Descargar la aplicación
63.63% Honkai Stral Rail : Sanguis Corporation / Chapter 7: Chapter 07 : Pertarungan... TIDAK! Ini Sebuah PEMBANTAIAN!!

Capítulo 7: Chapter 07 : Pertarungan... TIDAK! Ini Sebuah PEMBANTAIAN!!

"Misi kita resmi dimulai sekarang." Kemudian suaranya jadi semakin serius, "Ingat, tetaplah waspada. Jangan sampai lengah terhadap hal apapun."

Begitu mereka masuk, Arthur dengan santai mengumumkan kedatangannya dan alasan di baliknya. Sesuatu hal yang tampak bodoh bagi sebagian dari dirinya, tapi nilai-nilai Ksatria yang dimiliki oleh Tristan beberapanya masih sulit untuk di hilangkan.

Salah satu dari hal ini adalah untuk selalu memberitahukan kedatangan miliknya. Alias, setidaknya mencegah dirinya melakukan serangan diam-diam.

Kembali ke topik.

Sayangnya, tidak ada satu pun yang datang setelah pengumuman tersebut.

Ngomong-ngomong, bukannya tidak ada yang keluar untuk menyambutnya. Hal ini lebih seperti, para Penjaga yang keluar hanya datang untuk menyerangnya. Dan, dari sinilah informasi dari sang informan terbukti valid.

Tidak lama setelah Arthur melumpuhkan para Penjaga dengan mudah, gerbang vila terbuka, dari sana datang banyak sekali Demon yang menerjang ke arah mereka.

Pada saat itulah, sesuatu hal yang mengejutkan Arthur pun muncul dari gadis kecil yang ada di sampingnya.

"Berhenti." Suara tenang milik Kafka bergema di samping Arthur.

Tidak lama kemudian, para Demon yang menyerbu ke arah mereka seketika membeku. Menghentikan pergerakan mereka di tempat.

'[Spirit Whisper]?'

Ya, salah satu Kemampuan aneh yang ada di Dunia ini. Suatu kemampuan yang mirip seperti Magic jika di Dunia fantasi, tapi sangat berbeda. Sebab, hal ini jauh lebih sedikit penggunanya, mengingat hanya orang-orang beruntung saja yang dapat menggunakannya.

Mungkin, itulah kenapa bayaran untuk para Psikolog yang bekerja di Organisasi Pemburu Iblis itu mahal. Dikarenakan, kemampuan dari [Spirit Whisper] ini bisa terbilang sangat overpower,

Dengan hal ini, si pengguna dapat memerintah target miliknya, selama mental dari sang target itu lemah. Atau, lebih lemah dari pengguna, yang jika di buat lebih simpelnya lagi; Kemampuan ini mirip seperti Sihir Manipulasi atau sesuatu hal yang sejenis dengannya.

Meskipun ke distrik, mungkin karena sudah jadi naluri alaminya sekarang, Arthur dengan cepat menebas para Demon tersebut menggunakan Nodachi - sesuatu hal yang dirinya beli belum lama ini.

Tristan mungkin tidak pernah menggunakan jenis pedang seperti itu. Tapi, mungkin karena entah kenapa ingatan milik Arthur jadi agak terlalu kuat, dia bisa dengan mudah mengingat setiap teknik pedang menggunakan Katana dari setiap Anime, Film, dan Series yang memiliki pengguna Katana di dalamnya.

Dengan gerakan yang elegan, meskipun masih agak sedikit kaku, Arthur dengan mudahnya menebas para Demon tersebut dan dalam hitungan menit, mereka semua segera berubah jadi mayat.

Melihat pemandangan tersebut, pemilik rumah yang rupanya memang bersekongkol dengan Demon, sudah terlihat dengan jelas sih dari awal, mulai tampak panik. Dirinya sadar kalau perlawanannya itu sia-sia, jadi orang ini memutuskan opsi paling masuk akal pada situasinya yang sekarang.

Dengan begitu santainya, dia memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi Demon. Menumbuhkan sayapnya dengan cepat, dia terlihat mencoba untuk melarikan diri melalui jendela.

"Diamlah." Kafka yang melihatnya segera memerintah hal tersebut kepadanya, membekukan posisinya di udara, hanya menyisahkan matanya saja yang bisa bergerak.

Dari sana, siapa pun bisa melihat ketakutan yang begitu jelas di baliknya. Terutama, tepat setelah dirinya melihat Arthur menarik Katana miliknya dan...

*Slasshh*

Tubuh miliknya terbelah menjadi dua dengan begitu mudahnya, meninggalkan mayatnya terjatuh ke lantai begitu saja, bersama dengan sedikit hujan darah yang tercipta di sana.

Dari kelihatannya sih, sudah tidak ada lagi Demon yang berkeliaran di sana. Tapi, faktanya Arthur dengan sengaja meninggalkan satu Lesser Demon yang tampak lemah.

"Ambil ini." Arthur dengan santainya menyerahkan Flintlock Pistol Musket miliknya kepada Kafka, "Apa kamu ingat cara menggunakannya yang aku ajarkan kepadamu?"

"Aku ingat." Jawab Kafka.

"Bagus sekali. Sekarang, ada Lesser Demon yang bersembunyi di sana; pergilah dan urus dia."

"Oke."

Gadis mungil itu melangkah maju, mengamati Lesser Demon yang merangkak ke arahnya menggunakan kedua tangan dan kakinya. Hal yang selanjutnya terjadi sedikit disyukuri oleh Arthur.

"Berhenti."

Setelah memerintahkannya untuk berhenti dan melihat Lesser Demon tersebut membeku di tempatnya, Kafka segera mengarahkan moncoknya dengan sedikit gemetar, tapi mungkin karena tekad miliknya, tembakannya mengenai tepat ke kepala dari Lesser Demon tersebut dan membunuhnya secara instan.

'Untung aku menambahkan aturan ketiga.' Kalau saja tidak, dari pemikirannya yang sekarang, ada kemungkinan gadis ini akan terluka dengan sengaja di sana,

Beberapa saat kemudian...

Di pintu Vila, sirine bisa terdengar meraung.

Polisi yang datang mengamankan tempat kejadian, sekaligus membubarkan para penonton yang datang.

Arthur, yang kali ini menggantung jubahnya salah satu pundaknya, hal ini dilakukan supaya lencana peraknya bisa terlihat, anggap saja ada kejadian tidak menyenangkan tentang hal tersebut, dirinya terlihat sedang berbicara dengan Kepala Polisi.

"Terima kasih sekali lagi atas kerja kerasmu." Sang Kepala Polisi yang sudah mengenal baik Arthur, mengingat rekam jejaknya selama tiga tahun terakhir, melirik Kafka kecil di dekatnya dan bertanya; "Siapa dia?"

"Hmm?" Pada saat itulah, suatu ide bagus muncul di dalam kepalanya, jika saja pertanyaan semacam ini datang lagi di masa depan nanti; "Aku sedang melatihnya; dia memiliki bakat yang luar biasa dan kemungkinan bakal menjadi rekan timku di masa depan nanti."

"Oh, begitu. Senang mendengarnya."

Mungkin, karena sudah terlalu sering bertemu selama tiga tahun terakhir dan tau beberapa hal tentangnya. Terutama, mengenai fakta tentang sebetapa gilanya Arthur bagi orang normal di sana, di tambah dengan usianya yang masih sangat muda. Jadi, sang Kepala Polisi sedikit bersyukur mengenai fakta tersebut.

Meskipun, ada sedikit fakta yang mengganggunya seperti; usia dari gadis ini. Tapi, mengingat fakta yang ada di atas. Dia bisa menerimanya dengan mudah, sambil berpikir; sepertinya Dunia ini jadi semakin kacau.

Setelah menjelaskan beberapa hal mengenai situasi yang ada di sana, Arthur pamit undur diri dan pergi dari sana bersama dengan Kafka.

Pada saat Kepala Polisi memperhatikan sosok-sosok yang pergi - yang satu tinggi, yang satu pendek - dia dengan heran memperhatikan betapa harmonisnya mereka berjalan bersama.

...

Setelah menjalankan beberapa misi dengan Kafka, keterampilan bertarung gadis itu memang meningkat pesat. Tapi, hal ini tidak bisa disamakan dengan perkembangan emosionalnya dan kehidupan sehari-harinya yang normal.

Jangan tanya kenapa ada yang terakhir, mengingat betapa kacaunya hidup Arthur semenjak kematian dari seluruh keluarganya, menyebabkan dirinya bakal jadi contoh yang buruk kalau sedang membicarakan tentang kehidupan sehari-hari yang normal dan sehat.

Tidak butuh waktu lama bagi Arthur untuk menemukan jawaban yang di cari olehnya, Dimana, dia memutuskan untuk mencoba mengembangkan berbagai hobi padanya, berharap Kafka bisa menemukan jangkar emosional lain di antara salah satu hobi tersebut.

Bukan cuman itu saja, Arthur pun mengirimnya ke Pusat Kegiatan Anak-anak. Alias, Sekolah. Hanya saja, Kafka berakhir tidak memiliki satu pun teman; ini terjadi akibat sikapnya yang acuh tak acuh membuat orang lain jadi kurang nyaman.

Arthur tidak bisa berbicara banyak tentang hal tersebut. Mengingat, dirinya pun sama sekali tidak punya teman di sekolahnya dulu. Dan, satu-satunya teman yang dirinya punya pun malah mengkhianatinya.

Meski begitu, Arthur tetap menyuruhnya untuk pergi ke sekolah. Masih berharap bakal ada perubahan yang baik dari segi emosionalnya, yang tentu saja; malah berakhir dengan sebaliknya.

Arthur mendapat telepon keluhan dari Pihak Sekolah; hal ini berkaitan dengan Kafka, yang merasa Sekolah terlalu berisik, berakhir membungkam Guru yang mengajar itu selama penuh satu jam pelajaran dengan menggunakan Spirit Whisper miliknya.

'Huhh... Apa yang sekarang harus aku lakukan?'

✽✽✽✽✽✽✽✽✽✽

Promosi Tak Tahu Malu:

Jika Anda menyukai cerita nya hingga sejauh ini, pertimbangkan untuk mendukung saya!! Bantu saya di https://trakteer.id/aster_souji_pendragon!! Hanya dengan 5k saja, Anda sudah sangat membantu saya!!

Anda juga bisa memfollow akun Instagram saya di @panagakos_void!! Untuk mengetahui novel-novel baru yang mungkin akan saya buat!!

Catatan Penulis:

Yeyy!! Update kembali!!

Author beneran pengen buru-buru mengakhiri Volume satu ini, tapi...

Huhh... Sepertinya agak sulit.

Meski begitu, kalian bisa tenang saja. Author bakal coba mengakhirinya secepatnya. Dan, semoga aja gak sampai makan 20 bab hanya untuk Prolog semacam ini.

Semoga...

Ahem! Bagi kalian yang suka, bisa tinggalkan Stone kalian di sini, komen hal-hal yang perlu di tambahkan dan di perbaiki (Ini sangat diperlukan Author, jadi kalo bisa, tolong lakukanlah), dan share hal ini ke teman-teman kalian, supaya kalian ada obrolan dengan mereka dan tidak lost connetion seperti author kalo lagi ngobrol sama temen" author wkwkwkwk

Itu saja sih yang ingin author sampaikan, kalau begitu, sampai jumpa lagi nanti!

Adios!


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C7
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión