Kinanti mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai kamar Andi. Ia meringis keperihan. Beberapa saat ia termangu setelah menggapai seragam sekolahnya itu.
Peristiwa yang terjadi di luar kendali.
Pulang sekolah, ia dijemput cowok yang telah menjadi kekasihnya selama satu bulan belakangan. Pemuda yang tidak satu sekolah dengannya, namun mereka seumuran. Kinanti mengenal cowok ganteng itu lewat media sosial, kemudian saling berkomunikasi, bertukar nomor telepon, sering chattingan, hingga video call. Semua terjadi begitu saja.
Perasaan cinta pun akhirnya memenuhi relung kalbu. Andi, yang meskipun masih berseragam putih abu-abu, namun ia begitu mahir menyanjung Kinanti. Gadis jelita itu pun terketuk rasa yang tak biasa. Setelah masa penjajakan tak cukup satu bulan, lalu Andi menyatakan rasa. Mereka resmi jadian, menjadi sepasang kekasih yang benar-benar di mabuk asmara.
Andi tak cuma piawai memikat hati Kinan. Baru saja jadian, lalu dikenalkan pada orangtua, ia langsung disambut hangat. Respon Mama dan papa Kinan positif. Mereka bahkan selalu diberi ruang untuk berdua. Seolah menyediakan tempat untuk saling berbagi hasrat. Jiwa muda yang penuh gejolak pun meronta kenikmatan, kala Andi mengecup lembut bibir Kinan, yang tak bisa menahan hingga mereka pun saling melumat satu sama lain.
Hari-hari pun berlalu. Andi bahkan memberikan rasa lain melebihi sekedar ciuman. Kinan, yang selalu menyambut dengan hasrat membara, tak mampu menyembunyikan keinginan untuk disentuh lebih dalam. Jari-jemari Andi dengan lihai mengerayangi kulit dibalik bajunya. Meremas gundukan kenyal dadanya, menyusuri bagian dalam rok lalu memberikan sensasi yang membuat Kinan melayang ke angkasa.
Kinan, kehilangan harga diri.
Tubuh toplesnya sudah terekam jelas dalam ingatan Andi.
Dan anehnya, Kinan merasa seolah selalu membutuhkan sentuhan itu.
"Kita ke rumahku ya."
Andi melajukan sepeda motor sport merah kencang, membelah jalanan kota yang cukup padat di siang itu, saat dimana kehormatan akhirnya benar-benar terampas.
Kinan mengangguk saja, dan memeluk Andi erat.
Sepasang kekasih itu pun akhirnya sampai tujuan.
***
***
Rumah Andi memang selalu sepi. Tak ada orang lain di sana. Orangtuanya sibuk dengan aktifitas masing-masing.
"Yuk."
Andi menarik tangan Kinan, dan langsung menuju ke dalam kamar.
Kinan sudah cukup dibawa ke sana. Di sanalah segala yang membuatnya mencandu terjadi.
"Aku ambil minum dulu, ya."
Andi keluar dan mengambilkan segelas air minum seperti biasa.
Ia pun kembali, memberikan pada Kinan, kemudian gadis itu meminumnya.
Andi memperhatikan kekasihnya lekat, membuat gadis dihadapannya gelisah. Kemudian pemuda itu duduk di sebelah Kinan, di atas tempat tidur. Lalu, meraih dagu runcing gadis manis itu. Perlahan, mendekatkan wajah ke wajah Kinan. Begitulah, semua terjadi di bawah kendali hawa nafsu.
"Kali ini, aku mau kamu."
Andi berbisik pelan di telinga Kinan yang sudah tak lagi berbusana, berbaring di atas tempat tidur.
Kinan seolah tak peduli dengan apa yang barusan dikatakan Andi.
"Aku milikmu," jawabnya dengan nafas tak beraturan, sambil kedua tangannya menggapai jemari Andi dan mengarahkan pada bagian yang ia inginkan.
Andi tersenyum dan mencium bibir Kinan, sembari membuka pakaian dalam yang masih ia kenakan.
"Tahan ya."
Kinan menurut.
"Aku mau kita benar-benar menyatu."
Kinan memekik keperihan. Andi pun dengan sigap menutup mulut Kinan dengan tangannya.
"Sebentar lagi, ini tidak akan sakit."
Andi membuat Kinan berurai air mata, namun semakin lama, mereka akhirnya mampu mengendalikan permainan satu sama lain.
