Kori memakan habis onigiri isi tuna mayonya sebelum kemudian meneruskan perkataannya sambil membuat layer baru dan mulai menggambar sesuatu dengan tangan kirinya di tabletnya .
"Tadi aku ngelamun mikirin hantu macam apa yang harus aku bikin buat game yang bakalan di bikin sama semua anak kelas dua nantinya. Ega, Denis, Reno sama anak-anak yang lain udah nyelesein sekitar 5 model 3D sekaligus rigingnya dan mereka minta aku bikin beberapa konsep lagi. Terus waktu aku gak sengaja liat kakak aku kepikiran buat bikin tokoh pocong tapi cewek. Jarang ada kan?"
Merasa hal ini sepertinya berbuhubungan juga dengan sosok pocong yang mengikuti laki-laki ini akupun bertanya.
"Kok bisa kamu tiba-tiba dapet ide waktu liat orang Kori?"
Kori menaikan kedua bahunya tanpa menengok kemudian menjawab.
"Gak tahu, waktu aku liat kakak ini aku tiba-tiba kepikiran aja. Aku bakalan bikin yang ini sebagai tokoh yang agak menyedihkan. Keluarganya dengan sengaja nguburin dia secara gak sempurna supaya dia bisa nuntut balas atas kematiannya sendiri."
Kori terus menggambar dan setelah selesai memperlihatkannya kepadaku, aku ingin tertawa melihat ekspresi laki-laki yang mendekati Kori tadi. Dia sangat terkejut melihat gambar sosok pocong yang dibuat oleh Kori. Sudah sangat jelas dia kenal dengan sosok pocong yang Kori gambar jadi akupun dengan sebal membalas.
"Hih, laki-laki kayak gitu yang bikin kaum adam di cap jelek! Berani lakuin sesuatu harus mau tanggung jawab dong! Dasar bebek sialan."
Buaya adalah makhluk yang setia kepada pasangan mereka, mereka hanya akan memiliki satu pasangan seumur hidup kecuali kalau pasangan mereka meninggal, karena itu aku tidak suka menjadikan kata buaya darat sebagai sebutan bagi orang yang suka gonta ganti pasangan. Aku lebih suka menyebutnya bebek karena satu ekor bebek jantan bisa mengawini ratusan betina pada musim kawin mereka. Karena itu aku lebih suka menyebut orang-orang seperti itu sebagai bebek ternak. Membicarakan tentang bebek membuatku menjadi lapar, membuat bebek bumbu kuning setelah ini sepertinya bukan ide yang buruk.
"Sebutan baru yang bagus Lio!"
Aku hanya tertawa dan melirik laki-laki yang sebelumnya menghampiri Kori tadi, dia masih berdiri di tempatnya dan seakan terpaku melihat gambar Kori. Aku ingin lihat reaksinya lebih banyak lagi jadi sambil bercanda dengan Kori aku memutuskan untuk mengorek informasi secara langsung tentang sosok perempuan ini.
"Iyalah kasian buaya yang gak salah apa-apa kena fitnah mulu, oh iya kamu namain dia siapa?"
Tanyaku sambil memakan bekal makan siangku juga.
"Renata adiningrum."
Kori sepertinya tahu dengan maksud tersembunyiku dan dengan sengaja memberitahukan namanya, laki-laki itu tampak gemetaran mendengar nama yang keluar dari mulut Kori tapi Kori tidak memperdulikannya dan melanjutkan.
"Dia meninggal karena di bunuh mantan pacarnya sendiri saat dia lagi hamil tapi kematiannya di buat seolah-olah bunuh diri meski sebenernya karena gak rapi-rapi amat orang biasa aja langsung tahu kalua itu bukan bunuh diri."
Aku tidak tahu bagaimana jelasnya kematian Renata tapi mengetahui dia di perlakukan seperti itu dan pelakunya ada di dekatku membuatku ingin menghajarnya, sayangnya aku tidak bisa memukulnya tanpa alasan. Jadi karena aku tidak bisa memukulnya aku akan menyiksanya dengan cara lain, menghinanya hingga dia marah dan aku bisa memukulnya.
"Kalau ini kisah nyata pelakunya egois banget, kalau gak mau tanggung jawab ngapain juga lakuin hal kayak begituan? Yang paling dirugiin tuh kan ceweknya."
Kori menganggukan kepalanya setuju mendengar perkataanku.
"Laki-laki yang kelakuannya kayak bebek jantan adalah musuh tiap wanita Lio. Untungnya kamu gak gitu."
Aku merinding memikirkan diriku sendiri dikelilingi oleh banyak perempuan, kalau aku melakukan hal itu ibuku akan membunuhku! Ibuku selalu mengajarkanku untuk memperlakukan perempuan dengan baik dan bersikap sopan kepada mereka karena aku lahir dari ibuku yang jelas adalah perempuan dan punya kakak yang juga perempuan. Sebagai laki-laki aku diajarkan untuk melindungi oleh ayahku dan berusaha untuk tidak menyakiti perasaan perempuan.
"Kalau aku kayak gitu ibuku bakal bunuh aku duluan, lagian dari kecil aku udah diajarin cara memperlakukan perempuan dengan baik dan benar."
"Kalau gitu kenapa sampai sekarang kamu masih jomblo?"
Pertanyaan Kori tiba-tiba mengingatku dengan para mantan pacarku yang kuanggap menyebalkan semua membuatku secara otomatis memasang tampang kesal di wajahku.
"Karena aku lebih sayang Maroon dari pada mantan-mantanku yang kelakuannya kayak nyamuk."
Kenapa aku mengibaratkan kedua mantanku yang berisik dan suka cari perhatian dengan nyamuk? Karena mereka selalu cari perhatian kepadaku. Dua duanya selalu ingin aku memperhatikan mereka dan ingin aku memberikan hadiah tiap bulan selama kami pacaran. Aku tentu tidak suka, untuk apa juga merayakan bulan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya? Kalau setahun sekali itu tidak jadi masalah tapi satu bulan sekali? Aku bahkan hanya memberi hadiah pada ibuku di hari white day, hari ibu, dan ulang tahun ibuku lho mereka pikir mereka ini siapa?
"Kalau mereka denger kata-kata kamu mereka bisa nangis lho."
Aku memutar kedua bola mataku mendengar perkataan Kori, aku tidak merasa tersinggung sama sekali karena Kori tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan kedua mantanku itu. Karena itu saat ini dia berada di posisi netral sekarang.
"Duli amat, emang mereka pikir siapa mereka? Aku kan juga butuh waktu buat diriku sendiri. Nikah aja belum udah pingin atur-atur hidup aku males. Masa mereka pingin aku ngasih hadiah ke mereka tiap bulan? Ibu aku aja aku kasih tiga hadiah setahun."
"Oh, gak jadi kasian aku kalau gitu. Gak aneh kamu nyebut mereka nyamuk. Gak ada sebutan yang lebih cocok dari pada itu."
Aku tertawa mendengar komentar Kori. Untung dia bukan tipe perempuan yang selalu membela perempuan lain sekalipun mereka yang salah. Lagipula kalau dia seperti itu pasti banyak roh laki-laki yang dibunuh oleh perempuan yang tidak bisa tenang karena tidak di tolong oleh Kori. Kalau Kori seperti itu aku juga tidak akan mau membantunya.
"Kalau kamu ada di posisi pelakunya apa yang bakalan kamu lakuin?"
Aku mencoba membayangkan diriku di situasi yang sama dengan laki-laki ini tapi ketika kubayangkan aku tidak sampai hati untuk melakukan hal yang sama. Terlebih kalau aku benar-benar menyukai orangnya sampai 'tidur bersama' bukannya aku harusnya akan senang kalau dia mengandung? Memang memalukan karena terjadi sebelum menikah tapi menurutku pihak perempuan justru akan jadi lebih terbebani kalau tidak ada yang mau tanggung jawab.
Seks bebas adalah hal yang tabu dan kehamilan di luar pernikahan adalah hal yang menakutkan untuk perempuan. Di sini bagi orang awam perempuan yang terkena pelecehan seksual malah dianggap lebih salah daripada si pelaku padahal orangnya sendiri tidak asalah apa-apa. Apalagi kalau ada yang hamil di luar ikatan pernikahan, keluarga akan menanggung malu dan dicibir oleh banyak orang bahkan sampai dikucilkan. Karena itu aku tidak pernah melakukan hal yang aneh aneh dengan kedua mantanku. Bagiku sex adalah bentuk tertinggi untuk memperlihatkan kasih sayang kepada seorang istri aku tidak akan lakukan hal seperti itu kepada seseorang yang bahkan tidak tahan satu bulan untuk jadi pacarku.
"Kalau kamu nyuruh aku ngebayangin segala aku sih gak bisa karena gak ngalamin juga lagian aku juga gak pernah lakuin hal begituan sama mantanku, masa iya akumau lakuin begituan sama cewek yang gak tahan jadi pacarku meski cuma sebulan. Gila aja."
Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña