Prologue
Disana, ditempat yang sunyi jauh dari keramaian, terlihat seorang gadis tengah duduk belunjur dibawah pohon yang rindang dengan ditemani berhelai-helai kertas dipangkuannya.
" Terkurung dalam sangkar
Tersiksa menorehkan luka
Membekas dalam jiwa
Terpendam dalam diam
Tak terlihat
Tertutupi sandiwara
Tenggelam dalam keheningan
Terlelap dalam kegelapan
Terkadang menyenangkan
Tetapi menyakitkan
Terkadang membuat melayang
Lalu dijatuhkan
Terasa hampa
Terasa rindu
Terasa sepi
Terasa hilang
Tak bisa digambarkan
Hanya bisa dirasakan
Tak bisa dituliskan
Hanya bisa dibayangkan
Bunuh rasa sesak ini
Tuk hilangkan jiwa yang sakit
Hapuskan memori ini
Tuk hilangkan kenangan pahit
Rasa takut ini selalu menghantui
Tak pernah hilang
Dan selalu kembali
Disaat diriku sendiri "
Kata-kata itu mengalir dengan sendirinya dari hati dan pikiran si gadis penyendiri, yang kemudian ia tuangkan ke dalam berhelai-helai kertas dengan bantuan tinta hitam dari pena yang ia genggam sedari tadi.
~§~
Dialah Yuri Leuciana seorang gadis dari keluarga kelas menengah, menganyam pendidikan disekolah menengah atas.
Yuri memiliki kepribadian ceria, selalu berekspresi seperti orang bahagia, dan tidak pernah terlihat berbicara serius tentang isi hatinya, membuat semua orang menganggap dirinya orang yang selalu bahagia dan terkadang ada juga yang menganggap ia anak manja.
Semua orang telah berhasil ia bohongi dengan topeng kebahagiaan semu. Tidak tahukah kalian jika didalam hati dan pikirannya tersimpan begitu banyak luka yang tidak pernah ia bagi, selalu ia pendam dan ia tutupi dengan sebuah senyuman, senyuman yang menyimpan begitu banyak kepedihan.
Yuri bahkan tidak pernah bercerita kepada kedua orang tuanya tentang luka yang ia pendam, ia percaya bahwa perasaan itu bersifat pribadi, bukan untuk dibagi kepada siapapun termasuk orang tua atau keluarga bahkan teman ataupun orang lain.
Jika ia merasa lelah dan putus asa, ia akan mencari sebuah tempat untuk merenung, dan menyendiri. Disanalah ia akan menjadi seorang Yuri yang sebenarnya, bukan Yuri yang selalu tersenyum tetapi menjadi seorang Yuri yang juga akan menangis.
~ Yuri Leuciana ~
Kualihkan pandanganku dari barisan kata di dalam setumpuk kertas digenggamanku menuju hamparan lahan hijau yang dihiasi berbagai macam warna dihadapanku saat ini. Kuletakkan kertas-kertas ini disebelah kursi hijau yang kududuki, menghela nafas sembari menyandarkan punggungku pada pohon besar dibelakangku.
Begitu teduh dan nyamannya, hanya ditempat inilah aku dapat merasakan apa itu ketentraman, dimana tak ada suara berisik manusia ataupun suara bising kendaraan yang memekakan telinga.
Ku pejamkan mata ini sembari merasakan hembusan udara lembut yang membelai wajah dan meniupkan helaian rambut panjangku. Dengan nada-nada yang mengalun indah lewat kabel yang terpasang ditelinga, terbuai suasana, terbawa kebawah alam sadar, terlelap dalam kesepian yang tak kunjung tersembuhkan, berbantalkan kayu yang berdiri kokoh.
Aku selalu menyempatkan datang ketempat ini, tempat favoritku untuk mencari suasana yang bisa membuat diriku nyaman dan damai, dimana aku dapat melepas semua topengku didepan orang lain, menjadi sosok lain, sosok yang dingin, dan suka menyendiri, merenung, bersedih, kecewa, bahkan terluka.
Terluka bukan karena cinta tetapi kebahagiaan yang jauh disana. Sangat jauh sehingga membuatku sulit untuk meraihnya, membuat diriku yang lemah ini hampir putus asa untuk menggenggamnya. Jika tidak ada mereka yang telah melahirkan dan mengurusku sedari kecil mungkin aku akan berakhir didalam tanah sendirian dengan ditemani cacing-cacing yang kelaparan dan bersiap akan memakan.
~§~
Lama Yuri terdiam disana sampai akhirnya membuat ia terlelap dalam kesedihan yang sulit dimengerti orang. Getaran dari benda tipis disaku celana jeansnya membuat Yuri tersadar dari lelap, mengerjapkan mata dan mengeluarkan benda itu dari sarangnya. Terpampang jelas nama "mamah" didalam layar benda tipis itu, ia menekan tombol hijau dan menjawab sapaan dari seberang.
"Baiklah aku pulang sekarang" Jawabnya kemudian memutuskan sambungan telepon, ia memasukan kembali benda tipis itu kedalam tempat semula.
Setelah mendapat telepon dari sang mamah tercinta agar cepat pulang. Ditutupnya lembaran kertas yang sedari tadi dikotorinya dengan tinta-tinta hitam dari sebuah pena, menaruhnya kedalam sebuah kain yang kemudian diselendangkan pada pundaknya.
Menata buku-buku yang berserakan disekeliling dan menumpuknya menjadi satu yang kemudian dipeluknya. Sejenak ia alihkan pandangan matanya lurus kedepan dimana disana terlihat sang surya yang mulai menunjukan warna jingga kekuning-kuningan, dan perlahan-lahan mulai tenggelam.
Setelah puas memandangnya ia mulai beranjak dari tempat yang nyaman itu, dan berjalan menjauh dari sana. Terbesit rasa tak rela dihatinya meninggalkan tempat itu, tetapi mengingat seseorang sedang menantinya pulang kerumah dengan tatapan lembut yang selalu mencemaskan dirinya disaat pulang telat waktu.
Dengan senang hati dia akan pulang dan memulai skenario yang telah disiapkannya. Menggunakan kembali topengnya dan menyembunyikan perasaannnya.
~§~
Yuri Leuciana seorang gadis berusia 18 tahun, setelah lulus dari sekolah menengah pertama ia tinggal bersama kedua orang tua kandungnya di korea selatan. Sebelumnya ia tinggal di Indonesia bersama keluarga besar dari mamanya. Saat dia masih tinggal bersama keluarga besar mamanya semua orang selalu mengucilkannya, ia selalu sendirian, dijauhi para keluarganya dengan alasan dia merepotkan mereka, dan selalu diasingkan. Ia kira setelah pergi dari tempat menyesakkan itu ia akan merasakan kehangatan, tapi sayangnya meskipun ia kini tinggal bersama kedua orang tuanya ia tetap tidak merasakan kehangatan sebuah keluarga, karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka, terkadang Yuri merasa iri pada orang lain yang memiliki keluarga yang sangat rukun, dan orang tua yang menyempatkan diri mereka untuk pergi jalan-jalan atau makan bersama.
~~~~~~~~~~`∞`~~~~~~~~~~
♥♪ Tidak semua orang bisa mempercayakan isi hatinya kepada orang lain, dan tidak semua orang yang selalu tertawa itu bahagia ♪♥