Meri menanggapi taruhan jackob dengan tenang, karena jika dia kalahpun, jackob tetap tidak akan bisa menidurinya. Sebelum tidur dengannya saat rido tahu, jackob mungkin sudah di kebiri lebih dulu.
"kakakku sangat mengagumi mu, dia bahkan memintaku memberimu kesempatan karena kau orang yang baik. Diluar dugaan kau memintaku untuk tidur denganmu. Tidak masalah, bahkan jika kau bilang hanya akan memelukku hal itupun tak akan terjadi karena kali ini, kakakku itu akan mengalah untukku" meri berbicara dengan santai.
Jika di kalangan keluarganya, meri terkesan pendiam dan kekanak-kanakan. Tapi di lingkungan pergaulan kakaknya, dia merupakan wanita dewasa dan selalu cuek dengan pandangan orang. Sikapnya yang ramah dan tidak mudah tersinggung membuatnya nyaman di ajak bercanda. Rido sering mengajaknya bergabung karena ingin adiknya itu menjadi adik bagi sahabatnya. Walau terkadang banyak kekasih sahabatnya yang cemburu dengan kecantikan meri.
Di antara sahabat rido, hanya jackob yang berani menunjukkan rasa sukanya kepada meri. Sedang yang lain hanya bisa memendamnya karena segan kepada rido. Melihat gadis cantik, putih, berbadan sexy ditambah dengan kepribadian yang ramah dan otak jenius tentu akan sulit bagi sahabat rido untuk memungkiri pesona itu.
"kakak, kali ini kau harus kalah" teriak meri kemudian menutup kaca mobilnya.
Pertandingan di mulai ketika sebuah sapu tangan yang di lempar oleh yuda menyentuh aspal.
Meri mengendarai ferrarinya dengan kecepatan yang jauh diluar dugaan rido. Dia sampai terkejut adik perempuannya itu bisa seberani saat ini. Rido tentu tak mau kalah, dia dengan mudah mengimbangi laju kendaraan adiknya itu.
Sesekali jackob berusaha menghasut meri agar mengalah karena saat ini ada wanita yang disukai kakaknya berada di lintasan untuk menontonnya. Akan sangat memalukan jika kakaknya dikalahkan oleh adik perempuannya.
"kau ternyata berusaha keras untuk bisa tidur denganku. Aku akan menjelaskan pada calon kakak iparku itu jika kakakku bukan kalah tapi mengalah"
Dia tahu, kakaknya akan mengerti kodenya tadi. Dia seharusnya mengalah karena jika tidak maka persahabatannya yang akan kalah hari ini.
"hari ini yang kalah harus kakakku atau kau. Aku tidak akan pernah kalah" meri masih berusaha dengan kemampuannya untuk melewati kakaknya.
Tepat saat hampir mencapai garis finish, rido mengurangi kecepatan. Dan akhirnya meri yang memenangkan lomba kali ini.
"sudah ku bilang, kakakku itu mengenalku dengan baik. Dia bahkan bisa tahu kode dariku hanya dengan mendengar nafasku" ejek meri kepada jackob yang kesal dengan kekalahannya. "bang jack, aku tidak menerimamu bukan karena kau buruk. Di antara semua sahabat kakakku, bagiku kau yang paling istimewa jadi cobalah menganggapku sebagai adik. Ubah perasaan cintamu yang menganggapku wanita menjadi rasa sayang kepada adik. Itu hadiah untuk kemenanganku kali ini" setelah menyelesaikan kalimatnya, meri segera keluar di sambut dengan sorakan gembira dari sahabat kakaknya.
Meri berlari menuju rido dan memeluknya.
"terimakasih kakak" bisik meri di telinga kakaknya itu.
"baiklah, kau hari ini menang. Aku akan mentraktirmu makan malam" ujar rido kepada adik kesayangannya itu. "kami akan pulang sekarang. Meri masuklah ke mobilmu. Jackob akan mengantar mu pulang. Aku akan menyusul setelah menemui seseorang"
"aku dengar calon kakak iparku ada di sini. Tidakkah kakak ingin mengenalkannya padaku?" tanya meri dengan nada menggoda.
"lain waktu saja, dia akan sangat cemburu mengetahui adikku jauh lebih cantik darinya" rido menjawab dengan melemparkan godaan.
"baiklah. Ini sudah hampir malam. Segeralah kembali ke rumah. Aku mau kita makan malam bersama" ujar meri kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Kali ini, jackob yang mengemudi karena ayahnya akan sangat marah jika meri yang menyetir. Sepanjang jalan, tak ada yang memulai percakapan hingga mereka sampai di rumah meri. Melihat jackob yang akan pergi setelah dia keluar dari mobil. Meri segera menghentikannya dengan berdiri di depan mobil. Dan memberi kode dengan tangan agar jackob keluar.
"ada apa?" jackob heran dengan sikap meri. Biasanya dia bahkan tak menoleh sekalipun saat jackob mengantarnya ke sekolah saat dia menemani rido menjenguk meri di LA.
"bang jack, masuklah dulu. Pergilah setelah makan malam atau setidaknya setelah kak rido pulang" tanpa menunggu persetujuannya, meri melingkarkan tangannya ke lengan jackob dan menggandengnya masuk. "kau sahabat terbaik kakakku, bisakah kau menjadi sahabatku juga?" meri bertanya tanpa melirik ke arah rido. Semua yang dia lakukan karena tak ingin jackob merasa rendah hati atau menjauhinya karena akan canggung jika itu terjadi.
Jackob hanya menjawab dengan tersenyum dan mengacak rambut meri. Jackob adalah sahabat sekaligus partner bisnis rido. Mereka memulai sebuah bisnis bersama saat baru lulus SMA. Hanya saja, rido tidak melanjutkan study nya sedangkan jackob melanjutkan study nya di australia.
"ibu, aku pulang" meri menghambur kepelukan ibunya.
"apa liburanmu menyenangkan?"
"tentu. Apa barang-barangku sudah sampai?"
"iya sudah. Sudah ada di kamarmu" ujar ibu meri yang berlalu mengambilkan minuman untuk jackob. "rido mana? Bukannya dia yang menjemputmu"
"dia sedang ada urusan bisnis tante" ujar jackob
"bang jack, kau benar-benar sahabat yang baik. Tapi pribadi yang buruk" meri menunjukkan jempolnya ke atas kepada jackob kemudian membaliknya ke bawah. "kakak sedang pergi berkencan. Dia tidak mau mengenalkan ku dengan pacarnya cuma karena aku lebih cantik, aku rasa dia tidak memperkenalkannya kepada ibu juga" meri kemudian meminum air putih untuk meredakan hausnya.
"kenapa?" ibu meri heran dengan perkataan meri yang menggantung.
"karena ibu jauh lebih cantik dariku" ujar meri kemudian kembali memeluk ibunya yang jauh lebih pendek darinya namun berbadan sintal dan padat.
"gadis ini, ada jackob di sini dan kau masih seperti anak monyet yang memeluk induknya"
Jackob hanya bisa menahan tawa melihat kelakuan ibu dan anak dihadapannya itu.
"ibu, kita bukan anak monyet dan induknya. Karena jika itu benar maka semua pria akan lebih memilih monyet daripada wanita di luar sana. Bukankah begitu bang jack?" meri mencoba melibatkan jackob kali ini.
Jackob hanya mengangkat bahu nya kemudian mengangkat tangan pertanda dia tak ingin terlibat.
" kau benar, ibumu sangat cantik jika di umpamakan dengan monyet itu akan melukai harga diri ayah" ayah meri muncul dari lantai dua sambil menuruni tangga. "lepaskan ibumu. Dia sibuk memasak" ujar ayah meri kemudian menarik tangan meri yang melingkari tubuh ibunya.
"apa ayah cemburu aku tidak memeluk ayah, atau cemburu karena aku yang memeluk ibu?" meri menggoda ayahnya.
"entahlah. Aku rasa keduanya" ayah meri kemudian memeluk putrinya itu. "putri ayah sudah besar sekarang"
"apa? Aku berharap ayah mengatakan putri kecilku sudah pulang, ternyata seperti ini rasanya" meri melihat ayahnya tanpa melepaskan pelukannya.
Jackob berdiri untuk memberi salam kepada ayah meri. Dia menjabat tangan ayah meri.
"sudah lama datang jack?" tanya ayah setelah meri melepaskan pelukannya dan duduk bersama dengan jackob di ruang keluarga.
"belum lama om, tadi cuma mau mengantar meri tapi malah dipaksa masuk" ujar jackob malu-malu.
"tidak apa, jangan sungkan. Kamu justru harus lebih sering kemari walaupun meri tidak ada" ayah melirik ke arah meri yang sibuk mengirim pesan kepada andre.
"ayah, aku mencium aroma perjodohan lagi sekarang. Baiklah. Aku akan naik ke kamarku. Aku lelah. Mau mandi. Ibu aku akan turun saat makan malam dan dengan kejutanku" meri meninggalkan ayahnya dan jackob berdua.
***
Saat jam makan malam, meri turun ke bawah setelah berganti pakaian dengan baju tidur berlengan pendek dan celana di atas lutut. Keluarganya sudah terbiasa melihat penampilannya itu, tapi ternyata jackob masih ada di sana. Meri tetap berusaha santai sambil meletakkan sebuah kotak di meja ruang keluarga. Dan bergegas ke ruang makan karena keluarganya sudah menunggu untuk memulai makan malam.
"maaf aku terlambat" ujar meri kemudian duduk di kursi kosong di samping jackob.
Jackob merasa canggung melihat meri berpakaian sedikit terbuka dengan memamerkan pahanya yang benar-benar putih mulus tanpa noda. Terlebih lagi, mereka duduk ber sebelahan.
Mereka kemudian memulai makan malam dengan tenang. Ayah meri sesekali menanyakan memgenai perkembangan bisnis rido dan jackob. Percakapan mereka membuat meri pusing. Meri mencoba mengubah topik pembicaraan mengenai keputusannya yang akan kuliah di New York.
"Aku memutuskan akan kuliah di New York. Mengambil jurusan kedokteran. Aku berencana nantinya akan fokus pada bidang ahli bedah saraf. Mungkin butuh 7 tahun untuk bisa menyelesaikan study ku" meri menjelaskan dengan jelas rencananya.
"rencana yang bagus, tapi bagaimana dengan rencana kuliahmu di makassar?" ibu mengingatkan meri dengan rencana awalnya.
"bu, ayo berkunjung ke rumah paman di makassar. Aku berencana berangkat ke new york 1 bulan dari sekarang. Banyak yang harus ku urus di sana"
"ibu setuju, menurut papah gimana?"
"setuju, tapi di new york tidak ada kenalan ayah, apalagi keluarga. Rafa tidak bisa meninggalkan bisnis di LA, apa kamu yakin akan tinggal sendiri di sana?" ayah meri nampak khawatir dengan putrinya itu.
"ayah, meri sudah besar. Dia bisa beradaptasi dengan cepat di sana. Lagipula dia anak yang ramah dan mudah bergaul. Tidak akan sulit baginya tinggal dilingkungan baru" rido berusaha meyakinkan ayahnya itu.
"itu benar sekali. Tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Lagipula tinggal sendiri dan jauh dari kalian bukan hal yang baru, kalau ayah khawatir, ayah bisa ke new york dan mencarikan tempat tinggal untukku di sana. Apartemen yang di LA ayah boleh menjualnya. Aku akan ke sana untuk mengunjungi kak rafa sekaligus mengambil barangku"
"ayah percaya kepadamu. Mengenai apartemen yang di LA, itu atas namamu. Biarkan saja tetap kosong. Jika nanti kau kembali ke LA itu akan lebih mudah" perkataan ayah meri barusan membuat meri serasa ingin terbang. Membayangkan dia akan tinggal serumah dengan andre membuat hatinya terasa hangat.
"om, aku punya teman yang tinggal di New York, jika kalian tidak keberatan dan jika meri setuju biar aku yang mengantarnya ke new york dan membantunya mendapatkan rumah yang aman dan nyaman" jackob tiba-tiba merusak kebahagian meri dengan kata-kata berbisanya itu.
"aku tidak setuju" tiba-tiba suara kakak pertama meri menyelamatkannya. "meri tidak perlu di antar, dia juga harus belajar mandiri dari sekarang"
"kak, kau yang terbaik" meri mengacungkan jempolnya kepada kakak sulungnya itu.
"baiklah, kau boleh pergi sendiri. Tapi setiba di sana segera hubungi ayah saat kau memperoleh rumah jangan lupa memastikan keamanan di sana" ujar ayah meri.
"siap pak bos" jawab meri dengan style memberi hormat.
Meri tersenyum penuh kemenangan sedangkan jackob harus menelan kekalahan lagi dan lagi.
Setelah menyelesaikan makan malam, semua keluarga berkumpul di ruang keluarga kecuali jacob yang sudah pamit pulang.
Meri membongkar kotak hadiah yang sudah dibeli andre untuk keluarganya itu. Meri menyerahkan hadiah itu satu per satu kepada pemiliknya. Meri mendapatkan raut kebahagiaan sebagai balasan dari hadiah itu. Dedi dan dani bahkan menghambur memeluknya dan mencium pipinya sebagai ucapan terima kasih.
"itu hadiah dari temanku. Aku sudah bilang bukan kalau aku liburan bersama sahabatku" meri menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"apa temanmu orang kaya?" tanya randy yaitu kakak sulung meri.
"tidak, dia berusaha keras untuk mengumpulkan uang dan menghabiskannya untuk hadiah ini" ujar meri.
"baiklah, karena semua sudah mendapat hadiahnya, aku akan naik ke kamarku. Ibu, bisakah ibu ikut denganku ke kamar?" meri menarik ibunya menjauh dari ayahnya. Ayah meri hanya bisa menatap istrinya di bawa kabur oleh putrinya.
"tidurlah dikamar dan tidak perlu menemani gadismu itu tidur" ujar ayah meri yang hanya di balas senyuman oleh kedua wanita cantik itu.
Meri memberikan perhiasan yang dia beli spesial untuk ibunya. Kemudian mencoba menceritakan semua yang terjadi saat dia berlibur. Sesekali terdengar suara tawa mereka sampai ke ruang keluarga. Lelah bercerita, meri memutuskan untuk tidur dan akan melanjutkannya besok.
"ibu, aku menyayangimu. Selamat malam"
"selamat malam sayang" ibu meri mencium dahi putrinya itu kemudian mematikan lampu dan keluar meninggalkannya untuk beristirahat.