"Akhirnya... Selesai juga ujian gue"
"Ada yang belom"
"Apaan?"
"Ujian hidup!"
Perdebatan Galih dan Daffa menyentuh langsung ke daun telinga Aksa dan Irona yang sedang menikmati masa lalu mereka.
"Lo bener. Ujian hidup gue masih banyak, dan kayaknya semakin berat" Galih melemaskan bahu dan bersandar di pundak Irona
"Cari mati ni anak" gumam Daffa menggaruk tengkuknya
"Ngapain lo nyender di pundak cewek gue?"
"Enak. Nyaman"
Irona memelototkan kedua matanya. Apa Galih tidak tahu bahwa itu suara Aksa?
"Awas, ih!" Irona lanhsing saja menyingkirkan kepala Aksa hingga laki-laki itu terjengkang dan duduk di lantai.
"Aduhh.. Sakit"
"Udah puas, nyender di bahu cewek gue?"
Galih gelagapan. Aksa sudah berdiri di hadapannya dengan posisi menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"A--Anu, gue kira itu pundak lo" sahut Galih gelagapan.
"Kerasa kali, kan wanginya beda" teriak Daffa yang sudah lebih dulu menjauh dari sana.
"Diem lo!" bentak Galih