Pagi telah tiba jimin telah berada di dapur membuat sarapan untuknya dan adiknya. Tadi dia terbangun pukul 5 karena suara alarm pada jam kecil yang berada di atas nakas di samping tepat tidurnya.
Setelah menyiapkan sarapan, jimin pun melangkahkan kakinya ke arah kamar jihoon untuk membangunkan nya.
𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠
"Jihoonie bangun sudah siang." Tak ada respon dari sang adik, jimin mencoba membuka pintu kamar jihoon dan ternyata tak terkunci. Jimin pun mulai melangkah masuk dan melihat sang adik yang masih nyaman dengan tidurnya dengan tubuh yang terbalut selimut sampai lehernya.
"Jihoonie.. Bangun kau harus sekolah." Jimin mulai menepuk pelan pada pipi jihoon agar segera terbangun.
"Eunghh.. 5 menit lagi hyung.." Ucap jihoon sambil membenamkan kepalanya di balik selimut tebalnya.
"Sudah pukul 7 jihoon.." Jihoon yang terkejut langsung menghempaskan selimutnya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Jimin hanya terkekeh melihat tingkah jihoon. Jimin pun turun untuk menyiapkan bekal makan siang adiknya untuk di bawa.
Tak berapa lama jihoon yang telah rapi dengan seragam sekolahnya turun dengan matanya yang terus menatap tajam pada jimin sambil cemberut.
"Kau kenapa jihoonie?"
"....."
"Eoh.. Kau marah pada hyung?"
"Pikir sendiri." Ucap jihoon sambil menoleh ke arah lain dengan bibir yang mengerucut. Bagaimana jihoon tidak merajuk pada jimin karena jimin mengatakan pada adiknya sudah pukul 7 padahal waktu masih menunjukan pukul 6 pagi.
"Baiklah, maafkan hyung ne.."
"Um." Jimin pun tersenyum melihat adiknya yang merajuk. Jimin sangat menikmati hari-harinya saat melihat adiknya saat sedih atau pun senang. Yang penting bagi jimin adalah selama adiknya berada di sisinya dia sudah bahagia.
Setelah jimin dan jihoon sarapan, jihoon pergi ke sekolahnya dan jimin kini berada di dapur untuk mencuci piring bekas sarapan dan alat dapur yang ia gunakan untuk memasak sambil menunggu waktu untuknya pergi kerja.
****
Jeon jungkook pria tampan putra dari pemilik perusahaan 'Jeon Corp' kini tengah memasuki gedung perusahaan milik sang ayah. Saat ini jungkook di perintahkan Jeon Namjoon ayahnya yang seorang Chairman untuk menjadi CEO karena jungkook dengan pendidikan tingginya sudah sepatutnya di tunjuk untuk memimpin perusahaan.
Saat ini jungkook berjalan dengan angkuhnya di ikuti sekertaris dan beberapa orang kepercayaannya menuju ke ruangannya. Berjalan tanpa menjawab sapaan para karyawannya yang berjejer memberi jalan.
"Apa jadwalku hari ini?" Jungkook berucap sambil berjalan menuju mejanya.
"Pukul 9 ada pertemuan di perusahaan Kim industri. Dan pukul 3 sore ada pertemuan dengan dewan direksi." Ucap sekertaris nya yang bernama Jung hoseok.
"Hanya itu?"
"Ne tuan hanya itu."
"Baiklah kembalilah ke ruangan mu."
Hoseok pun pergi dari ruangan atasannya dan kembali ke ruangannya sendiri. Jungkook pun mulai mengerjakan pekerjaannya bergelut dengan tumpukan berkas di mejanya.
****
"Selamat datang!" Ucap jimin menyambut datangnya pelanggan. Jimin sudah berada di tempat kerjanya menjadi pelayan toko di bagian kasir.
"Hanya ini nyonya?" Tanya jimin pada pelanggan yang berada di depannya.
"Ne, ini saja karena hanya ini yang lupa di beli." Ucap seorang wanita cantik berambut panjang lurus sepinggang memakai atasan kemeja biru muda dengan bawahan skirt jeans warna biru. Wanita itu membeli 5 kantung tepung dan 2 kotak keju.
"Apa nyonya suka membuat kue karena banyak sekali tepung yang nyonya beli." Ucap jimin mulai menscan barcod pada kemasan barang yang di beli pelanggannya.
"Ah iya benar, aku sangat hobi membuat kue. Apa kau suka sesuatu yang manis." Ucap wanita itu dengan mata berbinar menatap jimin.
"Saya sangat suka nyonya apalagi dengan cake strawberry hmm.. Saya sangat menyukainya. Ah maaf saya jadi banyak bicara. Totalnya 12300 won nyonya"
"Apa kau ada waktu? Aku sangat senang ngobrol denganmu." Ucap wanita itu sambil memberikan uangnya pada jimin.
"Tentu nyonya bagaimana dengan saat makan siang. Karena setelah pulang dari sini saya harus bekerja lagi."
"Eoh? Bekerja lagi. Ah baiklah nanti aku akan datang lagi saat makan siang. Aku pergi dulu ne.." Wanita itu pun keluar dari toko swayalan itu menuju mobilnya. Setelah wanita itu masuk ke dalam mobil dia mengambil ponselnya di dalam tas branded bermerek channel miliknya kemudian dia menghubungi seseorang.
"Yoboseo"
"Namjoon aku akan pulang setelah jam makan siang. Aku akan makan di luar."
"Yah.. Seokjin-ah kau ini. aku sudah menyempatkan waktu untukmu dan kau meninggalkan ku."
"Jangan berlebihan kau namjoon. Pokoknya aku akan pulang nanti. Bye."
"Yakk! Seokjin ka...
Wanita bernama seokjin itu pun memutuskan sambungan teleponnya. Dan kembali memasukan ponselnya ke dalam tas.
"Cerewet!"
Waktu makan siang pun tiba jimin pun sudah akan pergi dari toko itu setelah menutup toko dan memberi tanda 'BREAK' pada pintunya namun suara seorang wanita menyapa pendengarannya.
"Sudah mau makan siang?"
"Eh.. Nyonya?" Jimin menolehkan kepala ke belakang dan menemukan pelanggannya tadi dengan senyumnya yang mengembang.
"Ayo kita makan siang bersama aku ingin mengobrol denganmu." Ucap wanita itu sambil menarik lengan jimin ke arah sebuah restoran yang tak jauh dari tempat jimin bekerja.
Jimin dan wanita itu sudah duduk berhadapan dengan berbagai hidangan di atas meja dan mulai memakannya.
"Maaf nyonya tapi saya membawa bekal."
"Benarkah, apa ibumu yang membuatkannya untukmu?"
"Tidak nyonya, saya membuatnya sendiri. Ibu saya sudah meninggal begitu pun ayah saya."
Wanita itu pun terkejut dengan apa yang di katakan pemuda di depannya.
"Benarkah? Ah.. Maafkan aku."
"Tidak apa-apa nyonya."
"Ngomong-ngomong siapa namamu sayang dan berapa usiamu?"
"Nama saya jimin, park jimin nyonya dan usia saya 20 tahun."
"Jimin tinggal dengan siapa?"
"Dengan adik saya nyonya. Dia masih sekolah di junior high school."
"Jadi, kau bekerja untuk membiayai hidupmu dan adikmu sendiri? Bahkan menyekolahkan nya. Oh ya jimin kau tadi bilang setelah pulang kerja di toko kau masih kerja lagi?"
"Ne nyonya. Setelah kerja di toko nanti saya kerja di sebuah kedai kecil."
"Apa kau tidak lelah?"
"Mau bagaimana lagi nyonya kalau tidak seperti itu adik ku bisa putus sekolah."
Wanita bernama seokjin itu merasa sedih dengan keadaan jimin. Dia harus banting tulang untuk menghidupi dirinya dan sang adik dan juga supaya adiknya tak putus sekolah.
"Oh ya kau bisa masak?"
"Ne nyonya. Apa nyonya mau mencicipi nya?"
"Tentu." Seokjin pun mencoba masakan jimin dia mencoba kimchi dan olahan dari sayur dan juga ada telur dadar.
"Hmmm.. Ini enak sekali jimin. Kau sangat pandai memasak. Padahal kau laki-laki tapi pandai dalam memasak"
"Terima kasih nyonya. Saya belajar dari kedai tempat saya bekerja"
"Kau bisa masak apa saja?"
"Banyak yang sudah saya pelajari dan sudah mencoba memasaknya."
"Eh benarkah. Aku kagum padamu. Oh ya jimin, apa kau mau bekerja di rumahku di bagian dapur kau bisa membantu juru masak di sana."
"Benarkah nyonya?" Ucap jimin antusias
"Ne, dan kau tak perlu lelah dengan bekerja di dua tempat."
"Ne nyonya saya mau!"
"Baiklah besok kau datang ke alamat ini pukul 8 pagi. Aku akan menunggumu." Seokjin menyerahkan selembar kertas yang bertuliskan alamat rumahnya pada jimin.
"Ne nyonya terima kasih." Jimin sangat senang karena mendapat pekerjaan yang lebih baik juga bisa punya banyak waktu luang yang bisa untuknya beristirahat dan waktu untuk bersama sang adik.
'Semoga pekerjaan ini bisa merubah kehidupanku dan adik ku nantinya.'
𝙏𝙗𝙘