunjung bisa membaca buku-buku yang ada disini. Kita juga harus memilih mana buku yang menarik dan layak di baca. Tapi ya, itu terserah kalian, aku hanya memberi saran."

Semuanya menatap Julio, mereka tidak kepikiran sama sekali untuk membuat ruangan ini menjadi cafe kecil. Chelsea pun tertawa melihat Kakaknya yang memberikan idenya, Julio pun berkata "Maaf saja ya, bila Kakakmu ini hanya bisa memberikan ide yang kurang bagus."

Chelsea menggelengkan kepalanya dan berkata "Tidak, tidak. Aku sudah menduga kalau Kakak bisa memikirkan ini dengan matang, menurutku ide Kakak bisa saja membuat para pengunjung datang kemari. Mungkin memang pengunjung datang kemari hanya karena cafenya, tapi tetap saja itu bisa menyelamatkan eskul kalian. Karena yang di cari adalah eskul siapa yang paling banyak di kunjungi, dengan syarat eskul itu harus menunjukan sesuatu yang berkaitan dengan eskul itu sendiri. Seperti yang Kakak bilang, menempatkan rak-rak buku itu juga bisa di hitung memenuhi syarat, tapi agar lebih meyakinkan kalian bisa menggabungkan ide Kak Bella dan juga Kak Julio. Kalian pasti bisa memenuhi syarat."

"Benar juga, mungkin kita juga bisa menaruh buku-buku di meja pelanggan agar pelanggan tidak susah-susah mengambil bukunya di rak, mungkin kita bisa beli alat untuk menaruh buku-buku itu di toko agar terlihat lebih rapih." ucap Bella.

"Benar, kita bisa menempatkan ide Bella saat pengunjung sudah mulai ramai. Baiklah, siapa yang setuju dengan ide mereka berdua?" tanya Sophie

Herry pun tiba-tiba bertanya "Ide Bella? Yang pertunjukan puisi itu?"

"Tentu saja, menurutmu yang mana lagi hah?" ucap Lily yang terdengar kasar.

"Yah… Aku kira itu di batalkan."

Herry terlihat pasrah, ia hanya menyandarkan tubuhnya dan menatap langit-langit. Semuanya pun tertawa melihat Herry yang pasrah, lalu Bella pun berkata "Baiklah, sudah di putuskan. Kalau begitu, karena sekarang sudah sore, besok kita akan adakan pembagian tugas untuk minggu depan."

Mereka pun mengangguk, semuanya pun pergi terlebih dahulu kecuali Bella. Ia harus membereskan gelas-gelas bekas teh mereka semua. Sophie dan Lily ingin membantunya, tapi Bella larang dan menyuruh mereka untuk pulang. Setelah semuanya pergi, tanpa menawarkan bantuan, Julio langsung membantu Bella membereskan semuanya.

"J-Julio, sudah biar aku saja yang membereskannya." ucap Bella yang melarang Julio.

"Diamlah." ucap Julio singkat.

Bella langsung terdiam, ia seperti tidak bisa membantah perkataan Julio.

"Ini letakan dimana?" tanya Julio yang bingung meletakan gelas kotor dimana.

Bella pun langsung menjawabnya "Letakan saja di gudang. Biar aku cuci nanti."

"Cuci?"

Julio kebingungan, ia tidak mengerti maksud Bella. Bagaimana bisa ia mencuci gelas di gudang? Melihat Julio yang kebingungan, ia pun langsung menjelaskannya.

"Memangnya kamu tidak melihat ada tempat cuci peralatan makan disana?"

Julio menggelengkan kepalanya, Bella pun pergi ke gudang dengan Julio dan menunjukannya "Disana, kelihatan kan?"

"Oh iya, aku tidak melihatnya."

Bella tertawa kecil dan berkata "Dulu, ruangan ini milik eskul memasak, sekolah sengaja membuat tempat cuci peralatan sebagai tanda sekolah mendukung eskul itu. Tapi sayangnya, eskul itu bubar karena kesalahpahaman antara ketua dan anggotanya."

"Eh begitu ya, yah aku harap eskul ini tidak berakhir seperti itu."

Bella terdiam sebentar, ia pun berbalik, ia tersenyum kepada Julio lalu berkata "Julio, terima kasih."

"Untuk apa?"

Bella sedikit mendekat dan berbicara lagi "Untuk semuanya. Berkat dirimu, banyak yang berubah." Bella mendekat lagi "Begitu juga diriku, berkatmu aku menjadi lebih kuat lagi untuk menghadapi orang-orang seperti Rio. Terima kasih."

