Di sinilah James berada di sebuah Rumah yang sudah lama tidak ia pijaki setelah sekian lama dirinya memilih untuk pergi dari tempat ini. Dengan langkah beratnya laki-laki itu terus berjalan mendekati pintu utama hingga di mana melihat seseorang yang sedang memandang kearahnya dengan tatapan tidak percayanya.
Ia melihat dengan jelas sosok seorang wanita yang begitu disayangin itu sedang memandangnya dengan satu tangan yang menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca, sedangkan dirinya yang mengetahui hal tersebut langsung menundukkan kepalanya dengan perasaan sesaknya yang ditahan sedari lama.
James sempat menghentikan langkahnya ketika menyadari bahwa ternyata harus bertemu terlebih dahulu dengan wanita itu yang merupakan kelemahan terbesar di dalam hidupnya.
"James," gumam wanita itu. "Itu beneran kamu, Sayang?"
Suasana mendadak hening dengan James yang sebenarnya masih belum siap untuk bertemu dengan wanita itu saat ini. Namun, sudah terlanjur baginya untuk menghindari Laura karena itu laki-laki tersebut memutuskan untuk menghampirinya saja saat ini.
"Ma," ujarnya yang kini sudah berada dihadapan wanita tersebut. "James pulang bukan karena pengen, tapi di suruh sama Yas."
"Hm ... oke, tapi kenapa kamu nurut?" tanyanya dengan kedua alis yang terangkat. "Kamu mau nginep di sini, 'kan?"
James yang mendengarnya pun langsung menyunggingkan senyumannya, lalu menghela nafas sebelum akhirnya kembali berkata, "Aku nurut karena dia juga pulang ke Rumahnya, iya nginep di sini."
Mendengar hal itu Laura langsung terkekeh lalu menarik pergelangan tangan dari putranya itu agar memasuki Rumahnya terlebih dahulu.
"Ma, Papa ada di Rumah?" tanya James. "Kalau ada, lebih baik aku gak nginep aja ya?"
"Lho, kok gitu? Kasihan Yas dong kalau kamu bohong sama dia," ujar Laura. "Papa ada di dalam, tapi nanti juga berangkat lagi."
"Tapi 'kan," ujar James menggantung. "Ya udah deh."
Setelah itu merek berdua pun langsung memasuki Rumah dengan kedua tangan yang saling berpegangan satu sama lain.
Bertepatan dengan itu suara dari seseorang yang begitu dikenalinya tersebut membuat mereka langsung saling menatap satu sama lain. Laura tersenyum, sedangkan James, laki-laki itu sangat khawatir dengan keberadaan dirinya jika seandainya di Papanya tahu kehadirannya saat ini.
"Ma, kamu simpen handphone Papa tadi di man---?" ujarnya yang langsung mematung setelah melihat seseorang yang begitu dikenalinya itu sedang berdiri bersama dengan wanitanya. "Ma, ngapain dia ke sini?"
Mendengarnya saja sudah mampu membuat James enggan untuk datang ke Rumah karena melihat seseorang yang begitu sangat ingin dihindarinya saat ini sedang memandangnya dengan datar.
"Ma, aku gak jadi nginep deh ya," ujarnya kepada Laura. "James ke sini cuma mau jenguk Mama doang kok."
"Lho, gak bisa gitu dong sayang. Kamu 'kan udah bilang tadi mau nginep," ujar Laura. "Kamu nginep di sini aja ya?"
Sementara pria itu yang mendengar dan melihat semuanya langsung memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, kemudian menghela nafas sebelum akhirnya berkata.
"Nginep aja," ujar Ronald. "Papa gak bakal pulang malam ini."
Laura dan James yang sedari tadi saling menatap satu sama lain pun langsung menoleh ketika mendengar suara dari pria itu yang baru saja mengatakan sesuatu yang membuat keduanya langsung menoleh.
"Iya Pa," ujar James. "James bakal nemenin Mama di sini."
Laki-laki itu terpaksa menurutinya karena Laura yang terus saja memandangnya dengan memohon, sementara ia yang melihatnya benar-benar merasa tidak tega meskipun sebenarnya dirinya enggan berpapasan dengan pria dihadapannya saat ini.
"Makasih sayang," ujar Laura dengan bahagianya, kemudian menoleh menatap suaminya yang masih berdiri dihapadannya dengan kedua mata yang tidak pernah lepas dari putranya sendiri. "Kamu cari kacamata, 'kan?"
Ronald yang mendengarnya pun langsung menoleh dan berkata, "Iya, kamu simpan di mana kacamata nya?" tanyanya.
"Di kamar," jawab Laura. "Kamu 'kan tadi habis dari kamar masa gak lihat sih?"
"Hah?" ujar pria itu terkejut. "Masa sih?"
Setelah itu pria tersebut langsung meninggalkan mereka berdua dengan James yang memandang aneh dengan sikap Papanya sendiri.
"Ayo, Mama antar ke kamar kamu."
James yang mendengarnya pun langsung menoleh dan menganggukkan kepalanya dengan senyumannya.
"Iya Ma," ujarnya kepada wanita disampingnya itu.
Di sinilah James berada, kamar lamanya yang begitu nyaman karena tidak pernah ditempati membuat laki-laki itu langsung menghela nafasnya seketika.
Entah kenapa tiba-tiba ingatannya tertuju kepada apa yang sudah terjadi di kampus beberapa hari ini yang membuat James mengusap wajahnya frustasi.
"Gue bener-bener gak ngerti," gumamnya. "Kenapa gue ngerasa kalau gak tega ya?"
'James, lo gak beneran punya perasaan 'kan sama cewek itu?'
Ia langsung menghela nafas ketika perkataan dari Yashelino tiba-tiba teringat, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menjauhkannya kembali.
"Huh, masa sih gue suka sama cewek culun itu?" tanyanya. "Gue 'kan niatnya juga cuma buat main-main, gimana bisa gue punya perasaan sama dia kalau mainan gue yang belum sempet di coba itu udah dipinjem duluan sama lo?!"
Tersadar bahwa James mendadak emosi membuat laki-laki itu langsung berdecak kesal.
"Lho, kok gue malah marah sih?" gumamnya. "Harusnya gue biasa aja, 'kan?"
"Kok gue kesel banget ya?" lanjutnya lagi.
Ketika sedang berpikir apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya membuat James langsung menolehkan kepala menatap ponselnya yang baru saja menyala karena munculnya sebuah notifikasi yang masuk.
"Yas?" gumamnya sembari mengerutkan keningnya. "Kenapa lagi dia?"
Lalu, laki-laki itu langsung mengambil ponsel untuk mengeceknya apa isi dari pesan chat yang baru saja dikirimkan oleh saudaranya tersebut.
Yashelino : Lo beneran balik kan?
Ia langsung tersenyum smirk setelah membaca isi pesannya, kemudian dirinya dengan cepat membalas.
James : Gue bohong
Diluar dugaan ternyata Yashelino benar-benar membalas pesan chatnya kembali dengan cepat membuat James menghela nafasnya.
"Gue sebenernya males sama lo," ujar James. "Sialan, tapi gue gak bisa marah sama lo karena selama ini lo udah bantuin gue."
Yashelino : HAHA gue tahu lo lagi bohong. Gimana lo ketemu om Ronald?
Mengetahui hal tersebut James juga kesal terhadap saudaranya itu karena laki-laki tersebut yang menyuruhnya untuk pulang menjadikannya harus bertemu dengan orang yang begitu sangat ingin dihindarinya itu.
"Dan gara-gara lo juga gue harus ketemu sama Papa gue."
James : Biasa aja
James : Udah lah, gue mau tidur ngantuk
Setelah itu ia menyimpan ponselnya disamping kepala, sedangkan dirinya berusaha untuk memejamkan kedua matanya.
James membiarkan saudaranya itu yang kembali mengirim pesan chat, tetapi laki-laki itu abaikan karena perasaannya yang sedang buruk saat ini.
Sementara itu di sisi lain saat ini Yashelino sedang tersenyum ketika menyadari betapa James yang berusaha untuk selalu menghindar dari dirinya sehingga membuat ia yang mengetahui hal tersebut langsung terkekeh.
"Segitunya lo marah sama gue cuma karena cewek itu?" gumamnya. "Kenapa lo gak ngaku aja kalau sebenernya lo suka sama cewek gue?"