"apa mereka sudah pergi?" tanya ibu ilham kepada andre saat makan malam karena tak melihat ilham meri dan junior.
"mereka di kamar meri" jawab andre santai sambil memakan makan malamnya.
"wanita itu, kenapa terlalu sulit di hadapi? Apa dia memakai sihir?" rutuk nyonya rumah yang sejak awal mengibarkan perang pada menantunya itu.
Andre tak ingin menanggapi, ibunya jelas tidak tahu betapa berharganya wanita yang selama ini ia anggap musuh. Jika saja ibunya itu cukup cerdas dan memperlakukan meri selayaknya seorang putri, ia mungkin akan menjadi mertua paling bahagia.
Jangankan kepada ibunya sendiri, andre bahkan melihat betapa hormatnya meri kepada pengasuh junior saat ia berada di cambridge. Satu hal yang membuat ia sulit melepaskan meri adalah sulitnya menemukan wanita dengan kecerdasan luar biasa tapi siap merendah di hadapan suaminya.
Dia terlahir kaya raya, cantik, cerdas dan kepribadian menarik tapi tak pernah sedikitpun menyombongkan salah satunya. Dia bahkan berusaha menyelamatkan tahanan agar bebas dengan kecantikan dan kebaikan hatinya.
Kekayaan yang di limpahkan keluarganya hanya ia habiskan untuk keperluan sosial, membantu warga tidak mampu, bermain di panti jompo bahkan menyumbangkan sejumlah besar dana pada rumah sakit sakit jiwa.
Hasil dari bisnisnya di cambridge bahkan tidak sepeserpun yang masuk ke rekeningnya. Semua keuntungan dari pembagian lama justru ia mandatkan untuk anak pengidap kanker di cambridge.
Ia lebih memilih hidup dengan uang pribadi yang ia hasilkan dari kerja kerasnya daripada bergantung pada suaminya.
Andre sejak awal sudah melihat aliran dana dari rekening ilham untuk melihat jika saja ia berbelanja menggunakan kartu kredit untuk item rumah tangga atau pakaian wanita. Nyatanya sampai hari di mana ilham kembali, tak ada sepeserpun yang keluar untuk kebutuhan meri.
Ia hanya tahu ilham makan pada restoran di izmir, karena itu oa meminta seseorang memastikan bahwa ilham telah menemukan meri atau hanya ada perjalanan bisnis hingga menetap seminggu di izmir. Sayangnya, orang suruhannya bahkan tidak bisa menemui sang pemilik rumah.
Di kamar, junior tidur di sisi ibunya. Dia benar-benar tidak akan meninggalkan ibunya di kala sakit. Meri sudah memintanya pergi saja karena ada ilham yang menjaganya tapi sikap keras kepalanya menurun pada putranya itu. Jadilah ketiganya berkumpul di satu ranjang dengan meri berada di tengah.
"kalian tidak lapar?" tanya meri melihat dua pria di sampingnya tak juga ingin pergi.
"tidak" jawab ilham dan junior bersamaan.
Namun kemudian suara cacing dalam perut terdengar jelas. Ketiganya saling pandang kemudian tertawa bersamaan.
"aku akan turun mengambil makan malammu dan junior" ilham pada akhirnya mengalah dan turun untuk mengambil makan malam untuk meri dan junior.
Di meja makan andre dan ibunya sudah hampir menyelesaikan makan malam mereka.
"kau terlambat lagi" sindir ibu ilham.
"meri sedang sakit jadi aku menjaganya" jawab ilham seperlunya dan mulai memilih makanan sehat untuk meri dan junior.
"apa dia lumpuh sampai tidak bisa turun kemari hanya sekedar makan malam. Dan junior, jika ibunya memang sedang sakit biar ibu yang mengasuhnya"
"dia sedang lemah bu, dan junior tidak akan meninggalkan ibunya saat tahu meri sakit. Ibu bisa melihatnya sendiri" jawab ilham.
"tidak perlu. Dia tidak seistimewa itu hingga aku harus mendatanginya secara pribadi. Dialah yang harus menemuiku sebagai menantu" balas ibu ilham tajam.
"andre, bisa hubungi maria dan minta dia kemari. Meri sepertinya ingin bertemu dengannya"
"sudah. Besok dia akan datang. Boy juga akan datang, soal jack masih belum bisa kita tangani sekarang. Terlalu riskan karena ada meri dan junior di sini"
"itu masalahnya jika kau menyisakan akar. Melatih harimau berharap jadi kucing dan justru berubah jadi singa. Besok kita bicarakan lagi" ilham sangat kesal lagi-lagi ada masalah menghampiri hidupnya yang baru beberapa minggu kembali normal.
Tadi siang ia bertemu dengan bawahannya yang terus mengawasi jack dan mengabarkan bahwa semua yang menjadi perwakilan mencari jack hilang misterius.
"kak, kau tidak perlu khawatir. Aku akan menyelesaikan masalah ini" ujar andre penuh tekad karena tahu masalah besar ini muncul karena kesalahannya.
"aku tidak punya banyak waktu menunggumu menyelesaikannya. Jadi secepatnya atau aku yang akan turun tangan. Apa menurutmu aku bisa tenang bersama meri kalau sampah itu belum juga tertangkap?"
"aku tahu. Aku akan menyelesaikan ini tiga hari"
"tidak, selesaikan besok dan aku mau dengar kabar mengenai pria itu. Aku menyerahkan sumber daya ku untuk mendukungmu tapi apa yang kau lakukan. Hanya bermain-main, mencari kesempatan kembali pada meri saat aku di tahanan. Kau pikir aku tidak tahu? Berhenti mengganggunya, aku sudah cukup baik membiarkanmu melihatnya lagi. Tapi jangan berpikir merebutnya lagi. Ini peringatan terakhirku"
"urusan jack urusan yang berbeda dengan meri. Jadi kau tidak bisa melarangku mendekati nya"
"kau..." ucapan ilham terpotong oleh gebrakan meja ibunya.
"bisakah kalian berhenti. Ibu pusing melihat kalian terus saja memperebutkan wanita itu. Bekerja samalah, apa kalian mau melihat ibu tercekik di hadapan kalian. Sudah cukup ibu lari dari beijing karena masalah kalian. Sekarang selesaikan" ujar ibu ilham kesal meninggalkan putranya yang tidak pernah akur jika membahas meri.
Tak ingin berdebat lagi, ilham membawa makanan yang sudah ia pilihkan untuk meri dan junior ke kamar meri. Dua orang itu sedang asik bercanda saat makanan datang.
"apa yang kalian tertawakan?" tanya ilham saat melihat dua orang itu tertawa lepas.
"aku hanya sedang bermain ayam-ayam bersama junior" jawab meri.
"benarkah? Siapa yang menang?" ilham tampak meledek junior. Tangan sekecil itu mana mungkin menang melawan tangan besar ibunya.
"siapa lagi kalau bukan ibu. Ibu seharusnya memakai jari kelingking saat melawanku agar seimbang" protes junior.
"ayah akan mengalahkan ibu untukmu, jangan khawatir. Sekarang makanlah dulu"
Jadilah ilham yang menyuapi junior dan meri bergantian karena ia hanya membawa satu sendok. Dia tidak mungkin memakai tangan karena sangat sulit menyuapi orang lain dengan tangan terlebih ia tidak terbiasa bisa di katakan tidak pernah seumur hidupnya.
Junior hanya sibuk menunjukkan lauk yang mana yang ia inginkan dan ilham dengan sabar menurutinya. Berbeda dengan meri yang tidak di perkenankan memilih lauknya sendiri dan hanya menerima apa saja yang di pilihkan ilham untuknya.
"dadi, besok aku mau keluar berjalan-jalan apakah boleh?" junior meminta izin sekaligus berniat mengajaknya
"besok ayahmu sibuk mengurus sesuatu. Lagi pula ibu sedang sakit jadi dadi tidak bisa meninggalkannya. Bunda mu juga akan datang"
"bunda? Ah itu bagus. Kalau begitu aku akan pergi dengan bunda dan uncle boy saja" junior bersemangat mendengar maria akan datang.
"uncle boy juga ada urusan besok jadi dia hanya akan mengantar bunda mu ke sini setelah itu pergi" ilham diam sejenak. "bagaimana kalau kita berkumpul dan bermain di teras saja? Kalian bisa bebas bermain" kata ilham memberi penawaran.
"aku sudah besar untuk bermain bersama mereka" tolak junior.
"hei, anak ibu ini masih kecil oke. Lagi pula umur yang dewasa tidak membuatmu terlarang bermain dengan anak kecil. Ibu saja masih suka bermain denganmu. Bukankah begitu?" ujar meri memberi penjelasan.
"baiklah kalau begitu" junior menunduk lemah, ia berharap bisa keluar rumah dan meminta dadinya membelikan sesuatu untuknya.
Ketiganya mengobrol sambil tetap menyantap makan malam mereka. Meri tidak banyak bicara karena ia masih merasa pusing dan lemah untuk berpikir saja rasanya ia sedang malas. Hanya junior dan ilham yang memiliki topik pembicaraan jadilah meri pendengar setia dua pria beda generasi itu.