"Tidak masalah, anggap saja ini balas budi karena sudah menawarkan ku untuk masuk eskul ini, jika tidak, mungkin aku sudah bermasalah dengan sekolah lagi." ucap Julio lalu tertawa kecil.

Melihat tawa Julio, wajah Bella jadi memerah. Bella pun mengambil sapj dan menyapu lantai ruang eskul karena terlihat kotor, ia pun berkata kepada Julio "K-Kamu pulang saja, aku bisa pulang sendiri kok."

"Oh, kalau begitu hati-hati lah."

Bella memyapu, ia menyapu namun berjalan mundur. Ia terus memikirkan apa yang baru saja ia lakukan, ia merasa seeprti lepas kendali, wajahnya semakin memerah dan akhirnya karena terus berjalan mundur, ia pun menabrak rak buku yang ada di belakangnya dengan keras. Rak buku itu pun bergoyang, Julio yang baru keluar ruangan langsung masuk kembali karena mendengar suara tubrukan, ia melihat rak buku yang bergoyang-goyang. Julio langsung berlari dan mendekatkan Bella pada rak buku agar buku yang diatas tidak jatuh menimpanya. Buku-buku di rak paling atas pun berjatuhan dan menimpa bahu Julio, Julio menahan rasa sakit pada bahu kirinya. Ia pun bertanya pada Bella "Kamu… tidak apa-apa?"

Bella hanya menggelengkan kepalanya, ia melihat wajah Julio dengan sangat dekat, matanya terpaku pada wajahnya, tubuhnya mematung, bibirnya bergetar. Entah ia merasa takut atau merasa senang, perasaannya tidak karuan.

"Julio…"

Melihat wajah Julio yang kesakitan, Bella pun membawanya ke sofa "Julio, m-maafkan aku. Karena aku, luka mu jadi terasa lagi."

Julio menggelengkan kepalanya, sambil memegang bahu kirinya, ia berkata "Aku tidak apa-apa… aku baik-baik saja, kalau kamu?"

Meski Julio berkata seperti itu, Bella tau kalau Julio menahan rasa sakitnya, itu bisa terlihat dari wajahnya dan suaranya.

"Kamu! Harusnya kamu lebih memikirkan dirimu! Bagaimana kalau tangan kiri mu itu kenapa-kenapa? Kenapa kamu malah khawatir padaku!" kata Bella yang terlihat kesal.

Julio memaling kan wajahnya, lalu ia pun berkata "Berisik, bersih-bersih nya sudah kan? Kalau begitu ayo pulang." lalu berdiri dan berjalan keluar ruangan.

Bella benar-benar kesal dengan Julio, ia pun menaruh kembali buku-buku yang berjatuhan, setelah itu ia pun keluar dari ruangan dan mengunci ruangan itu. Ia pun bergegas menuruni tangga,

Saat sampai di depan pintu sekolah, ia melihat Julio dari belakang, ia hanya melihatnya, lalu ia tersenyum.

"Benar-benar dingin." ucap Bella dari belakang.

Di depan gerbang, teman-temannya masih menunggu mereka berdua. Chelsea dan Lily sepertinya keliatan kesal sekali dengan mereka berdua.

"Kakak! Cepat!" teriak Chelsea

Lalu Lily pun ikut berkata dengan keras "Bella! Ayo kita sudah terlambat! Kamu lama sekali sih!"

Julio dan Bella pun bergegas mendekati mereka, setelah itu Bella, Lily dan Sophie berpisah jalan dengan Julio, Jessica, Herry dan Chelsea.

Di jalan, Bella terus tersenyum, ia mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya, mengingat wajah Julio yang begitu dekat, membuat wajah Bella memerah. Lily yang melihat wajah Bella tiba-tiba memerah pun langsung menanyakan keadaanya. Bella hanya menggeleng sambil berkata "Ti-Tidak… A-Aku tidak apa-apa kok."

Bella terlihat gugup, Lily terus menanyai Bella yang wajahnya masih memerah, Lily takut kalau Bella terkena demam. Namun, tidak dengan Sophie, Sophie sama sekali tidak menunjukan rasa khawatirnya. Tiba-tiba Sophie berkata.

"Oh itu Julio membawa bunga."

Bella langsung melihat kesegala arah dengan cepat sambil bertanya dimana keberadaan Julio. Lily yang tadinya sangat khawatir mulai menumbuhkan rasa kesal terhadap Bella. Bella yang tau sudah di bohongi langsung mencubit pipi Sophie

"K-Kamu! Jangan bohong dong!" ucap Bella sambil mencubit pipi Sophie.

"Sakit, aku minta maaf." ucap Sophie dengan datar.

Bella menoleh ke arah Lily, Lily sedari tadi hanya menunduk. Ia kelihatan benar-benar kesal dengan Bella. Lalu Bella pun bertanya "L-Lily, kamu kenapa?"

"Bella… Apa… Kamu benar-benar menyukai Julio?"

Wajah Bella semakin memerah, Bella pun mencoba untuk menyangkalnya tapi wajahnya tidak dapat berbohong. Lily pun berkata lagi "Kenapa harus Julio? Apa tidak ada orang lain lagi?"

Perkataan Lily mulai terdengar serius, Bella hanya terdiam mendengar perkataan Lily. Lalu Lily berkata lagi "Dia itu dingin, tidak banyak orang yang tau tentang latar belakangnya, ia misterius. Ya mungkin memang adiknya seorang ketua osis SMP 1, tapi bukan berarti dia itu…"

"Bukan berarti dia itu orang baik, kan?" kata Bella yang memotong perkataan Lily "Tapi, kita juga tidak tau apakah Julio itu orang jahat. Tapi, menurutku dia bukan orang yang jahat, dia sudah menyelamatkan ku. Aku tidak mungkin bisa menganggapnya orang jahat kan?"

Lalu, Lily pun membalas perkataanya "Tapi, bisa saja dia hanya menginginkan sesuatu kan?"

Bella terdiam sesaat, ia mengingat kembali saat penindasan terhadap dirinya terjadi, di saat mejanya hancur karena penindasan, bukunya di acak-acak, basah, robek, membuatnya ingin mengakhiri hidupnya saat itu. Tapi, Julio datang, ia mencoba tegar di depan Julio, tapi yang ada ia malah di marahi oleh Julio, mengingat itu membuatnya tertawa sedikit, ia mengingat kembali dimana ia di peluk Julio dari belakang karena ia bersandar di tubuh Julio. Bella menggelengkan kepalanya "Aku percaya, dia tidak mengharapkan apapun dari ku. Dia adalah penyelamat ku, aku tidak bisa menganggapnya orang jahat, dia juga menanggung hukumannya seorang diri kan? Dia menanggung hukuman kita semua..."

"Lalu apa kamu mau aku berhutang budi padanya?"

Bella tertawa kecil lalu berkata lagi "Tidak kok, meskipun kamu mau, pasti itu akan di tolak mentah-mentah oleh Julio. Lily, kamu jangan hanya melihat seseorang dari pandangan umum saja, cobalah dari pandangan yang lain agar kamu bisa tau bagaimana orang itu sebenarnya, dengan begitu kamu bisa lebih mengenal orang itu, kamu mengerti."

Lily terdiam, ia memikirkan perkataan Bella. Lalu ia pun mengangguk tanpa berkara apapun lagi, tiba-tiba Sophie berkata "Oh begitu, berarti kamu menyukai Julio karena ketulusannya dalam membantumu dari penindasan itu. Begitu, aku mengerti."

Wajah Bella memerah, ia tidak bisa berkata apa-apa. Bella pun langsung mencubit kedua pipi Sophie dengan sangat keras.

"K-K-K-Kamu! J-J-Jangan bicara yang aneh-aneh!"

"Sakit, ampun aku menyesal. Tapi, aku hanya berbicara berdasarkan hasil analisa ku dari percakapan kalian."

"A-A-Apa apaan itu! Analisa mu salah! Salah!"

Pipi Sophie pun ditarik semakin kuat oleh Bella. Terus berkata sakit dan meminta ampun, namun wajahnya terlihat datar sekali.

"Sophie, setidaknya gunakan eskpresimu saat merasakan sakit." ucap Lily yang melihat kelakuan mereka berdua.

Lily mengakihkan pandangannya, lalu menghela nafas. Ia memikirkan tentang Julio, lalu teringat perkataan Bella sebelumnya. Lily menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal lalu menghela nafas lagi, sepertinya kata-kata Bella sebelumnya berhasil mempengaruhi dirinya.

"Yah sudahlah, jika itu pilihannya aku hanya bisa melihatnya." ucap Lily.

Mendengar perkataan Lily, Bella langsung menoleh dan menanyakan apa maksud dari perkataannya itu. Lily hanya berkata "Bukan apa-apa, ayo cepat. Sudah sore ini, nanti terlambat."

Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan mereka kembali.

To be continue

=================


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C49
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión