Descargar la aplicación
70.46% JANJI / Chapter 136: Penyusup

Capítulo 136: Penyusup

Hari masih terlalu pagi saat ilham terbangun. Suara lanturan azan memanggil terdengar dari bangunan tak jauh dari rumah yang ia tempati. Di sampingnya meri masih terlelap seperti bayi. Ilham menatap sejenak wajah meri dan menangkap bekas ciuman yang ia tinggalkan di lehernya. Ia tersenyum mengingat apa yang baru saja terlewat semalam.

Dengan sangat lembut, ia mengulurkan tangannya untuk membelai bekas itu. Tangannya yang dingin spontan membuat meri terbangun merasakan sentuhan di lehernya.

"kau sudah bangun?" meri masih malas-malasan dan menyembunyikan tubuhnya di dalam pelukan ilham.

"sudah azan, aku akan ke masjid. Apa kau mau ikut?"

"tidak, aku sangat kelelahan. Biarkan aku di rumah saja" meri menjawab dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

"oke. Aku akan membawa junior juga. Jadi kau akan sendirian di rumah, tidak masalahkan?" ilham memastikan meri tak keberatan, sebenarnya ia berharap meri ikut, tapi melihat tubuh wanita itu seperti kelelahan terkena gempuran badai ia juga tidak tega memaksa.

"tidak masalah. Pergilah, kalian akan terlambat"

Ilham segera bangkit bersuci dan mengenakan pakaian sopan, rapi dan bersih. Setelah itu membangunkan junior dengan lembut.

Anak kecil itu menjadi anjing penurut pada dadi nya di waktu fajar ini. Junior perlahan bangun membasuh wajahnya dan berwudu kemudian mengganti piyamanya dengan baju kemeja lengan panjang dan celana panjang berwarna navi.

Keduanya berjalan santai bersama dengan beberapa warga yang juga menuju tempat yang sama dan saling sapa. Tiba di tempat mereka hampir saja terlambat.

Para pria sudah mulai berdiri dengan barisan yang rapi seperti pagar yang tersusun dengan rapat. Ilham mengambil tempat yang masih kosong dengan junior di sampingnya.

Dengan fokus penuh, keduanya mengikuti setiap gerakan pemimpin kegiatan itu. Sangat teratur, saat berdiri semua sama tinggi dan saat sujud semua sama rendah. Pemandangan yang menyejukkan hati di pagi hari.

Setelah selesai, kerumunan itu tidak langsung bubar. Mereka bercerita tentang desa sebelah yang gempar karena kasus pencurian dan perkosaan pada salah satu penghuni kamar kos yang merupakan seorang perawat. Sayangnya pelakunya sampai saat ini masih belum di temukan dan masih berkeliaran entah di mana.

Mendengar hal itu membuat ilham khawatir dan mengingat bahwa meri sendirian di rumah. Ia lupa mengunci pintu karena terburu-buru keluar. Ilham berdiri dengan tetap menjaga ketenangannya kemudian berpamitan untuk pulang meninggalkan para pria yang masih asik mengobrol.

Ia hanya tahu sebahagian besar percakapan itu setelah seminggu berada di izmir dan mempelajari bahasanya.

Junior mengikuti langkah dadi nya yang terlihat buru-buru hingga anak kecil itu harus berlari mengikutinya. Tak tahu alasan di balik itu, junior hanya menerka sepertinya dadi nya ingin buang air karena itu ia buru-buru.

Tiba di depan rumah, pintu yang tadinya tertutup hanya tak terkunci kini terbuka sedikit. Ilham membukanya perlahan dengan junior di belakangnya. Kondisi rumah berantakan membuat ilham semakin khawatir tapi tidak langsung masuk, ilham mengetuk rumah ali.

"ada apa?" tanya reni yang melihat junior dan ilham berada di depan rumahnya.

"aku titip junior sebentar" ilham melepas junior kemudian meminta keduanya masuk ke rumah dan mengunci pintu.

Reni bukan orang dengan IQ jongkok hingga tak tahu apa yang terjadi. Dia tahu ada sesuatu yang buruk di rumah meri karena itu ia menitipkan junior di rumahnya. Tapi sesuatu yang buruk apa, ia tidak bisa memastikan.

Ilham kembali ke rumah meri membuka pintu itu kemudian menguncinya dari dalam. Dia sangat jelas mendengar langkah kaki yang asing di dalam rumah.

Pendengarannya sangat baik karena ia memang pengidap LLI yang menyebabkan panca indranya lebih sensitif dari orang normal. Ia melirik ke pintu kamar meri yang masih tertutup, saat ia menoleh ke dapur tiba-tiba sebuah balok berayun ke arahnya.

Refleks yang baik di tambah ia memang menguasai teknik beladiri, dengan gerak cepat kayu itu berhenti di genggamannya. Ilham menatap tajam si pemegang balok itu dan dengan satu gerakan menangkap lengannya, menguncinya ke belakang dan membungkan mulutnya. Ia tidak ingin meri mendengar keributan itu.

Ilham menarik pria muda yang jika di lihat dari wajahnya jauh lebih muda dari usianya itu keluar dari rumah. Secara kebetulan ali keluar karena reni merasa ada yang tidak beres di rumah meri.

Untungnya ia juga meminta reni mengunci pintu dari dalam jadi kejadian dimana andre menahan pria itu tidak terdengar oleh para penghuni rumah.

Warga yang melintas setelah pulang dari masjid melihat adegan itu dan segera membantu dan menghampiri mereka.

"pak ilham, siapa orang ini?" tanya salah seorang yang ilhampun tidak tahu namanya.

Ia hanya ingat dengan nama yang di sebutkan di acara pernikahannya seperti penghulu, kepala desa, serta saksi. Yang lain ia tidak menanyakannya. Mereka mengetahui nama ilham mungkin karena saat ijab kabul namanya terdengar sangat jelas.

"saya juga tidak tahu. Tapi karena dia masuk rumah saya tanpa izin, sudah pasti bukan orang baik" ilham menjawab dengan bahasa kurdi yang fasih.

"apa ada barang yang hilang?" tanya seorang lagi.

"saya belum memeriksanya. Saya minta tolong agar bapak-bapak yang mengurus ini dan bisakah istri saya tidak tahu? Dia akan ketakutan jika tahu rumah kami di masuki orang asing" pinta ilham.

"dia mungkin pelaku percurian dan perkosaan di desa sebelah itu. Biar kami yang membawanya ke kantor polisi"

Ilham menyerahkan pria muda yang sudah di lumpuhkannya itu kepada para warga. Ali mengelus dada merasa beruntung ilham datang tepat waktu karena ia tahu ilham baru pulang dari masjid sebab itulah rutinitasnya sejak ia tinggal bersama meri.

"apa meri baik-baik saja?" tanya ali khawatir.

Ingat ia belum memeriksanya, ilham segera berlari masuk dan membuka pintu kamar. Meri sedang shalat saat ia masuk, itu artinya saat orang asing itu masuk kemungkinan meri berada di kamar mandi.

Hembusan nafas lega keluar dari paru-parunya yang sejak tadi sesak karena khawatir terjadi sesuatu pada istrinya.

Ilham kembali ke halaman dan melihat ali masih menunggunya dengan wajah tegang.

"dia baik-baik saja. Sepertinya dia tidak mendengar kejadian tadi" ilham menenangkan ali.

"jangan biarkan para wanita itu tahu atau mereka akan jadi sangat menyulitkan dan meminta pengawalan 24 jam" tukas ali.

"hmm, ku pikir juga lebih baik mereka tidak tahu"

Ilham menjemput junior dan berkompromi dengan anaknya itu agar bekerja sama dengannya. Terdengar teriakan meri dari dalam rumah. Junior sangat terkejut dan ingin berlari ke tempat suara ibunya berasal tapi ilham menahannya dan menyerahkan sebuah bola ke tangan junior.

"junior, bisakah kita bekerja sama kali ini?" ilham memasang wajah meminta pertolongan "katakan pada ibumu kau bermain bola di rumah dan menghancurkan isi rumah secara tidak sengaja"

"dadi itu berbohong namanya. Aku tidak mau. Lagi pula ibu tidak akan percaya karena aku tidak pernah berbuat senakal itu sebelumnya. Aku anak baik selama ini oke" junior berbangga diri memuji kualitasnya sendiri.

"dengar dadi, tadi dadi tidak sengaja melakukannya karena berlatih beladiri. Jadi sekali ini saja, selamatkan dadi. Ibumu hanya akan memarahimu sebentar tapi jika dia tahu itu dadi, dia akan memukuli dadi. Lihat ini..." ilham sengaja menunjukkan luka di pinggang belakangnya yang di cakar meri karena ulahnya semalam.

Junior menjadi iba melihat luka cakaran itu. Itu benar-benar luka gores dengan bentuk lima garisan panjang seperti cakaran harimau pada mangsanya.

"apa ibu sekejam itu?" junior merasa tak percaya ibunya akan menganiaya dadi nya.

"mmm, jadi tolong dadi kali ini"

"baiklah"

Junior melangkah mengikuti ilham dengan memeluk bola di tangannya. Dia memasang wajah merasa bersalah dan penuh penyesalan untuk mengelabuhi ibunya.

"bagus sekali kalian pulang. Siapa yang melakukan ini?" tanya meri saat melihat ilham dan junior berdiri di pintu.

Tak ingin mengatakan kebohongan. Jari telunjuk ilham dengan cepat menunjuk ke arah kepala junior yang di artikan meri bahwa juniorlah tersangkanya. Dari hati ilham berkata "anak ini putraku"

Dia tidak terbiasa berbohong pada orang dewasa terlebih pada meri. Ia bahkan tidak sepenuhnya berbohong pada junior mengenai ia melakukan latihan beladiri karena itu fakta, ia hanya menyembunyikan bahwa ia berlatih bersama penyusup.

Junior mendongakkan kepalanya menatap ilham, dia merasa jadi kambing hitam saat ini. Hatinya tidak rela walau tadi ia sudah menyetujui untuk membantu dadi nya. Ia hampir membongkar semuanya jika tidak ingat dengan luka cakaran di pinggang dadi nya.

Akhirnya, junior menunduk lesu seakan mengakui kesalahan yang ia lakukan.

"junior duduk"

Nyonya besar di rumah itu mulai menunjukkan taring kekuasaannya. Dia lebih galak dari biasanya, bukan dari biasanya karena meri hampir tidak pernah memasang wajah galak di hadapan junior.

"apa yang dadi katakan itu benar?"

'dadi tidak mengatakannya, ibu yang salah paham menuduhku' batin junior, tapi yang keluar dari bibirnya hanya "aku minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi" sambil menunduk melirik ke arah dadi nya yang duduk di sampingnya seakan mengatakan bahwa ini seharusnya perkataan dadi.

"junior anak ibu yang jenius. Rumah bukan taman bermain yang bisa dijadikan lapangan untukmu bermain bola. Halaman di depan rumah sangat luas mengapa tidak melakukannya di luar saja. Ini kesalahan berat dan tidak bisa ibu maafkan begitu saja" oceh meri.

Yang menerima ocehan kembali melempar pandangannya ke arah ilham seakan mengatakan 'dengarkan apa yang ibu katakan. Itu untuk dadi dan bukan untukku' tapi lagi-lagi yang terdengar hanya "ibu aku mengaku salah dan meminta maaf untuk kesalahanku itu"

"junior, uang saku mu untuk satu bulan ke depan ibu potong. Termasuk uang untuk belanja keperluan peralatan komputer, buku dan lainnya" hukuman itu akhirnya terlontar dari bibir manis yang kini sangat pahit.

"dadi" junior akhirnya mengeluh pada dadi nya. Dia tidak akan mengeluh pada hukuman ibunya karena ibunya tidak tahu apa yang sudah dilakukan suaminya di belakangnya dan mendorong anaknya sebagai perisai.

"meri, tidakkah itu berlebihan?" ilham merasa kasihan untuk putranya. Ia bisa saja memberikan uangnya pada junior diam-diam tapi itu tidak baik karena memberi kesan meri ibu yang jahat dan ia ayah yang baik. Sebagai orangtua dari junior, sikap mereka harus selalu sejalan.

"tidak. Itu untuk kesalahan yang ia lakukan dan jangan coba-coba untuk memberinya uang di belakangku" ancam meri.

Ilham menarik nafas dalam dan mengusap lembut punggung junior untuk memberikan dukungan pada putranya. Ia merasa bersalah tapi ini jauh lebih baik dari reaksi meri jika tahu penyusup memasuki rumahnya dan mengacak-acak isinya.

Pandangan tajam dan nanar kembali junior tujukan pada pria yang melemparnya sebagai makanan singa betina di hadapannya ini. Tatapan itu seakan berbicara 'dadi harus membayar untuk pengorbananku'

Merasa di tatap oleh putranya, ilham balas menatapnya seakan menjawab 'dadi akan membalas semua ini lain waktu'

Begitulah bagaimana ayah dan anak dengan kompak menyembunyikan isi hati mereka dengan tatapan yang saling berbicara.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C136
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión