Descargar la aplicación
60.71% Edgar's Prisoner / Chapter 51: Unsane

Capítulo 51: Unsane

Edgar dan Hanna terus mengobrol hingga tanpa sadar hari sudah sangat larut.

"Hanna, kamu masih di sana?" tanya Edgar.

Edgar yang hanya mendengar suara napas teratur Hanna mematikan panggilan itu. Dia tahu kekasihnya pasti sudah tertidur.

"Lucu sekali dia bisa tidur saat menelepon," kata Edgar.

Edgar menarik selimut lalu memejamkan matanya.

***

Keesokan paginya, Hanna sudah siap-siap. Dia tidak sabar bertemu keluarganya.

"Aku rindu sekali sama mereka," kata Hanna.

Hanna melangkahkan kaki keluar dari apartemennya. Dia langsung masuk ke dalam taksi dan menyebutkan alamat tujuannya.

"Pasti mereka juga merindukan aku," kata Hanna tersenyum manis.

Hanna selama di perjalanan terus membayangkan apa yang akan dia lakukan saat bersama keluarganya.

"Nona, kita sudah sampai," kata Ren.

Hanna keluar dari taksi setelah membayar ongkos. Dia langsung melangkah dengan cepat menuju unit apartemen keluarganya.

"Anak aku akhirnya pulang!" teriak Elsa begitu melihat Hanna berada di depan pintu.

Elsa bersama suami dan putranya memeluk Hanna dengan erat. Mereka sudah lama sekali membendung rasa rindu pada Hanna.

"Ma, aku tidak dibolehkan masuk nih?" tanya Hanna.

Elsa langsung mengizinkan Hanna masuk. Mata perempuan itu langsung tertuju pada cheesecake favoritnya.

"Itu cheesecake favorit kamu. Mama khusus buatkan untuk kamu," kata Elsa.

"Mama seharusnya tidak perlu repot. Hanna bisa kok membelikan ini," balas Hanna.

"Mama kamu tidak capek kok. Tadi Niko bantuin mama kamu," kata Louis.

Mata Hanna berkaca-kaca. Dia sangat bahagia melihat keluarganya ternyata juga merindukan dia.

"Aku rindu banget sama kalian," kata Hanna dengan air mata yang membasahi pelupuk matanya.

"Mama juga sama," balas Elsa.

"Aku ingin sekali terus bersama kalian, tapi pekerjaanku tidak memperbolehkan aku sering pergi jauh," kata Hanna.

Elsa meminta Niko mengambilkan kue dan minuman untuk Hanna, tapi justru pria itu menolak membuat Elsa mencubit perutnya.

"Mama, ini sakit!" teriak Niko membuat semua orang di sana tertawa terbahak-bahak.

"Makanya kamu ambilkan untuk kakak kamu itu," kata Elsa.

Niko mengambilkan kue dan minuman untuk Hanna.

"Kak Hanna, ini kue khusus dibuatkan untuk kamu," kata Niko.

Hanna tersenyum manis pada Niko. Dia mulai mencoba kue dan minuman yang tersaji.

"Bagaimana kuliah kamu? Apa lancar?" tanya Hanna.

"Tentu saja lancar dong, tapi aku tidak memiliki banyak teman. Sekarang sih aku lagi kerja paruh waktu dan ikut kegiatan sosial," jawab Niko.

Hanna menyemangati Niko. Dia tahu adiknya pasti selama ini sudah sangat kesulitan karena kasus yang waktu itu.

"Kamu kira-kira lulus berapa tahun lagi?" tanya Hanna.

"Aku akan mengambil mata kuliah yang banyak dalam satu semester biar cepat lulus," jawab Niko.

Louis meminta Niko untuk tidak mengambil banyak mata kuliah karena dia tidak mau putranya keteteran.

"Papa tenang saja, Niko kuat dan bisa jaga diri sendiri," kata Niko dengan senyum lebarnya.

"Ma, Pa, aku minta sama kalian agar mengerti dengan apa yang Niko inginkan," kata Hanna.

"Iya kita harus mengerti sampai harus rela tinggal berpisah sama kamu," balas Louis.

"Pa, ini demi kehidupan kita semua," kata Hanna.

"Pa, biarkan saja mereka mengambil keputusan sendiri. Anak-anak kita sudah dewasa," tegur Elsa.

"Ma, cheesecake ini enak sekali. Kita bisa menjualnya biar ada pemasukkan," kata Hanna.

"Kamu ada-ada aja," balas Elsa.

Hanna merasakan ada getaran melirik ponselnya. Dia meminta izin pada Elsa untuk mengangkat telepon itu.

"Jangan lama-lama," kata Elsa.

Hanna melangkah ke dapur. Dia langsung mengangkat panggilan itu hingga terdengar suara Edgar yang terdengar kesal.

"Kamu ini ke mana saja?" tanya Edgar ketus.

"Maaf aku belum menelepon kamu," jawab Hanna.

"Kamu sudah berjanji akan memberi kabar, tapi kamu mengingkarinya," kata Edgar.

Hanna meminta maaf pada Edgar, tapi makian yang dia terima dari Edgar.

"Aku minta kamu jangan terlalu lama bersama keluarga kamu," kata Edgar.

"Kenapa aku tidak boleh bersama keluarga aku? Kami sudah punya uang kok untuk membayar balas budi kamu," balas Hanna.

"Hanna, aku tidak menagih kamu," kata Edgar.

"Aku benci sama sikap kamu yang seperti ini," balas Hanna.

"Cukup, aku minta kamu segera pulang ke apartemen kita!" teriak Edgar.

Hanna yang kesal menolak permintaan Edgar dan langsung mematikan panggilan itu. Dia melihat Edgar meneleponnya lagi terus menekan tombol merah. Dia langsung kembali ke ruang tamu.

"Sayang, kamu berbicara sama siapa?" tanya Elsa sambil menangkup wajah Hanna.

Hanna memeluk Elsa dengan erat. Dia mengatakan bahwa dia sangat menyayangi mamanya. Entah mengapa mendadak dia takut suatu saat hal buruk menimpa mereka.

"Kamu kenapa?" tanya Elsa.

Elsa mendengar suara isak tangis Hanna membalas pelukan putrinya. Dia cuma bisa berharap Hanna baik-baik saja dan tidak ada yang menyakiti anaknya.

"Ada apa dengan Hanna?" tanya Louis saat melihat wajah sembab Hanna.

Elsa menggelengkan kepala. Dia meminta pada Louis agar saat ini tidak banyak bertanya pada Hanna.

***

Mereka berbincang-bincang hingga tanpa sadar hari sudah sore. Hanna langsung berpamitan pada semua orang.

"Aku berangkat kerja dulu. Kalian jaga diri," kata Hanna.

"Kamu bisa tidak nanti pulangnya ke sini aja?" tanya Elsa.

"Ma, aku tidak bisa. Tempat tinggal aku jauh dari sini," jawab Hanna.

Elsa bersama suami dan putranya memeluk Hanna dengan erat. 

"Aku seperti sudah akan pergi jauh saja," kata Hanna sambil tersenyum.

Hanna diantar keluarganya hingga sampai ke tempat pangkalan taksi. Dia masuk ke dalam taksi dan langsung menyebutkan alamat apartemennya setelah melambaikan tangan pada keluarganya.

"Aku harus segera bisa kembali pada keluargaku. Mereka sangat membutuhkan aku," gumam Hanna.

Ckit

Tiba-tiba taksi itu berhenti mendadak saat sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan mereka. 

"Ada apa, Pak?" tanya Hanna.

Sopir taksi dengan raut wajah ketakutan memandang ke luar. Dia melihat seorang pria berbadan besar mengetok-ngetok jendela mobil.

"Pak, jangan keluar. Saya takut," kata Hanna.

Sopir taksi mengklakson orang-orang di depannya, tapi tiba-tiba sebuah benda tumpul mendarat di atas jendela hingga terdengar suara pecahan kaca membuat sopir itu ketakutan.

"Keluar sekarang atau saya akan menghancurkan Anda!" teriak Tobi.

Sopir taksi itu mengangkat tangannya lalu keluar dari taksi, sedangkan Hanna dipaksa keluar oleh salah satu anggota kelompok itu.

"Tolong!" teriak Hanna.

Sebuah kain berwarna putih mendarat di dekat hidung Hanna membuat perempuan itu perlahan tidak sadarkan diri. Tubuhnya dibawa masuk ke dalam mobil berwarna hitam.

"Ini uang untuk kamu. Pergilah sejauh mungkin agar tidak ada yang mencurigai kamu. Satu lagi, jangan pernah menyebutkan kejadian ini di hadapan siapa pun," kata Tobi.

Tobi masuk ke dalam mobil yang ditumpangi Hanna. Dia meminta rekan kerjanya untuk menutup mata perempuan itu dan mengikat kakinya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C51
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión