Sepanjang perjalanan pulang dari kantor polisi, rido menghujani meri dengan banyak pertanyaan yang dijawab asal oleh meri. Dia benar-benar enggan menceritakan rencana dan kesepakatan yang dia buat bersama jackob.
Saat tiba di rumahpun, meri menghindari semua orang karena tak ingin membahas masalah andre. Dia sudah tahu kesimpulan yang akan dia dapatkan saat ini jika berdebat dengan keluarganya. Dia akan memilih langkah aman dengan berdiam diri untuk sementara waktu dan memikirkan kembali jalan keluarnya.
Langit semakin gelap, udarapun semakin dingin. Meri duduk santai di balkon kamarnya memandangi burung-burung yang terbang kembali ke sarangnya. Dia benar-benar memyukai pemandangan waktu pulang. Menikmati pemandangan senja yang mulai memudar di temani minuman bersoda dan cemilan ringan.
Sayup-sayup meri mendengar nada dering handphonenya pertanda ada panggilan masuk. Melihat jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 6.30, meri menebak itu adalah andre. Seharusnya saat ini dia baru tiba di bandara New York.
Meri kembali ke kamarnya untuk mengangkat telfon itu dan kembali ke balkon.
📞"halo"
📞"halo sayang. Aku baru tiba di bandara dan melihat pesanmu. Apa yang terjadi?" tanya andre dengan suara lembut.
📞"aku dan keluargaku memutuskan memaafkannya dan menyelesaikan kasus ini dengan jalan kekeluargaan" jawabnya santai hampir tanpa tenaga.
📞"tapi kenapa?"
📞"andre, ada yang lebih penting dari kasus ku yang harus kita bicarakan" ujar meri merasa tak bersemangat membahas jackob.
📞"ada apa sayang, kau kedengaran seperti orang sakit. Apa kepalamu pusing lagi?" andre bertanya dengan khawatir.
📞"banyak yang terjadi dalam sehari kepergianmu, aku sangat lelah seharian ini menghadapi masalah dan berpura-pura tegar" meri mengatakan hal itu datar, tanpa ada perubahan nada suara.
📞"sayang, ada apa?"
📞"pertama, rencanaku mencabut gugatan jackob gagal, jadi aku harus menjadi saksi untuk bisa membebaskannya. Kedua, mengetahui sejarah kelam ibuku membuat kepalaku semakin pusing. Ketiga, permintaan ayah membuat aku rasanya ingin mati saja saat itu"
📞"apa yang kau katakan? Mengapa bicara omong kosong" andre meninggikan suaranya merasa tidak senang dengan kalimat terakhir meri
📞"aku belum selesai. Yang ke empat, mengetahui latar belakang keluargamu yang berkaitan dengan keluargaku membuatku berharap tak terlahir sejak awal. Aku benar-benar putus asa"
📞"apa yang kau maksud latar belakang keluarga ku?" tanya andre berusaha memperjelas perkataan meri.
📞"Mmm, kak rafa sudah mencari tahu tentang latar belakang keluarga mu. Semua orang sudah tahu sekarang bahwa kau anak seorang mafia"
📞"meri, kau tahu bagaimana aku berusaha untuk bisa hidup mamdiri tanpa uang haram dari mereka. Aku juga tidak berhubungan lagi dengan ayahku. Aku berbeda darinya, aku tidak akan membiarkan mu memakan uang haram atau dalam bahaya karena permusuhan orang tuaku" andre berusaha meyakinkan meri bahwa keluarganya seharusnya tidak jadi penghalang dalam hubungan mereka.
📞"kau tidak perlu menjelaskan apapun. Aku sangat mempercayaimu bahkan sebelum mereka mengatakan apapun aku sudah curiga kau menyembunyikan identetas keluarga mu karena kau ingin melupakan mereka. Tapi andre, keadaan saat ini berbeda dengan saat aku bersama ilham. Ini berkaitan dengan masa lalu ibuku. Dan seperti katamu, masalalu bukanlah sesuatu yang dapat di ubah. Tapi masa depanku masih bisa ku ubah. Aku sangat menyayangi keluargaku. Kau pasti tahu itu" meri menjelaskan dengan tempo lambat agar andre bisa memahami perasaannya saat ini yang benar-benar berada dalam dilema.
📞"sayang, aku benar-benar lelah saat ini. Aku masih dibandara baru akan ke hotel dan mencari tempat tinggal sementara. Bisakah kita bicarakan ini nanti?" pinta andre yang merasa tidak bisa mengatakan apapun saat ini.
Jika dia mendesak meri itu akan berujung pada pertengkaran. Bertengkar pada saat LDR an sangatlah beresiko buruk. Jadi dia memutuskan menundanya sampai meri datang ke New York
📞"ku rasa lebih baik memang ditunda. Istirahatlah" setelah mengucapkan itu, meri menutup telfonnya. Menatap langit yang hanya sudah semakin menghitam tanpa bintang.
Dari balik pintu kamar meri yang menghubungkan ke balkon, ibu meri menatap anak perempuan kesayangannya itu duduk meringkuk di kursi. Sangat jelas terlihat betapa tertekan putrinya itu saat mengatakan setiap kalimat saat menjawab telfon andre. Dia bahkan mendengar kalimat bahwa putrinya itu berharap dia tidak pernah terlahir. Kalimat itu lebih menyakitkan di hatinya daripada mendengar meri mengatakan ingin mati saja.
Waktu semakin berlalu. Tak ada dari mereka yang beranjak dari posisinya. Hingga meri mendengar suara orang terbatuk di belakangnya. Setelah melihat ada ibunya yang mengawasinya, meri semakin frustasi. Dia hanya tidak bisa menatap ibunya karena merasa mengkhianatinya diam-diam.
"meri, bisa kita bicara" ujar ibu meri
"bu, aku masih mau menenangkan diri saat ini. Tidak bisakah ibu menundanya?" jawab meri merasa tahu apa yang akan di bicarakan oleh ibunya itu.
"tidak bisa. Ibu tidak mau melihatmu menghindari semua orang karena masalah ini" ibu meri duduk di kursi samping anaknya itu.
"...." meri terdiam tak ingin menanggapi apapun.
"ibu tidak pernah meminta apapun darimu selama ini bukan? Bisakah ibu memintamu menjauhi andre dan keluarganya. Ibu tidak akan meminta apa-apa lagi. Ibu tidak akan menolak pria manapun yang kau sukai, tapi tidak dengan keluarga andre. Bisakah kau memenuhi permintaan ibu?" ibu meri membelai lembut rambut putrinya yang hanya sebahu.
"ibu, aku tahu kau begitu membenci ayahnya. Tapi apa kesalahan andre di sini. Dia seorang anak yang terlahir begitu saja tanpa tahu siapa dan seperti apa orang yang akan menjadi ibu atau ayahnya. Kau tahu betapa baiknya dia padaku dan pada keluarga kita" meri menatap ibunya memohon pengertian dari ibunya itu.
Memilih antara ibunya dan andre adalah sesuatu yang sulit. Ibarat memilih antara makanan saja atau minuman saja. Dia mungkin akan bertahan dengan memilih salah satunya, tapi sampai kapan. Keduanya memiliki arti dan fungsi berbeda dan seharusnya saling melengkapi tanpa bisa menyingkirkan salah satu di antaranya karena posisi mereka tidak bisa menggantikan posisi yang lainnya.
"meri, kau masih terlalu muda. Kau belum mengenalnya"
"aku sudah mengenalnya sejak lama bu. Semua tentangnya aku tahu, kecuali keluarganya. Itu karena diapun ingin melupakan identitas keluarganya. Dia putra seorang mafia kaya raya, tapi dia memilih bekerja dan hidup sederhana dengan uang hasil keringatnya sendiri. Dia sungguh berusaha keras lepas dari orang tuanya. Dia juga membenci latar belakangnya, tapi apa yang bisa dia lakukan. Jika dia bisa mencuci darah dalam tubuhnya agar bisa menghapus DNA ayahnya, dia mungkin sudah melakukan itu sejak lama. Ibu, andre pria baik, dari dulu sampai hari ini aku hanya menyukai dia. Bisakah kita hidup bersama tanpa mengingat dari keluarga mana dia berasal?" pinta meri, memohon dengan lembut tanpa terkesan mengintimidasi.
"jadi kau tidak mau memenuhi permintaan ibu?"
"bukan seperti itu bu.."
"kau harus memilih meri. Ibu yakin kau sudah dewasa untuk membuat keputusan. Melupakannya memang sulit tapi bukan berarti tidak mungkin. Itu hanya masalah waktu saja. Jadi katakan pilihanmu" tuntut ibu meri masih dengan suara lembut.
Meri berharap ibunya itu berteriak atau memakinya saja, dengan begitu dia tidak akan merasa sungkan untuk menolak menjauhi andre. Tapi melihat ibunya yang bersikap lemah lembut membuatnya tidak tega untuk menolak.
"aku memilih keluargaku" meri menjawab dengan tegar tanpa ada raut kesedihan ataupun tekanan.
"bagus. Ibu tahu kau putri kebanggan ibu" ibu meri memeluk putrinya itu.
Mereka kemudian turun ke ruang keluarga. saat yang lain sedang makan malam, karena tidak merasa lapar setelah makan sore bersama jackob. meri memutuskan untuk menonton acara komedi di televisi. Dia tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Keluarganya menatap dengan heran namun rido memandangnya lain. Dia tahu adiknya itu berusaha tertawa di hadapan mereka tapi air mata yang keluar dari sudut matanya saat tertawa begitu nyata bahwa itu kesedihan bukan kebahagiaan.
Keluarga itu berkumpul di ruang keluarga, membahas bisnis, kelanjutan kasus jackob, program study meri bahkan bercanda riang. Meri ikut tertawa saat yang lain tertawa, namun saat semua tak menyadari ekspresi meri seketika berubah muram. Hanya rido yang menyadari perubahan adiknya itu. Sejak awal, rido telah memperhatikan sikap meri dan menemukan adiknya itu tertawa untuk menyembunyikan kesedihannya sendiri.
Meri melirik ke arah rido. Dia tahu, sedari tadi rido mengawasinya. Dia memberikan senyuman dan menganggukkan kepalanya untuk mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
Mereka akhirnya bubar dan masuk ke kamar masing-masing. Meri bersiap untuk tidur saat rido mengetuk pintunya. Kakaknya itu hanya memberikan ponsel baru beserta kartunya karena ponsel dan kartu lama meri di sita oleh ibunya. Meri sama sekali tidak keberatan dengan sikap ibunya.
Setelah mengucapkan terimakasih, meri menutup pintunya dan menatap layar ponsel yang jauh lebih canggih dan mahal dari ponsel yang dia beli menggunakan uang andre. Dia menghela nafas panjang menatap ponsel barunya yang hanya ada kontak keluarganya saja. Dia menekan nomor maria yang sejak lama di hafalnya namun tidak tersambung.
Dia ingin menghubungi andre, tapi tidak memiliki nomor kontaknya. Dia juga belum sempat menghafalkan nomor kekasihnya itu. Dia mencoba mencari kontak andre melalui media sosial, namun tak ada satupun memunculkan andre yang dia kenal. Muncul ratusan nama andre namun itu bukan kekasihnya. Mungkin karena nama itu terlalu pasaran.
Lelah menatap layar ponsel dan tak juga mendapat kontak andre, dia memutuskan untuk tidur dan mencari andre langsung ke New York saat sidang jackob selesai. Untungnya andre memberi tahukan perusahaan yang menandatangani kontrak kerja dengannya. Dia berharap bisa menemukannya di sana karena hanya itu petunjuk yang dia miliki.
Ibunya saat ini mungkin sudah menghapus kontak andre di handphone lamanya jadi percuma jika dia berusaha mengambilnya kembali. Dia juga lebih yakin jika ibunya itu langsung merusak dan membuang ponsel lamanya itu daripada hanya sekedar menyimpan dan menghapus kontak andre saja.
Meri tertidur masih dengan bayangan andre dikepalanya. Dia harus bangun pagi besok, dia akan belajar memasak sesuatu untuk jackob. Mengalihkan perhatiannya dengan kesibukan adalah solusi tepat saat ini sebelum dia berangkat ke New York untuk menemui andre.