***
***
Kinan mengambil tisu dan mengelap sisa darah di bagian vitalnya. Kemudian perlahan memasang kembali seragamnya.
Andi masih tergolek dalam lelap, tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Gadis itu terus memperhatikan kekasihnya.
Tanpa sadar, airmata kembali menitik. Seolah merasa berdosa atas perbuatan yang baru saja mereka lakukan.
Andi terbangun.
"Hei, kenapa Ke?"
Ia meraih Kinanti yang ia panggil dengan sebutan 'Ke' ke dalam dekapan.
"Aku takut."
Kinanti terisak.
"Takut apa?"
"Apa aku akan hamil?"
Andi tertawa.
"Aku ngeluarinnya di luar Ke. Kamu nggak bakalan hamil."
Kinanti menatap Andi dengan mata yang basah. "Kalau dosa?"
Andi terdiam sejenak. Lalu kembali memeluk Kinan.
"Kita memang berdosa, tapi kita nanti bisa bertobat."
Dan Kinanti pun seolah menjadi gadis bodoh yang menyetujui saja ucapan pemuda yang barusan merenggut kegadisannya.
"Masih sakit?"
Kinan mengangguk.
"Nanti juga hilang. Makasih ya sayang."
Andi pun tersenyum dan kembali mencium Kinan. Beberapa saat mereka kembali hanyut dalam hasrat membara, hingga Kinan tersadar dan mendorong Andi.
"Sudah. Antarkan aku pulang."
***
***
Kejadian lima tahun lalu itu, masih menyisakan rasa yang tak biasa bagi Kinanti. Selama lima bulan menjalin kasih dengan Andi, mereka sangat sering menghabiskan waktu dengan melakukan hubungan terlarang. Hingga perpisahan pun terjadi. Kinanti memutuskan hubungan dan pergi menjauh dari Andi.
Mereka lalu menjalani hidup masing-masing sampai tahun pun berganti.
Kinanti selalu merasa terdesak oleh keinginan untuk mencapai rasa seperti yang pernah diberikan Andi. Ia bahkan sering melakukannya sendiri. Saat rasa itu menemui puncaknya, seketika Kinan pun kembali merasa berdosa. Namun, keinginan tersebut selalu saja datang menyerang.
Kinanti merasa ia tak normal.
Apakah ia mengidap kelainan? Hyper sex kah?
Kinanti mencari tahu jawabannya di internet. Dan tak pelak, ia pun tersandar. Ternyata, ia memang mengalami kelainan pada dorongan seksualitasnya. Tapi, saat itu, ia tak ingin memeriksakan diri ke Psikiater. Kinan memilih untuk memendam penyakitnya sendiri.
Waktu pun terus bergulir.
Saat kuliah, Kinan banyak menjalin hubungan dengan lelaki. Semuanya selalu berujung di ranjang. Kinan sudah seperti gadis binal saja, yang mengedepankan nafsu tanpa mampu menahan.
Dan sudah entah berapa pria yang berhasil menikmati tubuh indahnya.
Kinanti tumbuh menjadi gadis yang benar-benar cantik, kian hari semakin mengikuti saja alur hidupnya. Karena, ia merasa dosa yang ia lakukan, tak berpengaruh pada masa depannya yang cerah.
Ia kini menjadi salah satu teller tercantik di Bank Kring. Karirnya selama satu tahun belakangan, terbilang cukup mulus. Ia menjadi salah satu kesayangan para Direksi. Simpanan kah?
Banyak yang iri dengan apa yang ada pada Kinan.
Banyak pula yang ingin menjatuhkan dan mencari tahu keburukan yang ia miliki.
Namun, tak ada hasil.
Kinanti, bahkan sering menerima kucuran deras suntikan dana dari para pejabat di Bank tempat ia bekerja.
Sudah menjadi rahasia umum, namun, kebanyakan semua dipaksa bungkam, jika tak ingin karirnya berakhir. Belum ditemukan bukti yang membenarkan.
Hingga saat ini pun, Kinanti masih dengan bebas menari-nari dalam pelukan para Bos Bank Kring.
***
***
Hallo...
Annyeong haseyo...
Gimana untuk prolognya para pembaca semua? Sekiranya ada masukan, alangkah senangnya hati author menerima, sebagai saran yang baik agar tulisan author lebih indah lagi ke depannya...
Gomawo...
Gomapta...
Gomapseumnida...
Kamsahamnida...
Thank you...
Terima kasih...