Descargar la aplicación
12.57% It's You-You Are / Chapter 22: 22

Capítulo 22: 22

Sesampainya di mobil, gue langsung melepaskan cardigan yang gue pake karena lengannya cukup basah. Walaupun tadi gue udah se nempel mungkin sama Johnny, tetep aja gue masih kecipratan air hujan. Badan Johnny itu gede, bahu dia itu lebar, jadi satu payung sama dia itu gaakan menjamin gue bisa kering seutuhnya.

"Lo basah ya? Sorry. Gue lupa bawa payung dua tadi" ucap Johnny saat melihat gue melepaskan cardigannya.

"Gapapa.. lagian juga tadi ujannya malah jadi deres juga. Jadiya wajar aja kalau nyiprat-nyiprat" bales gue sambil tersenyum seraya melipat cardigannya.

"Nih, pake jaket gue ajaya" ucap Johnny sambil meraih jaketnya yang dia geletakin di jok belakang lalu disodorinnya ke gue.

"Eh? Gausah.. lagian juga rumah gue deket ini"

"Bi, mau deket, mau jauh, AC mobil tetep dingin. Gue yakin seragam lo tangannya basah, nanti lo malah sakit karena kedinginan. Pake ya?" Ucapnya lagi dengan nada yang selembut mungkin.

"Gausah John.. beneran gapapa" Tolak gue lagi. Tapi hal yang ga gue duga terjadi, Johnny dengan sigap langsung memaikan jaketnya ke gue. Bener-bener dia pakein, bukan cuman sekedar di sampirin di bahu aja.

Gue kembali dibuat dag dig dug sama perlakuannya Johnny yang lembut dan serba tiba-tiba ini. Baru aja seminggu yang lalu gue dibikin geli sendiri sama jokesnya yang berupa gombalan klasik, tapi sekarang ini gue malah jadi dag dig dug ser karena perbuatannya.

"Makasih" ucap gue saat Johnny telah selesai memakaikan jaketnya dengan sempurna di badan gue.

"Sama-sama.." bales Johnny sambil tersenyum simpul, kemudian dia menyalakan mesin mobilnya lalu segera menancapkan gas meninggalkan sekolah gue.

"Ohiya John.." panggil gue yang teringat akan sesuatu.

"Kenapa?"

"Perasaan nih ya, tadi gue nelfon Cakra tu nyuruh Aksa yang jemput gue deh. Tapi kenapa malah jadi lo yang dateng?" Tanya gue sambil menatap Johnny yang sedang fokus menyetir. Sekedar info aja, Johnny saat ini hanya memakai kaos hitam polos lengan pendek dan celana seragamnya saja, tapi entah kenapa dia keliatan ganteng banget.

Kan, lagi-lagi gue malah deg-degan.

"Tadinya sih emang mau sama Aksa" jawab Johnny sambil menoleh ke arah gue sekilas lalu kembali fokus menatap jalanan.

"Terus? Kenapa mala jadi sama lo?"

"Karena gue yang mau. Gue bilang sama Aksa biar gue aja yang jemput lo, gapapa kan?" Tanyanya.

"Yaa gapapa.. justru gue yang harusnya nanya, emang gapapa lo jemput gue?"

"Ya gapapa dong. Kan tadi gue bilang, kalau gue pengen jemput lo" bales Johnny dan gue langsung ngangguk-ngangguk aja.

"Ohiya John.. gue mau nanya deh"

"Kenapa?"

"Itu tadi, pas lo dateng drama banget sumpah. Kaya di film-film taugasi... emang mereka kenal sama lo ya?" Johnny langsung tersenyum dan galama dia terkekeh begitu denger pertanyaan gue.

"iya, gue kenal sama mereka. Eh, ga juga deh, mungkin lebih ke tau aja sebenernya"

"Oya? Ko bisa?"

"Lo tau kan kalau gue sama Ezra satu sekolah?" Tanyanya dan gue bales dengan anggukan. "Nah yang tadi ngerubunin gue itu, mereka kakak kelas gue di SMP. Dan mereka tu bisa dibilang kaya fans gue sama Ezra gitu" jawab Johnny yang langsung mengundang tawa dari gue. Bisa-bisanya dia bilang kalau mereka itu fansnya dia.

"Eh, ko malah ketawa sih? Gue serius Bi, tanya Ezra deh kalau ga percaya. Gue juga kaget sebenernya ketemu mereka lagi, karena gue risih banget sama mereka dulu. Lagian Aksa juga dulu pernah kan ngalamin hal yang kaya gue tadi?"

"Iya pernah.. tapi yang dikerubuninnya itu gue. Jadi guetu kaya akses masuknya mereka supaya bisa deket sama Aksa"

"Oya? Jahat banget mereka malah manfaatin lo"

"Yaa begitulah, makanya gue pindah ke Jakarta juga. Ehiya John, ngomong-ngomong.. mereka semua gaakan nyerang gue kan? Soalnya tadi mereka pada ngeliatin gue gitu"

"Gaakan.. kalau mereka ganggu lo, bilang sama gue"

--

"Sa..." panggil gue ke Aksa yang lagi serius nungguin air mendidih. Saat ini gue sama Aksa lagi di dapur, kita laper, gamau makan yang berat banget, dan kebetulan diluar juga lagi hujan jadinya kita bikin mie rebus.

"Kenapa?"

"Tadi lo nanya ke Johnny kaya yang curiga banget. Kenapasi? Padahal kan dia mau jemput Bia doang" tanya gue yang emang sedari tadi pengen aja bahas ini. Tujuan gue sebenernya itu, gue pengen tau reaksi Aksa tu bakal kaya gimana kalau seandainya ada yang pengen deketin Bianca dengan tujuan yang emang mau ngajakin dia pacaran.

Dengan begitu gue jadi bisa tau bukan dimana celahnya.

"Bukan kaya, emang iya" jawab Aksa sambil masukin mie-mienya kedalem panci.

"Emangnya kenapa deh? Gabaik lo suudzon ke temen sendiri"

"Gue tu takut Za..." ucap Aksa dengan nada yang lesu. Keliatan dari cara bicaranya ini kalau dia nunjukin rasa khawatir dan ketakutan.

"Takut kenapa?"

"Gue takut Bianca punya pacar. Gue belum siap"

"Lah? Ko gitu? Lo sendiri pernah pacaran, mana temen sekolahnya Bianca kan?"

"Ya itumah diluar konteks Za"

"Diluar konteks kumaha*, lo kalau ngomong bertele-tele amatsi" omel gue yang mulai gereget sendiri karena Aksa ngomongnya ga langsung ke inti.

"Gue tu khawatir Za, gue takut, gue khawatir. Bianca dimata gue itu terlalu rapuh orangnya Za. Dia juga anaknya terlalu polos, gue takut kalau seandainya dia nemu cowok yang salah gimana? Sementara gue sendiri kan ga selalu sama Bianca terus"jelas Aksa sambil menatap gue diikuti senyuman tipis yang dia kasih.

Gue bisa ngeliat dari matanya, kalau Aksa emang bener-bener khawatir akan itu.

Dari yang Bianca ceritain ke gue, Aksa itu orangnya emang kadang suka bikin Bianca bete karena sifatnya yang nyebelin. Tapi, terlepas dari itu semua Aksa tu sebenernya sayang banget sama Bianca, bahkan Bianca itu tau kalau Aksa selalu ada untuk dia, selalu ada untuk ngelindungin dia, walaupun jarak yang misahin mereka waktu itu.

Dan sekarang ini, gue bisa ngeliat itu dengan sangat jelas dari matanya Aksa.

"Gue tu pernah bikin Bianca nangis Za. Sekali-kalinya Bianca nangis karena gue, dan itu bikin hati gue sakit banget. Dari situ gue mulai bertekad, gue gaakan pernah biarin Bianca nangis lagi. Dan kalau Bianca nangis karena seseorang, apalagi karena cowok, orang itu bakal berurusan sama gue Za"

"Jadi sebenernya lo itu takut Bianca disakitin sama cowok? Makanya lo bilang belum siap kalau Bianca punya pacar?"

"Ya.. kurang lebih kaya gitu. Kita emang masih terlalu kecil sebenernya kalau ngomongin soal hubungan begini. Tapiya lo juga pasti tau, dalam suatu hubungan, apapun itu jenis hubungannya pasti gaakan selalu berjalan mulus bukan?" Saut Aksa yang langsung gue bales dengan anggukan kepala karena sependapat.

"Nah itu, gue takut kalau Bianca belum mampu untuk nyelesain masalah di hubungannya itu gimana.."

"Tapi Za, kalau seandainya nanti Bianca malah nemu seseorang yang tepat. Lo bakal gimana?"

*Kumaha = Gimana


REFLEXIONES DE LOS CREADORES
Wassap29 Wassap29

Halo! barang kali jika berkenan boleh aku minta review dan votenya teman-teman, Terima kasih!^^

next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C22
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión