Capítulo 157: Mau Kemana Lagi?

Dan disini sekarang Dipta cs berada, toko ice cream yang Hening maksudkan tadi. Dan seperti dengan mas pelayan rumah makan padang, Hening tampak sangat amat ramah dengan pelayan ice cream.

Gantengnya gak tapi enak di pandang apalagi orangnya ramah, khas masyarakat Indonesia yang terkenal dari jaman dulu, orangnya ramah-ramah, baik budi prilakunya. Kalau baik budi gaknya Hening gak tau, yang jelas ramah dan dia senang dengan orang ramah.

"Rasa coklat campur vanilla aja semuanya."

"Gue gak suka vanilla," ucap Nail.

"Gak usah banyak milih, nanti abangnya repot." Mata Nail melotot.

"Gak apa-apa mbak, gak repot sama sekali." Si abangnya pegang buku kecil sama pulpen buat nulis pesanan. Dia menatap Nial, "masnya rasa vanilla?" Nail mengangguk singkat.

"Baik kali masnya," ucap Hening ramah sambil menumpang dagu dengan telapak tangannya. Siku menahan bobot kepalanya yang gak ada isi kalau ketemu orang tampan. Tatapannya teduh, seteduh mama Dadah pas ngasi tausyiah.