Descargar la aplicación
15.78% Hanya Hujan / Chapter 3: Hhhmm..

Capítulo 3: Hhhmm..

Melihat mangkuk bakso yang sudah habis, hanya menyisakan kuahnya saja. Aku menyenderkan badan ku dan merebah usai menghabiskannya, rasa kenyang dan ngantuk yang muncul secara bersamaan membuat ku ingin tertidur di bangku panjang ini, Akhhh.. suara sendawa yang keluar tanpa sengaja, membuat ku sedikit malu saat menyadari ada orang di samping mejaku yang hanya berjarak dua langkah dari ku.

Aku menutup mulut ku dengan sigap dan sedikit melirik ke arah mereka, sepertinya.. mereka mendengarnya dengan reaksi sedikit terkejut. Aku bangun dari posisi sandaran ku dan mengambil ponsel di depan ku, membuka kunci yang tersegel dengan pola, aku membuat garis dengan jari ku membentuk huruf L besar, dan dengan cepatnya melihat pesan dari Saki, tapi.. belum di balas juga.

Huhh.. Sontak yang membuat ku frustasi dan sedikit cemas saat memikirkannya, di tinggal sendirian di sekolah hingga hari hampir gelap merupakan momen pertama ku, jadi.. rasa risih dan gelisah pasti muncul menemani sepinya perasaan ini. Huhh.. ku harap Saki mengerti dengan perasaan ku saat ini. Ujar ku sambil menyeka rasa cemas ku dengan meminum teh hangat ku, sesekali aku Memejamkan mata sesaat rasa cemas memenuhi pikiran ku ini.

Aku melihat mereka yang terbangun dari masing masing tempat duduknya dan bergegas keluar dari meja mereka, Aku mendengarkan sedikit obrolan yang terlintas dari ucapan mereka, Ia mengatakan jika sekolah akan ditutup untuk siapa pun yang tidak memiliki kepentingan di sini, jadi.. apakah aku juga akan di usir dan di paksa untuk pulang saat penjaga sekolah ini melihat ku sendirian di kantin.

Huhh.. gimana ini, keluh ku sesaat memikirkan Saki yang belum membalas pesan ku, aku mencoba mengetikkan sebuah pesan lagi untuknya. " Saki.. kamu lagi di mana? " Tanya ku pada Saki melalui pesan SMS yang ku kirimkan untuknya, pesan pun terkirim dengan tanda ceklis yang muncul di samping pesan.

Aku menaruh ponsel ku dengan keadaan menyala pada layar utama, dan mengambil teh hangat ku yang sekarang sudah tersisa setengah gelas, aku meminumnya hingga habis, sekarang badan ku terasa sedikit hangat.

Rasa frustasi dan kesal yang muncul secara bersamaan saat melihat hari sudah mulai gelap, aku menengok ke arah layar ponsel ku yang sudah menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit, di tambah.. hujan deras yang masih mengguyur di luar belum juga reda sedikit pun. Huhh.. angin yang mulai berhembus ke arah ku membuat seluruh badan ku bergetar dengan sontaknya, sepertinya.. angin dari luar sana juga sudah bertambah dingin, aku hanya bisa memeluk diri ku sendiri sesaat angin kencang menghampiri ku.

Aku mengambil tas ku yang tergeletak di samping ku, membuka sleting bagian besar, dan mengambil tas plastik kecil yang berisikan sweater merah dengan lengan berwarna putih, aku berdiri dan melepas jaket oblong ku, setelah usai melepasnya.. aku mengambil sweater merah putih ku dari tas plastik dan merentangkannya, dengan cepat aku memakainya dengan sleting bagian tengah yang ku biarkan terbuka, dan memasukkan jaket oblong ku ke dalam plastik sebagai gantinya.

Ya.. setidaknya dengan begini aku bisa merasakan kehangatan di balik dinginnya hujan, sungguh aku khawatir jika besok tidak bisa masuk sekolah dikarenakan sakit flu dan batuk, melihat hujan yang semakin deras membuat ku bingung jika petugas sekolah ini mengusir ku untuk pulang.

Hahh.. andai saja ada payung yang seketika berada tepat di depan ku, atau.. Fujito yang seketika mengantarkan ku pulang dengan mobil mewahnya. Sungguh bodoh bukan khayalan ku ini, pastinya hal itu tidak akan terjadi, Tuhan tidak akan memberikan sesuatu dengan instan begitu saja. Harusnya aku berpikir untuk mencari jalan keluar yang pasti, semoga Saki kembali dari pelatihannya dan menemuiku di sini, karena hanya itu harapan ku satu satunya.

Seketika ocehan hati ini terhenti saat mendengar suara langkah, aku menoleh ke arah Maki yang sedang berjalan ke arah ku, pastinya Ia ingin membereskan sisa sisa minuman dari siswi itu, Ia berjalan menghampiri ku yang sedang menunduk meratapi kesendirian, aku melihat sepatu kulit hitamnya yang pekat tepat di bawah ku, yang membuat ku seketika mendengak untuk menoleh ke arah wajahnya, Ia tersenyum ke arah ku sambil menyodorkan sesuatu.

" Mugi.. ini untuk mu " Ujarnya sambil menyodorkan sebuah teh hangat yang baru di seduh olehnya, Ia menaruhnya di atas meja, tepat di hadapan ku. " Hahh.. apa ini, kan aku gak mesen.. " Ucap ku yang sedikit terbata karena menggigil, aku menunjukkan raut wajah yang sedang kebingungan dan penasaran.

" Tidak apa.. ini gratis kok " Ujarnya yang seketika membuat katup mata ku sedikit melebar ke arahnya0\0a0, aku benar benar tidak percaya sekaligus memang mau minta tapi gak punya uang. " hehh.. kenapa? " Seketika membuat ku penasaran dengan niat baiknya, bola matanya yang kosong membuat ku sulit menebak hasrat yang sedang Ia pendam.

" Sudah.. tidak perlu di pikir kan, minum lah.. sebelum nanti dingin " Ujarnya sambil memandangi wajah ku yang masih melongo ke arahnya, Iya sesekali tertawa kecil saat melihat ku menatapinya dengan wajah seperti ini, mungkin kah aku terlihat konyol di hadapannya.

" Iyah.. " dengan cepatnya aku memegang gagang gelas berisi teh hangat itu dan meminumnya sedikit, huhh.. ku rasa sekarang sudah cukup hangat, aku memegangi sisi gelas itu dengan kedua tangan ku seraya menghangatkan kedua telapak tangan ku yang mulai dingin.

Maki berjalan membelakangi ku ke arah meja siswi itu yang sekarang berisikan gelas plastik kosong di atas mejanya, Ia mengambil semua gelas itu dan menaruhnya di atas nampan kosongnya, dengan sigapnya Ia merapihkan semua itu dan mengelap bersih bagian permukaan meja putih itu.

Ia pergi kembali menuju tempatnya, namun.. sesaat Ia mengambil dua langkah aku memanggilnya.

" Maki.. " Aku menghentikan langkah Maki yang membawa nampan yang berisikan gelas plastik sisa dari sisiwi itu, Ia menoleh ke arah ku dengan sigapnya. " Hhmm.. ada apa? " dengan wajah lesuhnya Ia menatap ku begitu penasaran, matanya yang selalu terlihat serius menatap ku begitu tajam.

" Aku mau nanya.. apa benar siswi yang tidak memiliki kepentingan di sekolah ini, maka.. dia akan di usir " Ucap ku dengan sedikit lesuh, sesaat reaksi Maki terhadap pertanyaan ku berubah menjadi candaan semata. Ia tertawa sambil menutup matanya karena tak bisa menahan hal itu, gelak tawa yang seketika membuat ku bingung dengan tanggapan yang sedang di pikirkannya.

" Hahaha.. memangnya kenapa? " Tanyanya seketika tertawa lepas ke arah ku sembari memegangi nampannya, sekarang matanya sedikit berkaca kaca karena pertanyaan konyol itu.

" Ya.. kalau benar berarti.. aku akan pulang sendirian " Ujarku sambil menunduk dengan tatapan sedikit sedih, aku memandang ke arah lantai dengan hilang arah, merasa jika hari ini adalah hari buruk ku.

" Tenang lah.. kalau memang itu terjadi, biar aku yang akan antar kamu pulang " Ujarnya yang seketika merubah raut wajah sedih ku menjadi bahagia, aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum lebar dengan perasaan tak percaya.

" Benar kah? " Ucap ku dengan gembiranya, seketika mengubah suasana sedih ku menjadi ceria, Ia hanya membalas dengan anggukannya yang kemudian berbalik badan, Ia berjalan kembali menuju dagangannya, ku rasa.. aku harus memberitahu Saki tentang ini.

Aku mengambil ponsel ku dan mengetikkan sebuah pesan untuknya, " Saki.. kalau kamu belum pulang, aku akan pulang duluan bersama Maki " Pesan pun terkirim padanya, tapi.. sepertinya Saki sedang sibuk mengikuti pelatihannya, jadi.. kurasa aku akan pulang duluan saja dengan Maki, tapi.. aku harus tetap menunggu Saki dari pelatihannya selama Maki bersiap siap.

Aku mengambil teh hangat ku dan meminumnya hingga tersisa setengah gelas, Huhh.. rasanya sekarang cukup nyaman dan tenang, karena aku tidak perlu khawatir lagi dengan masalah ku untuk pulang. Untungnya ada Maki yang baik dengan relawannya mengantarkan ku pulang, kalau tidak.. aku tidak tahu apa yang akan terjadi.

Aku mengambil headset dari dalam ransel kecil ku dan memasangnya pada ponsel ku, aku hanya memakaikannya pada telinga kiri ku saja dan menyetel sebuah lagu dengan tingkatan volume lima bar dari delapan bar, mendengarkan sebuah lagu bergenrekan rock, membuat ku nyaman di saat sedang sendiri di dalam kamar maupun saat sedang lari di pagi hari atau sore hari, terkadang aku lebih memilih mendengarkan musik pop ketika sedang menunggu antrian maupun teman, dan kalau itu mengharuskan menunggu cukup lama aku akan menyempatkannya dengan membaca buku.

Aku mulai medengarkan sebuah lagu sambil menghentak hentakan kaki ku ke lantai, dan tangan ku terkadang bergerak mengikuti alunan musik itu, aku memukul mukul ke suatu arah di udara seperti seorang drummer handal, musiknya yang begitu keras membuatku tak sadar dengan tingkah ku, aku suka dengan sebuah musik yang dapat membangkitkan jiwa dan bersemangat.

Melihat ku bertingkah seperti seorang drummer sejati, Maki dari kejauhan memandangi ku sambil senyum senyum dan sesekali Ia tertawa melihat tingkah konyol ku. Sesaat aku menyadarinya.. aku menoleh ke arahnya dengan tatapan yang sedikit berbeda, entah kenapa.. apakah ini adalah.. awal dari jatuh cinta.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C3
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión