Setelah selesai Eira pun turun untuk makan pagi dengan Yara.
"Selamat pagi Eira, kau tidur dengan nyenyak?" tanya Yara.
"Tidak!" jawab Eira.
"Kenapa? apa karena mimpimu?" tanya Yara.
"Ya, mengapa dia marah padaku saat aku di sini menemui lelaki lain?" tanya Eira.
"Kau bilang padanya?" tanya Yara.
"Aku tidak bilang, dia tahu sendiri, katanya dia akan tahu semua hal yang aku lakukan di sini," jawab Eira.
"Hi…kenapa jadi horror begini sih Ra?" tanya Yara merasa aneh.
"Sudahlah biarkan saja dia dulu, aku tidak ingin membahasnya," ujar Eira.
"Baiklah kalau begitu," jawab Yara.
"Lalu hari ini kita mau kemana?" tanya Eira.
"Sekarang makan pagilah dulu, aku akan membawamu ke suatu tempat sebelum berangkat," jawab Yara.
Mereka pun makan pagi dan bersiap pergi. Sesampainya bandara Eira pun tersenyum karena pikirnya Yara tidak jadi mengajaknya untuk menemui lelaki yang sudah di rencanakannya itu.
"Kenapa kau tersenyum?" tanya Yara.
"Kau memang teman terbaikku Yara, kau tidak jadi membawa ku ke laki-laki lainnya bukan, kita akan segera naik pesawat kan?" tanya Eira.
Yara pun hanya tersenyum dan menarik tangan Eira.
"Lihatlah Ra, di sanalah kau akan bertemu dengannya," ucap Yara menunjuk ke sebuah restoran yang ada di bandara itu.
"Yara! Bisakah aku tidak pergi?" tanya Eira.
"Tidak, kau harus pergi demi masa depanmu," jawab Yara.
"Kenapa ibuku seperti itu sih," kata Eira.
"Ya begitu ibumu, sudah cepat selesaikan dan kita bisa pergi secepatnya," ujar Yara.
Eira pun berjalan masuk ke restaurant.
"Halo selamat pagi, apa kau benar Jons?" tanya Eira.
"Benar, duduklah Eira," jawab Jons.
Eira pun duduk di depannya sambil tersenyum.
"Kau lebih cantik langsung dari pada di foto," kata Jons.
"Ahhh terimakasih," jawab Eira.
"Aku bahkan tidak pernah tahu kau dan sama sekali tidak pernah melihatmu di foto," gumam Eira dalam hati.
"Apa kau mau makan?" tanya Jons.
"Tidak, aku sudah makan pagi tadi, jika kau mau makan silahkan tapi aku sedang buru-buru untuk masuk pesawat," jawab Eira.
"Sepertinya kau tidak tertarik denganku Ra, apa aku tidak tampan?" tanya Jons.
"Kau sangat tampan, tapi hatiku tidak bergejolak saat bersama denganmu," jawab Eira.
"Kau ini wanita langsung ke intinya ya? Baiklah kalau memang kau tidak tertarik denganku aku tidak memaksamu, tapi berilah aku kesempatan untuk bersamamu sampai pesawatmu siap," kata Jons.
"Baiklah, silahkan pesan makananmu aku akan menemani mu makan," jawab Eira menyetujuinya.
Jons pun memesan makanan dan pesan minuman untuk Eira.
"Aku dengar kau bekerja sebagai penulis novel ya?" tanya Jons.
"Emmm," jawab Eira.
"Aku tidak terlalu menyukai novel, mungkin kau benar jika kita memang tidak cocok, banyak sekali hal yang tidak sejalan dengan kita berdua, kita juga beda pemikiran," kata Jons.
"Aku pikir juga begitu," jawab Eira.
"Aku ingin mencari pasangan hidup yang bisa aku andalkan, aku tidak mau pasanganku mengandalkan hasil kerja kerasku, jadi dia juga harus bekerja untuk mendapatkan uang, dengan begitu dia akan terbiasa dengan kemandirian," kata Jons.
"Ahhh aku pikir untuk pemikiran seperti itu tidaklah benar, dan juga tidaklah salah," jawab Eira.
"Kenapa? apa yang aku katakana adalah benar," ujar Jons.
"Bukankah wanita harusnya mengandalkan lelakinya? Jika kau berpikir begitu tidak aka nada wanita yang menginginkan hidup bersama denganmu," jawab Eira.
"Pasti ada, karena aku ingin dia tahu jika mencari uang itu tidaklah gampang, jadi dia tidak akan bisa semena-mena menghamburkan uangku," kata Jons.
"Ahhh aku kira kau tadi lelaki yang baik, tapi ternyata aku salah pandangan," gumam Eira lirih.
"Apa kau sedang mengataiku?" tanya Jons.
"Tidak," jawab Eira.
"Kalau kau, bukankah penulis novel itu tidak memiliki penghasilan tetap? Hasil yang di dapatkan pun tidak sesuai dengan yang kita harapkan, apa kau cukup dengan gaji seorang penulis?" tanya Jons.
"Apa kau tahu penghasilanku?" tanya Eira.
"Tidak, aku hanya mengira-ira saja jika menjadi penulis itu hanya menyia-nyiakan waktumu saja, mata rusak, hasil juga tidak bisa mencukupimu, tenang saja nanti minuman ini aku yang tlaktir kok," kata Jons.
"Sepertinya kau belum kenal siapa aku, jika kau belum mengenalku tolong pelajari dulu siapa aku dan berapa penghasilanku, dan juga aku akan membayar semua makanan kamu, aku permisi karena di sini aku merasa tidak pantas bersama dengan orang yang suka menghina orang lain!" kata Eira dan berdiri.
"Ahhh iya, sebelum aku pergi aku aka memberikan kertas ini padamu, itu adalah daftar gaji yang masuk ke kartuku untuk bulan ini, permisi!" kata Eira dan pergi tanpa kata lagi.
"Sial, penghasilannya banyak sekali!" kata Jons menyesali perkataannya.
Eira pun pergi dengan wajah yang sangat kesal menemui Yara yang menunggu di ruang tunggu pesawat.
"Kenapa kau sudah kembali?" tanya Yara.
"Dia tidak memiliki sopan santun, dia merendahkan seorang penulis, aku sedang sangat kesal!" jawab Eira.
"Apa yang dia katakan padamu?" tanya Yara.
"Gaji seorang penulis itu sangat kecil tidak bisa jika mencukupi segalanya, juga dia sepertinya mau mengatakan kalau aku tidak pantas bersanding dengannya," jawab Eira.
"Lalu kau jawab apa?" tanya Yara.
"Kamu mau aku jawab apa? Dia ingin mencari wanita yang tidak akan pernah mengandalkannya dalam segi keuangan, intinya jika aku menikah dengannya dia tidak akan memberikan aku uang karena dia lebih sayang dengan uangnya di bandingkan diriku," jawab Eira.
"Lalu?" tanya Yara sambil tertawa melihat Eira kesal.
"Lalu aku pergi, sebelum pergi aku memberikan dia data jumlah gajiku di bulan ini," jawab Eira.
"Kau keren Ra, tapi kalau kau sedang kesal begini kau terlihat sangat imut," kata Yara.
"Apa aku bisa memilih lelaki yang baik-baik?" tanya Eira.
"Bagaimana mungkin, semua lelaki yang akan kau temui adalah pilihan dari ibumu sendiri, kau tidak bisa memilihnya, jika kau ingin memilihnya sendiri segeralah cari pacar agar kau terbebas dari hal seperti ini," kata Yara.
"Tapi aku tidak bisa…" jawab Eira menundukan kepalanya.
"Kau harus bisa, jangan kau menunggu hal yang tidak akan mungkin Ra, kau pikir saja jika dia nyata seharusnya dia ada di sini bersama mu, carilah pacar Ra aku akan membantumu," sahut Yara.
"Kau tidak tahu apa-apa Ra," jawab Eira.
"Aku memang tidak tahu apa-apa, tapi Ra dengarkan aku ya, atau kau memang sungguh-sungguh mengandalkan Lordmu itu?" tanya Yara.
"Emmm, aku sudah terlanjut mengandalkannya, aku lebih percaya padanya dari pada lelaki di dunia ini," jawab Eira.
"Aku lelah bicara dengan mu Ra, kita hentikan pembicaraan ini, ayo kita masuk ke pesawat saja," ujar Yara kesal dengan Eira.
Mereka pun masuk ke pesawat. Sesampainya di dalam pesawat Yara pun mencoret nama di sebuah kertas.