Waktu berlalu begitu cepat, tak ingin kehilangan kesempatan selagi dia berada di Indonesia, meri mengantar dedi ke sekolahnya pada hari pertama ia berada di rumahnya dan mengantar dani keesokan harinya. Dia tak ingin kehilangan sedetikpun waktu berharga itu.
Hari itu adalah hari terakhirnya berada di Indonesia, setelah mengantar dani menggunakan mobil Ferrari nya yang sudah di modifikasi oleh rido, meri mengajak rido dan andre keluar.
Rido tentu mengetahui maksud dari ajakan meri itu.
"apa kau yakin suamimu itu akan mengizinkanmu?" bisik rido saat berjalan keluar menuju halaman bersama meri meninggalkan andre yang masih berada di rumah.
"aku akan mengajaknya. Kau harus mengajak teman wanitamu juga"
"dia sedang sibuk, dia mengatakan sudah ada janji dengan seseorang yang penting" ujar rido dengan ekspresi kecewa.
"jangan terlalu di pikirkan" meri menepuk bahu kakak ketiganya itu.
Meri sudah menunggu di kursi kemudi, andre berjalan pelan dan menghampirinya.
"turun" perintah andre saat melihat meri di kursi kemudi.
Tak ingin berdebat, meri turun dan pindah ke kursi penumpang. Style andre hari itu sangat memukau. Dengan T-shirt putih dan jaket berwarna biru dengan celana jins berwarna senada dengan motif suwek pada bagian lutut terdapat robekan kecil. Dia tampak kece dan lebih muda dari usianya.
Meri khawatir dengan tatapan mata wanita di sirkuit nantinya, mereka mungkin akan meneteskan liur melihat suaminya berdandan ala anak gaul dan terkesan nakal. Ini pertama kalinya meri melihat suaminya itu berpenampilan seperti itu. Secara keseluruhan dia menyukai apapun yang di kenakan suaminya itu. Dia berpikir andre bahkan akan tetap tampan dan memikat dengan pakaian ala jocker sekalipun. Tapi itu tak akan terjadi.
Di mobil, meri memberi tahu andre jika mereka akan menuju arena balapan mobil yang berada tak jauh dari bandara. Tak butuh waktu lama untuk bisa sampai di sana.
"pastikan kau memakai jaket dan topimu. Di sini terlalu panas, jika kau merasa pusing. Katakan padaku. Kau mengerti"
"iya" meri membuka sabuk pengamannya, meraih topi yang sengaja di bawa oleh andre.
Di lapangan sudah ramai dengan teman komunitas rido yang sudah menanti kedatangan tuan putri mereka.
Tak hanya keluarga besar meri yang merasa terpukul saat mengetahui kabar meri menghilang, sahabat rido yang juga begitu akrab dan mengidolakan meri juga ikut terpukul. Oleh karena itu, saat mendapat kabar mereka akan berkumpul merayakan kepulangan meri, mereka begitu antusias.
Andre berjalan di sisi meri dengan tangan berada di saku jaketnya. Seketika pandangan tertuju pada mereka, pandangan nanar dari para gadis seakan menelanjangi andre membuat meri merasa tidak nyaman. Dia dengan cepat melingkarkan tangannya pada lengan andre dan berjalan dengan dagu terangkat penuh percaya diri.
Pasangan itu seakan berjalan di atas red carpet dengan sorotan mata serta cahaya yang membuat mereka semakin memukau.
"halo semua" sapa meri ramah.
"meri, kami senang dewi kami akhirnya kembali. Ini harus di rayakan" ujar yuda.
"tentu, tapi sebelum itu perkenalkan ini andre" meri memberi kode kepada andre agar menyapa sahabat komunitasnya.
"hai, aku indar. Aku juga satu komunitas dengan meri" seorang wanita menyerobot barisan karena ingin berkenalan dengan andre.
Meri mengutuk wanita itu dalam hati. Dia sangat tidak menyukai jika ada wanita lain yang mendekati suaminya. Walaupun begitu, meri tetap bersikap dewasa dengan tidak menunjukkan kebenciannya itu di wajahnya. Rasa benci itu tertutupi dengan senyum manis yang ia berikan kepada indar.
"aku andre, senang bisa berkumpul bersama kalian" andre cukup ramah dan mudah bergaul, jadi tak sulit baginya untuk menyesuaikan diri.
Perkenalan andre kemudian berlanjut dengan gadis-gadis lain juga yang berebut untuk berjabat tangan. Andre hanya membalas dengan senyuman. saat melihat wajah kelam wanita di sampingnya andre merasa ada yang salah.
"aku kekasih meri" ujar andre mencoba memperbaiki suasana dan perasaan meri.
Terdengar desahan nafas mengeluh dari para wanita-wanita yang tadi begitu bersemangat. Mereka sangat tahu diri, jika itu kekasih sang tuan putri maka tak akan ada peluang bagi mereka lagi.
Senyum puas dan bangga kembali mengembang di sudut bibir dan hati meri mendengar deklarasi dari suaminya itu. Walaupun tidak mengatakan mereka sudah menikah, sebagai kekasih dia merasa itu sudah cukup untuk membungkam mulut manis para gadis di hadapannya itu.
"baiklah, apa kau ingin balapan sebagai pesta penyambutan?" tanya salah seorang di antara pria di hadapannya yang bernama tomi.
Meri akan menjawab iya namun andre lebih dulu memotongnya.
"tidak, dia hanya akan menjadi penonton. Aku yang akan ikut balapan" jawab andre.
Rido cukup terkejut dengan sikap protektif yang di tunjukkan andre kepada meri, tapi sejak awal dia sudah menduganya. Rido akan ikut ambil peran dalam lomba itu tapi meri menahannya. Ia beralasan tak ada yang menjaganya jika mereka berdua ikut. Maksud lainnya karena tak akan nyaman jika salah satu di antara mereka saling mengalahkan.
Akhirnya, andre dan yudalah yang menjadi tokoh utama pertunjukkan itu. Andre mengendarai mobil meri dan dengan tetap menjaga citranya, dia menghampiri meri perlahan.
"aku akan memenangkan balapan ini untukmu" ujarnya kemudian masuk ke kursi kemudi.
Sebagai wanitanya, meri merasa tidak yakin dengan perkataan andre. Bukan hanya karena ini pertama kalinya andre mengikuti balapan, ia juga khawatir dengan kemampuan yuda yang berbeda tipis dengan rido.
Rido mengajak meri untuk duduk di kursi penonton dan menyaksikan balapan itu.
"apa kau pikir suamimu akan menang?" rido menambah keraguan di benak meri.
"aku baru kali ini melihat dia balapan. Jadi aku tidak tidak begitu yakin mengenai kemampuannya, tapi aku percaya dia akan menang karena dia sudah mengatakannya tadi. Dia belum pernah ingkar janji"
"ckck, adikku sepertinya sungguh tergila-gila pada suaminya"
Tawa keduanya lepas, mereka bergurau seakan mereka hanya nonton berdua.
Tak lama, megan datang menghampiri mereka dan bergabung dalam acara itu. Meri sebenarnya mengundang megan namun tak ingin rido tahu. Itu seperti sebuah kejutan yang menyenangkan.
"mengapa kau ada di sini, bukankah kau akan menemui orang yang sangat penting?" rido nampak heran melihat wanita itu berada di sirkuit.
"Mmm, orang pentingnya ada di sini" meri mengangkat tangannya menjawab pertanyaan kakaknya itu.
Senyum jahil tersungging dari bibir wanita itu, rido hanya membalas dengan senyuman dan mengacak rambut meri.
"aww, kakak kepalaku belum sembuh"
"aku terlalu bersemangat. Maafkan aku"
Mereka berbincang dengan berbagai topik ringan. Meri juga memberi tahu megan bahwa dia ingin memperkenalkannya dengan seseorang.
Balapan itu berakhir dengan kemenangan andre, diantara semua penonton, merilah yang paling keras berteriak dan bersorak bangga. Dia turun menghampiri dua pemuda yang baru saja melewati lintasan dengan kecepatan di atas batas normal.
"kau tak perlu berkecil hati. Dia memang terbiasa untuk menang" meri memberi semangat kepada yuda dengan menepuk bahunya.
"bukankah seharusnya aku yang terlebih dahulu mendapat ucapan selamat" protes andre.
Saat melihat meri melangkah semakin mendekat, dia menduga meri akan melompat memeluknya sebagai ucapan selamat. Tapi ternyata meri melewatinya dan memberi semangat kepada lawannya. Itu mengecewakan.
"hahaha, sayang kau yang terbaik" puji meri sambil memberinya tanda dua jempol untuk mengagumi kehebatannya.
Andre lagi-lagi harus kecewa dengan respon yang di berikan istrinya itu. Sudah hampir dua hari dia tidak tidur dengan istrinya itu karena meri selalu tidur di kamar ibunya. Dia bahkan tak bisa mencium atau sekedar memeluknya setelah kedatangan mereka.
Mereka berjalan menuju kerumunan penonton yang sudah lama menunggu. Meri melingkarkan tangannya di lengan andre sambil mendekat ke tempat rido dan megan berada.
Saat semakin dekat, meri merasakan langkah andre semakin lambat seakan ada yang menahannya.
"ada apa?" tanya meri
"tidak. Tidak apa-apa"
Meri kemudian memperkenalkan andre kepada megan. Mereka nampak kaku tapi itu sesuatu yang wajar menurut meri. Karena mereka baru pertama kali bertemu.
Acara penyambutan itu berakhir dengan pesta makan besar yang di rancang dodit yang memang bertubuh gempal. Tak akan ada yang bisa mengalahkannya dalam hal makanan.
Meri makan bersama rido karena megan dan andre sedang pergi ke toilet. Rido tak berhenti menambahkan makanan di piring meri, dia selalu ingin adiknya itu gemuk agar tak ada lagi pria yang mau menatapnya.
"kakak, badanku bisa berlemak jika makan terlalu banyak. Kepalaku masih sakit jadi aku belum bisa berolahraga untuk membakar lemakku" oceh meri karena rido terus saja menambah makanannya.
"tidak masalah. Itu yang ku inginkan. Tubuhmu itu terlalu berbahaya, jika bisa aku bahkan ingin membuat wajahmu itu berubah keriput seketika"
Para pria yang mendengar ucapan rido seketika tertawa. Mereka heran dengan rido yang ingin memiliki adik jelek padahal mereka berharap memiliki adik secantik meri.
"kakak, punya tubuh dan wajah cantik itu bukan kesalahan. Itu anugerah terindah dari tuhan" jawab meri.
"aku berharap selain anugerah tubuh dan wajah yang cantik setidaknya dia juga memberi takdir baik kepadamu sebagai paket komplit"
Meri tak bisa menahan tawanya mendengar candaan kakaknya itu. Saat makan mereka selesai, andre dan megan baru saja kembali.
Hampir pukul dua belas, meri harus menjemput dani pulang sekolah, jadi dia memutuskan untuk pamit.
Rido menahan andre karena menurutnya akan lebih baik jika meri langsung menuju sekolah dari pada harus ke rumah mengantar andre kemudian pergi ke sekolah dani. Itu terlalu merepotkan.
Tak ingin mengambil keputusan sepihak, meri bertanya kepada andre karena biasanya andre akan menolak ide jika harus membiarkan meri pergi sendiri.
"pergilah, aku akan pulang bersama kakakmu saja"
Jawaban andre di luar dugaan meri, tapi dia tak ingin melanjutkan percakapan karena ia sudah hampir terlambat. Meri meninggalkan andre bersama rido dan yang lainnya, segera menuju ke tempat andre memarkir mobilnya.
Pakaian dengan warna biru dan celana sporty membuat pandangan para penjemput anak sekolah yang juga berada di sekolah yang sama dengan dani tak bisa mengalihkan pandangannya. Meri menggunakan jaket hitam karena baju T-shirt yang ia gunakan berlengan pendek. Dengan kaca mata hitam serta tangan berada di saku jaket, meri dengan sabar menunggu adiknya itu keluar sambil berdiri di samping mobil dengan kaki menyilang menatap pagar sekolah.
Bukan hanya wajah dan penampilannya yang menarik perhatian, mobil yang ia gunakan tak kalah menarik.
Tak ingin terlalu memikirkan pendapat orang lain, meri dengan santai menunggu hingga makhluk kecil, tampan dengan pipi yang terlihat chubby muncul dari balik kerumunan siswa sekolah yang juga akan pulang ke rumah masing-masing.
"kakak" teriak dani sambil melambaikan tangan agar terlihat oleh kakaknya itu.
Meri tersenyum dan melambai untuk membalas adiknya itu. Meri melihat adiknya itu di hentikan oleh seorang pria berseragam guru dan berbicara sesuatu kemudian menghampirinya.
"apa gurumu mengatakan sesuatu?" meri bertanya saat dani sudah berada di mobil.
"Mmm, dia memintaku membantunya mendapatkan nomor ponselmu"
Anak kecil memang terlalu polos untuk di ajak bekerja sama. Tapi dani biasanya bisa menyimpan rahasia, karena dia dengan terus terang mengatakannya maka itu artinya guru itu meminta dani yang mengatakannya.
"kakak, guruku itu sangat baik. Tapi dia tidak tahu kalau kau sudah punya pacar. Aku menyukainya tapi kau menyukai kak andre jadi aku akan mengalah dan mengikutimu" ujar dani lagi.
"kau masih kecil tapi bicaramu seperti orang dewasa. Apa kau hanya kelihatan kerdil"
Percakapan itu hanya terjadi antara mereka dan tak akan bocor ke telinga andre atau keluarga yang lainnya. Meri sudah mengatakan agar dani merahasiakannya dan berkata jujur kepada gurunya bahwa dia sudah memiliki kekasih.
Tiba di rumah, meri melihat ibunya dan kakak iparnya sedang sibuk di dapur. Mereka terlihat kompak seperti ibu dan anak.
Setelah menyuruh dani berganti pakaian dan memanggil dedi untuk makan siang, meri berjalan menghampiri kedua wanita itu.
"kakak ipar, kau sangat pandai memasak. Apa kakakku bersikap baik kepadamu?"
"meri, apa yang kau tanyakan" ibu meri memotong.
"tidak apa bu. Dia sangat baik hanya sedikit pasif. Kakak mu terlalu berhemat suara" jawab sima sambil bercanda.
"kau harus lebih cerewet lagi kakak ipar"
Mereka bercanda dengan menjadikan randy sebagai bahan olokan, namun begitu, sima jadi lebih mengetahui banyak hal tentang suaminya itu. Mereka menyiapkan makan siang di meja. Seperti biasa, meri hanya menata peralatan makan di meja. Tak banyak karena ke dua kakaknya masih berada di luar dan sibuk dengan pekerjaan mereka. Hanya ibu, kakak ipar, dedi dan dani yang makan siang bersama. Meri hanya duduk bersama mereka sambil menikmati es krimnya. Dia sudah makan terlalu banyak di acara penyambutan oleh komunitas rido.
"ibu, besok aku akan kembali ke boston. Apa kita bisa menghabiskan waktu berbelanja hari ini?"
"tidak. Ibu sudah menyusun rencana kita untuk piknik di pantai sore ini. Ayah dan randy akan pulang lebih awal. Kita perlu merayakan kepulanganmu dan penyambutan bagi kakak iparmu"
"itu ide bagus"
Dedi dan dani tentu bersorak gembira mendengar rencana itu. Mereka akan berenang di pantai dan puas bermain pasir nantinya.