"hahaha,, bercandamu lucu"
Tawa meri benar-benar lepas saat mendengar perkataan ilham. Dia mengatakan meri adalah calon ibu dari anak-anaknya sedangkan saat ini ia merupakan kakak ipar meri.
"nyonya, tuan tidak bercanda dia benar-benar mengatakan it..."
"soni diamlah dan lihat jalanan" potong ilham.
Meri terdiam sejenak memikirkan apa yang akan ia katakan kepada ilham untuk menanggapi pengakuannya yang tak masuk akal. Dia tidak ingin membuat ilham malu di hadapan soni, tapi diam saja sama artinya jika ia membenarkan perkataan itu.
"kita sudah sampai" ilham membuyarkan pikiran meri.
Mereka berjalan bersama menuju fakultas kedokteran tempat ilham memarkirkan kendaraannya.
"jam berapa kuliahmu selesai?"
"jam tiga. Ada apa?" meri bertanya bukan karena tidak tahu. Dia hanya ingin memastikannya.
"aku ada urusan saat ini. Aku akan menjemputmu. Pastikan kau menungguku"
Ilham dan andre akan menjemputnya. Itu membuat kepala meri terasa sakit memikirkan kedua pria itu akan bertemu lagi.
"ilham, aku sudah ada janji dengan andre sore ini. Jadi tak perlu menjemputku"
"baiklah" ilham tampak kecewa tapi dia harus mengerti keadaan meri saat ini.
Ilham masuk ke dalam mobilnya dan segera melesat dari kerumunan mahasiswa yang memperhatikannya. Meri pun bergegas masuk karena sudah masuk jam kedua untuk jadwal kuliah keduanya.
Di kantor, ilham di sibukkan dengan berkas kerja sama serta pengajuan pinjaman yang harus di tanda tanganinya.
Margaret masih bekerja di berkshire jadi andre harus mengerjakan semua pekerjaan yang juga di tinggalkan margaret. Sudah hampir jam tiga namun pekerjaannya belum juga selesai. Ia sudah berjanji kepada meri jadi dia membawa pekerjaan yang tersisa pulang ke rumah.
Saat akan beranjak, asistennya menghubungi melalui telfon jika ada tamu yang datang menemuinya. Setelah mempersilahkan masuk, pintu terbuka dan menampakkan wajah megan dengan pakaian seperti wanita penggoda. Sangat minim.
"apa kau sibuk?" megan langsung duduk di kursi seberang andre tanpa menunggu di persilahkan.
"tidak, aku baru akan pulang"
"baguslah kalau begitu. Aku mau meminta bantuanmu untuk mencari apartemen yang cocok untukku. Di hotel terlalu membosankan karena itu bukan rumah tinggal, itu hanya rumah singgah"
"kau tak akan lama di sini, mengapa mencari apartemen" andre nampak malas menanggapi kalimat manja megan.
"aku tidak suka tinggal di hotel. Bantu aku sekali ini, oke" megan memegang tangan andre sambil menatapnya dengan mata anjing kecil meminta tulang.
Andre menimbang sejenak, ia harus berada di kampus meri jam tiga dan sekarang tersisa sepuluh menit. Akan sangat sulit baginya tepat waktu.
Ia memutuskan membantu megan dan mengirim pesan kepada meri agar tak menunggunya. Dia beralasan masih banyak pekerjaan yang belum selesai.
Hal yang ia tidak ketahui adalah ponsel meri mati kehabisan baterai jadi dia memutuskan hanya menunggu andre menjemputnya. Ia menunggu dengan sabar dengan terkadang menyapa temannya yang lewat. Moe menemaninya beberapa menit tapi moe juga harus segera pergi karena jemputannya sudah datang.
Sudah pukul empat dan andre masih belum datang juga. Meri berjalan mondar-mandir untuk menghilangkan rasa bosannya. Sangat jarang andre mengingkari janjinya karena itu dia tetap bersikeras menunggu.
Temannya yang tidak begitu akrab banyak yang menghampirinya dan bertanya. Dia sudah menunggu dua jam tapi tak juga kunjung melihat keberadaan andre. Beberapa orang menawarkan mengantarnya pulang tapi meri menolak dengan ramah. Perasaannya semakin bertambah kecewa melihat wajah para mahasiswa yang lewat dan menawarkan bantuan.
Jikapun ia meminjam ponsel teman yang menawarkan bantuan, tetap saja ia tidak menghafal nomor telfon andre. Dia hanya memiliki nomor telfon maria di otaknya. Bukan karena ia tidak bisa menghafal, ia hanya tidak sempat menghafalkan semua nomor penting di ponselnya.
Sudah hampir gelap, meri akhirnya menyerah dan memilih pulang sendiri. Dalam hati ia sangat kecewa dengan suaminya itu. Dia mengingkari janji yang ia buat sendiri.
Meri berjalan ke tempat ia biasa mencari taksi namun sebuah mobil buggati berhenti di hadapannya. Itu mobil ilham yang tadi siang ia lihat.
"masuk" ilham keluar dan membuka pintu penumpang untuk meri.
Dengan perasaan kecewa meri masuk ke dalam mobil itu. Dia sejak awal berharap andre yang akan menjemputnya tapi siapa sangka ia berakhir di dalam mobil kakak iparnya.
"apa kau melihatku menunggu?" meri hanya menebak karena ilham datang tepat saat ia putus asa menunggu.
"Mmm, aku sudah melihatmu sekitar jam empat" ilham tak terbiasa berbohong.
Ia lebih suka berterus terang, ia hanya akan memilih diam atau mengecoh lawan bicaranya jika pertanyaan yang terlontar menurutnya menyudutkan. Dia mengecoh andre saat di paris dengan permainan kata-katanya. Memilih melontarkan pertanyaan ketika menjawab saat meri yang bertanya mengenai statusnya. Hal semacam itulah yang sering ia lakukan saat tak memiliki kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu.
Tak ingin membahas kekecewaannya, meri membuang pandangannya ke sisi jalan untuk menghindari tatapan ilham.
Dia sudah dengan bangga mengatakan andre akan menjemputnya tapi malah berakhir di mobil orang yang ia tolak. Perasaannya yang hancur serta rasa malu karena terlihat menyedihkan di hadapan ilham membuatnya malas untuk berbicara.
Ia selalu cerewet saat bersama ilham, tapi saat ini ia bahkan malu jika ingin batuk atau mengeluarkan suara sekecil apapun.
"kau ingin makan malam dulu atau langsung ku antar pulang?"
"aku ingin langsung pulang. Andre mungkin sudah menunggu di rumah" jawab meri lemah tanpa tenaga.
"meri, menurutmu dari mana aku tahu kalau kau masih di kampus menunggu andre?"
"soni" dia benar-benar berhemat bicara.
"bukan. Soni memang mengawasimu, tapi dia tidak melaporkan jika kau masih menunggu di taman. Laporannya hanya sebatas kau sudah sampai di tempat tujuan itu saja. Proses di perjalananmu, siapa yang kau temui dan siapa yang bersamamu itu bukan urusannya. Dia hanya memastikan kau tetap aman"
"itu artinya kau mengikutiku sejak tadi atau kebetulan melewati kampusku dan melihatku. Atau mungkin kau memang sudah menungguku sejak awal"
Andre terus menggelengkan kepala untuk semua tebakan yang meri sampaikan. Tak ada satupun yang benar.
"aku melihat andre di gedung apartemenku. Karena itu aku tahu kau tidak bersamanya. Hanya untuk memastikan kau masih ada di sini jadi aku kemari" ilham menatap pedih ke arah wanita yang jelas nampak kecewa mendengar andre lupa dengan janjinya.
"dia sepertinya sangat sibuk jadi lupa" masih berusaha berpikiran positif kepada andre.
Jika suaminya itu tidak datang, dia pastilah memiliki alasan yang bagus jadi ia harus tetap berbaik sangka.
"aku melihatnya bersama dengan megan" sambung ilham lagi.
Membuat mata meri membelalak menjadi bulat sempurna. Dia masih berpikir positif karena mengira andre tak sengaja melupakan janjinya, tapi bagaimana bisa dia pergi bersama megan.
Bukannya menatap pilu atau berterimakasih, meri justru menatap ilham seakan menerawang jauh maksud dari perkataan ilham. Ia tahu ilham tak berbohong, tapi dari apa yang di lihat meri sepertinya ilham sudah mengetahui masalah yang terjadi antara ia dan megan.
Ilham sudah pasti tahu hubungan andre dan megan dulu, karena itu dia pasti tahu jelas bagaimana perasaan meri saat ini. Lagi pula rafa sudah mengatakan semua rencana mereka.
"siapa yang memberi tahumu mengenai masalahku?"
"kakakmu rafa"
"APA?" meri terkejut kakak yang biasanya selalu bekerja dan menjalankan rencana sendiri kini membeberkan masalahnya kepada pria lain. Tak bisa di percaya.
"aku tahu semua rencanamu. Aku sudah mengatakan akan membantu mengenai ayahku. Aku pastikan memutus dukungan ayahku kepada megan jadi kau bisa menjalankan rencanamu secepat mungkin"
Meri merasa terkejut ilham bisa mengetahui hal itu dan berniat membantunya. Sorot matanya tetap tenang saat mengatakan akan membantu memutus hubungan ayahnya dan megan membuat segalanya semakin aneh. Namun saat ini ia sangat enggan berbicara panjang lebar.
Rencananya akan mulai ia jalankan andai saja saat ini handphone nya tidak mati.
"apa kau memiliki charger di mobil?" tanya meri antusias
"tentu" ilham memberikan ujung kabel charger kepada meri agar bisa mengisi baterai ponselnya. "apa kau mau pulang sekarang?"
"tidak. Bawa aku ke apartemenmu itu. Mereka pasti masih berada di sana" meri mulai bersemangat memikirkan rencananya.
"mereka pasti sudah pulang, itu sudah sekitar tiga jam yang lalu"
Meri hanya tersenyum menanggapi ilham. Dia sangat tahu wanita seperti apa megan, dia pasti mencari alasan untuk bisa berlama-lama bersama andre. Jika perlu ia akan melihat seluruh unit apartemen itu satu per satu untuk menghabiskan waktu bersama andre.
Sekedar memastikan tebakannya, meri menelfon security apartemennya untuk menanyakan apa andre sudah pulang dan ternyata belum sejak pagi mereka pergi. Meri hanya tersenyum mendengar jawaban itu.
Ponselnya baru terisi daya lima belas persen saat mereka tiba di pelataran parkir dan melihat mobil andre masih berada di sana. Ilham melirik meri sekilas melihat perubahan ekspresi pada wajah meri. Tapi bukan kesedihan seperti ketika seorang istri mendapati suaminya berselingkuh, meri justru terlihat antusias.
Dia akan menjalankan rencana pertamanya dengan menekan panggilan telfon kepada rido. Sudah pukul tujuh malam saat mereka tiba di apartemen ilham. Itu berarti di Indonesia sudah pagi.
📞"halo meri"
📞"kakak, apa kau baru bangun?"
📞"iya, ada apa?" tanya rido khawatir karena meri menelfon di jam sepagi ini.
📞"kakak, mengapa tidak mengatakan kalau megan ke boston?" keluh meri sedikit di buat-buat seakan merasa kecewa.
📞"oh ya maaf, aku lupa mengatakannya. Tapi dari mana kau bisa tahu?"
📞"aku melihatnya mencari apartemen di cambridge. Sekarang aku masih di depan apartemen yang akan dia sewa" ujar meri memberi informasi kepada kakaknya itu.
📞"benarkah? Dia mengatakan tinggal di agensi yang mengontraknya. Dia tadi malam mengatakan akan mewawancarai mahasiswa di sana seharian jadi dia sibuk" rido menjelaskan kepada meri apa yang ia ketahui.
📞"oh begitu. Andre menemaninya mencari apartemen sejak jam 3 tadi sore. Aku pikir dia memberitahumu" tambah meri.
📞"sepertinya dia sibuk jadi tidak sempat mengatakannya padaku"
📞"ku rasa begitu"
Setelah selesai berbicara dengan rido perasaan meri menjadi lebih tenang dari dia yang terpuruk karena andre.
Percakapannya mungkin belum berdampak besar, tapi itu setidaknya akan mengikis sedikit kepercayaan rido kepada megan. Meri akan memasrikan meruntuhkan kepercayaan itu hingga tak ada lagi yang tersisa.