Descargar la aplicación
92.5% HOT PAPA / Chapter 37: Stay di Jakarta

Capítulo 37: Stay di Jakarta

Hati siapa yang tidak bahagia apalagi saat orang tuanya memperbolehkannya untuk stay di Indonesia, setelah menunggu hingga bertahan tahun lamanya akhirnya orang tuanya berubah pikiran dan berbaik hati untuk mengelola perusahaan yang ada di Indonesia.

"Jadi orang tua kamu memberikan syarat, kalau kamu mau mengelola perusahaan yang ada di Indonesia?" tanya Logan yang kini sedang bercakap via telepon kepada sahabatnya yang masih berada di Singapura.

"Iyaps, syaratnya adalah setiap satu bulan sekali aku harus pulang ke Singapura dan aku harus memberikan mereka bukti, bahwa aku bisa mengelola dan mengembangkan perusahaan yang ada di Indonesia dengan hasil kerja kerasku sendiri," ujarnya membuat Logan mengangguk paham.

"Kamu tidak pernah khawatir kalau soal pekerjaan, kapanpun kamu butuhkan aku siap membantu kamu. Jangan pernah sungkan untuk merepotkanku." Logan tentunya juga ikut bahagia karena sahabatnya mau menetap di Indonesia.

"Aku pasti akan selalu merepotkan kamu, oh ya karena aku pulang ke Indonesianya masih sekitar satu minggu lagi, bisa tolong kamu carikan perumahan yang di daerah komplek kamu saja? Jadi tidak perlu jauh-jauh kalau kita mau berkunjung satu sama lain," pintanya.

"Mau tipe rumah yang bagaimana?" tanya Logan.

"Emm karena aku hanya menempatinya seorang diri, jadi aku ingin yang lantai dua saja," jawabnya.

"Apa itu tidak kebesaran?" tanya Logan.

"Aku rasa tidak, kalau cuma lantai satu pasti nanti akan berisik kalau di bawah, aku mau punya rumah yang lantai dua jadi bisa punya tempat privasi yang lebih," ujarnya membuat Logan mengangguk.

"Baiklah nanti coba aku tanyakan dulu sama pemilik komplek, apakah masih ada rumah yang kosong atau tidak? Nanti kalau seandainya sudah tidak ada, berarti kita harus mencarinya di komplek lain yang lokasinya tidak begitu jauh." Logan tidak pernah keberatan sama sekali untuk mencarikan rumah yang cocok bagi sahabatnya agar betah di Indonesia.

"Oh ya ngomong-ngomong apa Andi tidak ikut kamu ke kantor?" tanyanya.

"Tidak, hari ini dia ikut sama oma jalan-jalan ke taman. Ya sudah kalau begitu sepertinya kita harus mengakhiri pembicaraan sampai di sini, karena aku ada meeting setelah ini," ujarnya membuat Milea memanyunkan bibirnya.

"Seperti biasa selalu saja sibuk dengan pekerjaan, bahkan kita ngobrol baru lima menit masa iya sudah mau dimatikan? Pantesan saja kamu sampai sekarang tidak punya pacar, kalau setiap harinya kamu selalu sibuk dengan pekerjaanmu," cibir Milea membuat Logan memutar bola matanya dengan malas.

"Tolong dibiasakan kalau mau menghujat seseorang berkacalah terlebih dahulu, apa kamu tidak punya kaca? Kalau tidak punya nanti begitu sampai di Indonesia, aku akan memberikan kamu banyak sekali kaca untuk kamu bisa bercermin dan memperbaiki diri kamu sendiri. Kalau begitu saya pamit dulu, permisi dan selamat siang." Logan langsung mematikannya begitu saja, tanpa memperdulikan wanita yang ada di seberang sana tengah mengomel.

Drttt drttt drttt!!

"New massage."

From Rachel.

"Nanti saat jam makan siang kamu mau pergi ke mana? Kalau kamu tidak acara bisakah kita makan siang bersama? Kalau kamu bisa dan kamu ada waktu longgar, tolong temui aku di lobi karena aku menunggu di sana setelah selesai syuting."

Logan seketika memijat pelipisnya, karena semakin hari ia merasa wanita itu semakin gencar mendekatinya. Wanita yang pernah dicintainya di masa lalu, sepertinya kini mulai membuahkan hasil. Dari yang semula tidak pernah diungkapkannya sama sekali, kini wanita itu yang datang sendiri mendekatinya.

"Apakah ini jawaban dari doa-doa aku di masa lalu yang menginginkannya untuk menjadi milikku? Tapi kan aku sudah tidak ingin lagi kenapa Tuhan baru menjawabnya sekarang?" heran Logan.

Rachel masih terikat kontrak dengan perusahaannya Logan akan sampai setahun ke depan, membintangi beberapa iklan dan juga mempromosikan barang-barang terbaru keluaran dari perusahaannya, tentu saja hal itu membuat bisa sering bolak-balik ke kantornya Logan.

"Sudah lama menunggu?" ucap seseorang yang baru saja datang membuat Rachel mendongakkan kepalanya.

"Akhirnya kamu datang juga aku pikir kamu tidak akan datang," girang Rachel kemudian berdiri dari duduknya.

"Mau makan siang di mana? Aku tidak punya banyak waktu karena setelah ini aku ada meeting," ujar Logan.

"Nanti akan aku tunjukkan di mana makan siangnya, yang penting ayo kita jalan dulu," ajak Rachel sembari menggandeng lengan laki-laki tampan tersebut.

"Tolong jangan seperti ini, kita sedang di area kantor tidak enak kalau gandengan dan dilihat sama karyawanku, aku juga tidak mau mereka berpikiran macam-macam," tegur Logan menunjuk ke arah lengannya yang sedang dipegang oleh Rachel.

"Memangnya mereka akan memikirkan apa tentang kita? Kalau mereka memikirkan kita punya hubungan spesial, ya sudah biarkan saja aku juga tidak peduli," cuek Rachel.

"Kamu jangan bersikap bodo amat seperti itu, apalagi kamu itu seorang public figur dan status kamu sudah menjadi pacar orang. Nanti kalau seandainya ketahuan sama wartawan kamu gandengan sama pria lain, bisa-bisa kamu akan menjadi bahan gosipan," tegur Logan sembari mencoba melepaskan lengannya.

"Ihh tapi aku tidak masalah sama sekali kalaupun aku digosipkan dengan orang lain, kalau orang lain itu adalah kamu," ujar Rachel bukannya melepaskan malah semakin mempererat pegangannya.

"Apa kamu lupa kalau aku sudah menikah? Bagaimana nanti kalau istriku melihat kamu gandeng aku kayak, gini?" tegur Logan kali ini berhasil membuat Rachel melepaskan tangannya.

Rachel selalu lupa akan apapun yang ada di sekelilingnya, jika sudah berduaan dengan laki-laki yang disukainya. Termasuk lupa kalau laki-laki yang disukainya sudah menikah dan bahkan sudah punya anak.

Rachel jalan lebih dulu menuju ke mobilnya Logan, di mana ia sudah hafal betul letak parkiran mobil laki-laki tersebut.

"Mau makan siang ke mana?" tanya Logan lagi begitu mereka sudah berada di dalam mobil.

"Makan siangnya di rumahku nanti biar aku yang masakin buat makan siang kita," ujarnya membuat Logan mengerutkan keningnya.

"Kenapa tidak makan siang di restorasi? Jadi kamu tidak perlu repot-repot masak," saran Logan yang paling tidak suka kalau harus pergi ke rumahnya Rachel, karena di sana mereka hanya akan berduaan saja.

"Memangnya kenapa kalau aku yang masak? Kamu tidak suka sama masakanku?" tanya Rachel namun tak ditanggapi oleh laki-laki yang berada di balik kemudi tersebut.

Logan kali ini menolak dengan tugas untuk makan siang di rumahnya Rachel, ia tidak mau kalau sampai kejadian yang lalu terulang kembali. Seperti contoh Rachel selalu mencari-cari kesempatan untuk bisa berduaan dengannya, sedangkan Logan paling takut kalau berduaan karena bisa saja setan membisikkan hal-hal yang buruk kepada mereka.

"Kenapa kita restoran ihh? Kan tadi sudah aku bilang biar aku saja yang masak, ck aku ah aku pulang sendiri saja, kalau kamu mau makan di restoran ya sudah sana makan sendiri. Aku mau pulang," kesal Rachel kemudian melepaskan sabuk pengamannya dan hendak turun.

"Mau ke mana kamu, heyyy?"


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C37
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión