Duar!
Kilat menyambar di luar jendela, diikuti oleh guntur yang membelah langit.
Cahaya kilat itu menyinari wajah Angele.
Ia duduk di meja dekat jendela. Ia terfokus pada catatan yang sedang ia tulis.
Vas hitam berleher kecil berdiri di sisi meja. Permukaan keramiknya sangat bersih dan halus. Di atas vas itu, sebuah bola kristal seukuran kepalan tangan melayang dan menyinari ruangan.
Cahaya kristal itu sangatlah terang, namun tidak menyilaukan.
Duar!
Lagi-lagi, petir menyambar.
Angele meletakkan catatannya. Ia berdiri, dan berjalan mendekati jendela.
Hari sudah siang. Setelah tinggal di rumah itu selama sepuluh hari, Angele mengetahui bahwa tempat itu memiliki cuaca yang tidak stabil. Setiap tiga hari, badai akan turun dan membanjiri tempat itu.