Descargar la aplicación
2.39% Guruku Cinta Pertamaku / Chapter 9: Saling Suka Saling Diam

Capítulo 9: Saling Suka Saling Diam

Happy Reading

Felicia baru saja keluar dari kamarnya menuju meja makan. Sampai di sana sang ibu sudah menunggunya, sebuah senyuman hangat terlukis jelas di wajah Amelia saat melihat anak gadisnya sangat bersemangat. Felicia pun membalas senyuman itu dengan sebuah kecupan lembut di pipi ibunya. "Selamat pagi, Ma. Mulai hari ini Felicia berangkat bersama Mama. Nanti Mama turunkan aku di persimpangan dekat sekolah, aku akan berjalan kaki untuk masuk ke halaman sekolah," sapa Felicia dengan panjang lebar. Anak itu hanya tak ingin jika teman-teman sekolahnya mengetahui jadi dirinya.

"Pagi, Sayang. Duduklah. Nikmati sarapanmu ... setelah itu, Mama akan mengantarmu ke sekolah," sahut Amelia dengan senyuman hangat pada anak gadisnya. Wanita itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengambil barang-barang yang akan dibawanya ke kampus. Setelah itu Amelia kembali ke meja makan untuk menemani anak kesayangannya itu untuk menghabiskan makanannya.

"Mama tidak makan?" tanya Felicia sambil memandangi wajah cantik ibunya.

"Tadi pagi Mama sudah makan bersama papamu sebelum berangkat ke rumah sakit," jawab Amelia sambil menuangkan air putih ke dalam gelas anaknya. Wanita itu sangat memanjakan anak gadisnya itu. Bahkan Amelia terkadang memperlakukan Felicia seperti seorang anak kecil yang masih harus dimanjakan.

Tak berapa lama, Felicia menyelesaikan sarapannya, gadis itu langsung menuju halaman rumahnya lalu masuk ke dalam mobil Amelia. Beberapa saat kemudian, sang ibu juga ikut masuk ke mobil lalu berangkat menuju sekolah anaknya. Di dalam perjalanan mereka berdua mengobrol cukup akrab. Layaknya seorang ibu dan seorang anak yang saling mencintai satu sama lain. "Mama turunkan depan gerbang sekolah saja ya ... " ucap Amelia pada anaknya.

"Jangan, Ma. Di persimpangan aja, biar nanti Felicia jalan kaki aja. Sekalian berolahraga," kilahnya sambil senyum-senyum tidak jelas.

Amelia hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil terus fokus menyetir mobilnya. Dia tak habis pikir jika anak kesayangannya bisa memiliki keputusan seperti itu. "Apa Mama harus menjual mobil yang diberikan oleh Papa sebagai hadiah ulang tahunmu tahun lalu?" tanyanya sambil melirik sang anak.

"Jangan, Ma. Itu mobil pertama Feli sebagai hadiah sweet seventeen dari Papa. Sesekali Feli akan membawanya jalan-jalan keliling kota, itupun kalau Feli sudah hapal jalanan kota ini," jawab Felicia dengan panjang lebar. Dia tak mungkin rela jika mobil pertama miliknya harus dijual sia-sia.

Sampai di persimpangan dekat sekolah, Amelia menghentikan mobilnya lalu memandangi wajah anak gadis kesayangannya. "Beneran mau turun di sini?" tanyanya lagi pada anaknya.

"Iya, Ma. Felicia pamit." Sebuah kecupan singkat mendarat di pipi wanita yang tersenyum hangat padanya. Gadis itu keluar dari mobil dan berdiri di trotoar sambil melambaikan tangan ketika mobil ibunya berlalu dari hadapannya. Dengan perlahan namun pasti, Felicia melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah barunya. Tiba-tiba saja sebuah mobil yang terlihat cukup mewah membunyikan klakson ketika melewati dirinya. "Siapa yang menaiki mobil itu?" gumamnya sambil terus berjalan menuju ke gedung sekolah. Gadis itu memasuki ruang kelas yang terlihat masih sepi, baru ada dua orang murid lainnya yang sudah datang.

Baru beberapa detik duduk di kursinya, ponsel miliknya terasa bergetar. Terlihat sebuah nomor asing sedang menghubunginya, dia pun menjawab panggilan itu. "Selamat pagi. Ada perlu apa menghubungi saya?" sapanya pada seseorang di dalam telepon. "Maaf, Pak James. Saya tidak tahu jika ini nomor Anda." Felicia terlihat sedikit terkejut dengan seseorang yang sedang menghubunginya. "Baiklah, Pak. Saya akan memberitahukan Maya dan segera ke laboratorium," jawab Felicia sebelum akhirnya panggilan itu berakhir. Gadis itu terlihat sedang mengirimkan pesan pada seseorang lalu berjalan menuju laboratorium.

Beberapa saat kemudian, gadis itu sudah berada di depan laboratorium. Dengan sedikit ragu dan juga perasaan takut, Felicia masuk ke dalam sebuah ruangan yang terlihat sangat sepi itu. "Pak James ... " panggilnya dengan suara lirih. "Pak .... " Felicia kembali memanggil wali kelasnya itu. Namun tiba-tiba saja, seseorang menepuk gadis itu dari belakang. "Ahhhhhhh .... " Gadis itu menjerit cukup keras karena terlalu terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba saja berada di belakangnya. Secara spontan dia membalikkan badannya hingga menabrak sosok tinggi di belakangnya. Tanpa sadar Felicia memeluk orang di belakangnya.

"Apa kamu baik-baik saja? Maaf aku sudah mengejutkanmu." Sebuah suara yang terdengar sangat familiar membuat Felicia langsung menengadahkan kepalanya.

"Maaf, Pak James .... " Gadis itu menjadi sangat malu karena telah memeluk wali kelasnya itu. "Saya tidak bermaksud untuk tidak sopan kepada Anda," sesal Felicia dengan tatapan yang penuh rasa bersalah. Dalam hatinya dia sangat malu telah memeluk guru biologinya. Namun di sisi lain ada seberkas rasa bahagia yang hadir dan singgah di hatinya. Dia tak menyangka jika kedekatannya dengan James benar-benar bisa membuatnya merasa sangat senang.

Lelaki itu tersenyum hangat pada gadis di depannya. Entah itu sengaja atau tidak, James justru membelai lembut kepala Felicia dengan penuh perasaan. "Aku yang bersalah telah mengejutkanmu," ucap lelaki itu dengan bahasa tidak formal. Kedua pasang mata itu saling berpandangan, melemparkan sebuah tatapan yang penuh dengan artian. Sebuah getaran hebat menjalar begitu cepat menguasai hati dan juga jiwa pasangan yang terpanggil untuk saling mencintai itu. Tubuh mereka terpaku, saling menatap begitu dalam. Memasuki alam bawah sadar masing-masing, kedua anak manusia itu tenggelam dalam sebuah gelora jiwa yang telah terpercik tanpa mereka sadari.

"Maaf, saya terlambat." Tiba-tiba saja Maya datang dan menghancurkan momen mendebarkan dan membekukan dua hati yang menyimpan rasa itu.

Dengan cepat, Felicia menjauhkan dirinya dari sang wali kelas. Dia langsung memalingkan wajahnya membelakangi lelaki yang berhasil mendebarkan hatinya itu. "Kenapa baru datang?" kesalnya pada Maya yang masih terlihat bingung melihat kecanggungan di antara sahabatnya dan juga wali kelasnya itu.

"Aku langsung datang saat menerima pesanmu." Maya kembali memandangi mereka berdua secara bergantian. Dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi di antara mereka sebelum dirinya datang ke ruang laboratorium. "Apa kalian berdua falling in love?" tanyanya dengan wajah bingung.

"Tidak!" Felicia dan James menjawab dengan kompak dan bersamaan. Kedua orang itu langsung menatap tajam Maya yang masih memandangi mereka berdua dengan sangat bingung.

James langsung menjauhkan diri dari kedua gadis itu. Dia tak ingin jika mereka berdua menyadari perasaannya pada Felicia. "Kalian berdua siapkan bahan praktek hari ini! Daftarnya ada di atas meja," ucap guru biologi itu tanpa memandang kedua gadis yang akan menjadi asistennya selama sebulan ke depan.

Kedua gadis itu langsung menyiapkan semua bahan seperti yang dikatakan katakan oleh James kepada mereka berdua. Sedangkan James hanya bisa melirik Felicia secara diam-diam. Dia curiga jika Maya sudah mengetahui tentang perasaannya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C9
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión