Ya, agaknya Nathan mulai menikmati peran sebagai seorang pria pemuas nafsu. Dengan kepergian Max yang jelas saja menghentikan sentuhan sensual, membuatnya seperti di serang kegilaan hingga melakukan hal yang sama sekali bukan gayanya, memuaskan diri sendiri.
Sempat malu untuk mengingat peringatannya sendiri, bahkan masih belum lewat setengah masa dari ketentuannya sudah membuat Nathan tak karuan.
Hanya merindukan sentuhan intim dari sang dominan. Merindukan bagaimana reaksi tubuhnya saat mencapai kepuasan. Rindu jamahan tangan dan juga perlakuan kasar, suara desah bersahutan dengan bunyi benturan keras dari tubuh keduanya. Pakaian yang berserakan di lantai, ranjang mereka yang lantas berantakan karena gerak yang saling berbalas atraktif. Melewati kesempatan menyatu tanpa adanya batas. Bersama-sama menguras muatan, dan memenuhi ruangan dengan aroma gairah.
Hanya dengan membayangkannya saja, sudah membuat Nathan tenggelam pada momen percintaannya yang panas.