Jika Kerajaan Saladin benar-benar mengirim pasukannya untuk menyerang kastil, Angele akan mengambil apapun yang dapat dibawanya sebelum kabur. Bagaimanapun, sekarang dia harus memeriksa situasi saat ini. Saat mengikuti jalan yang dilewatinya saat mencari ayahnya, Angele menemukan seekor kuda yang ditinggalkan di jalan. Kemungkinan kuda itu adalah milik penyamun yang sebelumnya ditemukan oleh Zero. Dengan menunggangi kuda itu, ia bisa menyimpan tenaganya.
Walaupun begitu, perjalanannya masih panjang. Hari sudah siang ketika ia sampai di kastil. Dia menyeberangi lapangan berlatih di luar kastil, hingga mencapai pintu yang sudah terbuka. Suara pertarungan masih terdengar di dalam kastil, sementara darah dan mayat sudah tercecer dimana-mana.
"Situasinya tidak begitu buruk." Angele melompat turun dari kudanya. Sampai sekarang, ia masih menekan lukanya agar darahnya tidak mengucur. Wajahnya pucat, tetapi ia masih bisa berjalan. Dengan cekatan, Angele menarik pedangnya dan berjalan masuk ke dalam kastil. Noda darah berwarna merah gelap tercecer dimana-mana. Mayat-mayat yang ia lihat adalah pengawal dan calon ksatria, bahkan ada dua calon ksatria saling menghabisi nyawa masing-masing dengan saling menusuk leher satu sama lain.
Sepertinya tidak semua orang di sana terlibat dalam percobaan pengkhianatan terhadap sang baron. Angele berjalan masuk ke lapangan berlatih di sebelah gedung tempat tinggal, dan melihat ada orang-orang sedang bertarung. Di gedung utama, seorang pria berambut pirang dan pengikutnya membawa keluar banyak koin dan perhiasan sembari tertawa dan berteriak-teriak. Sementara di gedung tempat tinggal, beberapa murid berusaha menghadang pengawal yang memaksa membobol pintu.
Angele melihat sekelilingnya dan berlari ke lapangan berlatih sambil memegang pedangnya. Salah satu murid yang berkhianat mendengar suara tapak kakinya dan mencoba menyerangnya, namun Angele menghindari serangan itu dengan mudah dan akhirnya memenggal leher murid itu. Murid itu terjatuh ke tanah dan mati. Para calon ksatria itu sangat lemah dan gerakannya sangat lambat, seperti orang yang bergerak dalam slow motion. Angele membunuh semua orang yang mencoba menghunuskan pedang padanya.
Orang-orang di sana akhirnya menyadari siapa dia sebenarnya,
"Itu Angele!" teriak mereka. Banyak orang di sana yang melihat pedang Angele menari dengan tangkasnya dan memenggal kepala para pengkhianat. Para pengawal dan murid-murid yang berusaha melindungi kastil mulai bersorak-sorak untuk Angele. Orang-orang yang ada di dalam gedung tempat tinggal di kastil melihat semua itu dari jendela dan menyadari kekuatan Angele sekarang.
"Wo…Woah…" Celia dan Maggie tertegun. Yang lain terdiam kehabisan kata-kata. Murid-murid yang sebelumnya meremehkan Angele merasa malu.
Pertarungan itu tidak berjalan lama. Banyak pengkhianat meninggalkan hasil jarahan mereka dan berlari menyelamatkan diri setelah menyadari bahwa Angele memiliki kekuatan setingkat ksatria. Mereka membutuhkan senjata berat untuk melawan Angele. Pria berambut pirang itu berlari terlebih dahulu, dan tanpanya, pengikutnya ikut kabur juga dengan cepat.
Beberapa pengawal mengejar mereka dan berhasil membunuh kurang lebih 10 orang. Mereka kembali ke kastil dengan sorak-sorai. Angele menyuruh dokter yang masih hidup untuk membantu orang-orang yang terluka. Baron Karl baru saja kembali ke kastil, lalu ia segera memerintahkan para pekerja untuk mengemas semua barang berharga. Ia juga menghadiahkan banyak koin bagi mereka yang telah membantu mempertahankan kastil. Setelah membubarkan beberapa pekerja, sang baron mengadakan pertemuan dengan anggota keluarga inti dan sekitar 20 pengawal setia.
Angele duduk di sebuah kursi dan beristirahat sembari melihat ayahnya mengatur urusan-urusan dalam kastil. Maggie dan Celia, bersama orang tua mereka memutuskan untuk meninggalkan kastil bersama sang baron. Beberapa anak sang baron yang lain juga memutuskan hal yang serupa. Orang-orang yang tidak ada disana kemungkinan sudah terbunuh atau meninggalkan kastil.
Dengan bersembunyi di dalam tangki air yang besar, Cecilia selamat dari pembantaian itu. Pakaiannya basah kuyup saat ia berdiri di samping Angele. Sang baron melihat orang-orang yang dikumpulkannya dan menatap anak kesayangannya selama beberapa detik.
"Malam ini, prajurit Kerajaan Saladin akan menyerbu daerah kekuasaanku. Kita harus meninggalkan tempat ini selamanya, dan mungkin tidak akan bisa kembali ke sini lagi. Jika ada di antara kalian yang ingin meninggalkan tempat ini bersamaku, inilah satu-satunya kesempatan kalian. Tapi jika tidak, kalian boleh meninggalkan kastil ini sekarang." kata sang baron dengan serius.
Orang-orang yang selamat mulai berbincang-bincang satu sama lain, dan beberapa orang langsung meninggalkan kastil. Dua puluh pengawal memutuskan untuk pergi bersama sang baron bersama dengan 12 orang anggota Keluarga Rio. Sebelum kejadian ini, ada ratusan orang yang tinggal di sini, namun sekarang hanya 32 orang yang memutuskan untuk tetap bersama sang baron. Perasaan Angele dan Baron Karl menjadi campur aduk karenanya.
Ayah Maggie mendorong pundak anaknya, dan seketika itu Maggie mengerti apa yang ingin ayahnya lakukan. Maggie melihat Angele sedang duduk di kursi dengan ekspresi dingin. Pedangnya tergeletak di sampingnya dan dapat diambil dengan mudah jika ia mau. Terlihat bahwa Angele yang sekarang sama sekali bukan seorang playboy. Ia terlihat seperti orang lain, dan jantung Maggie berdegup kencang karenanya.
Celia berlari ke arah Angele dan memeluknya. Gadis itu mulai menangis seperti seekor burung yang ketakutan.
"Angele, apakah kau baik-baik saja?" tanya Maggie setelah dengan cekatan berjalan mendekati mereka. Wajahnya memerah. Angele melihat kedua gadis dan orang-orang di sekitarnya. Semuanya menundukkan kepala, dan ada sedikit rasa takut yang terlihat di wajah mereka.
"Maggie dan Celia, apakah kalian mau meninggalkan kastil ini bersamaku dan ayahku?" tanya Angele dengan tenang.
"Iya!" Maggie menjawab tanpa ragu. Ia sadar bahwa inilah yang diinginkan oleh orang tuanya. Angele telah menunjukkan kekuatan dan potensi yang tinggi, hingga orang tua Maggie menjadi senang melihat penampilannya. Ia meminta Maggie untuk mendekatinya.
"Aku juga." Celia berkata dengan santai.
Sementara itu, dari ujung terdengar perbincangan antara sang baron dan para pengawal. Mereka merencanakan rute pelarian mereka serta logistik yang dibutuhkan. Baron Karl pulih dengan cepat berkat daya tahannya yang tinggi. Walaupun ia kehilangan salah satu matanya, itu bukanlah masalah besar. Setelah meminum obat spesial, sang baron merasa lebih baik. Para dokter membersihkan luka di matanya dan menutupi luka itu dengan kain.
Sekarang, sang baron meneriakkan perintah bagi para pekerja untuk menyelesaikan persiapan dan mengirim beberapa pengawal sebagai pengintai untuk memastikan prajurit Saladin belum tiba. Sementara itu, Angele berbincang-bincang dengan saudara-saudaranya di sampingnya. Ia mengerti rencana ayahnya setelah mendengarkan perintahnya.
Hari ini, Baron Karl kehilangan nyaris semua yang dimilikinya dan tidak lagi dapat tinggal di Kerajaan Rudin. Karena itulah, sang baron memutuskan untuk meninggalkan kerajaan bersama dengan orang-orang yang ingin ikut dengannya. Mereka pergi ke arah timur menuju Pelabuhan Marua di Aliansi Andes. Di sana, adiknya, Maria Rio, hidup dan menikahi seorang bangsawan yang berhubungan dekat dengan Keluarga Rio. Terkadang, mereka berkomunikasi dengan surat-menyurat. Saat ini, Aliansi Andes adalah tempat yang lebih baik bagi mereka untuk beristirahat dan memikirkan masa depan,