Mereka pun menghabis kan waktu berada di mall dan taman kota. Tak lupa mereka juga membeli beberapa makanan untuk di makan saat perjalanan. Hari pun mulai malam, mereka menuju hotel yang sudah di janjikan dengan kencan terakhir Eira. Sesampainya di hotel mereka langsung menuju ke kamar yang sudah di pesan secara pribadi oleh Yara untuk pertemuan itu.
"Kau tunggu di sini sebentar ya Ra, aku mau laor dulu sama minta kunci cadangan untuk kita satu-satu," kata Yara.
"Baik, kau jangan lama-lama ya Ra," jawab Eira.
Yara pun meninggalkan Eira sendirian di kamar yang sudah mereka pesan. Tiba-tiba masuklah seorang lelaki yang langsung mendorong Eira ke ranjang.
"Siapa kau?" Tanya Eira.
"Teman kencan kau malam ini, kau memang sungguh cantik Eira," kata Denis sambil mencoba meraba Eira.
"Deniz, kau Deniz? Kenapa kau lelaki yang seperti ini, jangan sentuh aku!" kata Eira.
"Ayolah di sini paris Ra, mari kita bersenang senang untuk malam ini, jangan sok jual mahal padaku," jawab Deniz.
"Kau kurang ajar sekali!" kata Eira dan mendorong dengan sekuat tenaga.
Deniz pun mencoba untuk mendekat lagi dan memegang tangan Eira sehingga Eira tidak bisa menggerakan tangannya untuk melindungi dirinya sendiri dia hanya menangis tak henti. Deniz tidak memberikan dia ampun terus meraba dan akan menciumi setiap bagian tubuh Eira, tetapi hal itu belum terjadi, ada seorang lelaki memakai topi dan masker mendobrak kamar Eira.
"Apa yang kau lakukan? Menjauhlah darinya!" teriak lelaki itu.
"Siapa kau?" tanya Deniz.
"Tidak perlu tahu siapa aku, pergi dari sini sekarang juga," kata Lelaki itu.
"Jangan ikut campur dengan kesenanganku malam ini, kau keluarlah!" kata Denis menarik tangan lelaki itu.
Lelaki itu pun akhirnya tidak bisa menahan emosi dan menghajar Denis dengan kuat hingga Deniz berlari kabur dari sana. Lelaki itu mendekati Eira yang sedang meringkuk menangis ketakutan.
"Kau tidak papa?" tanya Lelaki itu.
Eira tidak menjawab karena dia takut juga pada lelaki itu.
"Tenanglah kau aman sekarang," kata Lelaki itu.
Eira pun mendengar suaranya yang tidak asing di telinganya.
"Lihatlah kau baik-baik saja, sekarang jangan takut lagi ya, aku akan melindungi kamu sampai temanmu datang," kata Lelaki itu.
Eira pun menengadahkan kepalanya dan melihat lelaki bermasker dan bertopi itu.
"Kau siapa?" Tanya Eira.
Lelaki itu melepaskan maskernya, seketika Eira pun terkejut dan memeluknya dengan sangat erat.
"Aku takut Lord aku sangat takut, aku tidak mau di sini aku ingin pulang Lord aku sungguh takut," kata Eira sambil menangis di pelukan Lord.
"Tenanglah kau aman sekarang," jawab lelaki itu.
Lelaki itu pun perlahan mendekati bibir Eira dan memberinya kecupan untuk Eira.
"Di dunia ini mau pun di dunia bawah sadar kamu, kamu tetaplah milikku dan hanya untukku, tapi yang perlu kamu ingat aku bukan Lord di sini, ingatlah namaku adalah En…" kata Lelaki itu dan langsung berlari entah kemana karena Yara membuka pintu.
"Eira apa kau baik-baik saja? Aku segera berlari ke mari setelah mendengar desas desus ini, kau baik baik saja? Apa kau ada yang terluka?" tanya Yara.
"Yara," kata Eira dan memeluk Yara.
"Tidak papa kau aman sekarang, kemana dia sekarang?" tanya Yara.
"Aku ingin kembali ke hotel kita sekarang Ra, aku tidak mau di sini, aku takut," kata Eira ketakutan.
"Baiklah ayo kita kembali ke hotel," jawab Yara.
Yara pun menghubungi Geo untuk langsung menuju hotel yang mereka tempati.
Sepanjang perjalanan Eira hanya menangis dan melamun saja.
"Tenanglah Ra, kita sudah tidak di sana lagi, kau bisa tenang kan sekarang?" tanya Yara.
Eira pun mengangguk.
"Ra," panggil Eira.
"Kenapa Ra?" tanya Yara.
"Lord datang Ra, dia yang membantuku tadi," kata Eira mulai bercerita.
"Apa mungkin kau sedang berhalusinasi Ra?" tanya Yara.
"Aku sungguh melihatnya dengan jelas, aku memeluknya tapi katanya dia bukan Lord tapi namanya En…siapa ya aku lupa Ra, tapi wajahnya sungguh mirip dia juga mengatakan jika di dunia manapun aku hanya miliknya Ra," kata Eira.
Yara pun menatap Eira dengan penuh rasa kasihan dan menggelengkan kepalanya.
"Kau tidak mempercayaiku?" tanya Eira.
"Bukan tidak mempercayaimu tapi sekarang mungkin kau harus istirahat karena kau terlihat sangat syok Ra, tidurlah," kata Yara.
Eira pun kecewa karena Yara tidak mempercayainya.
"Ayolah Ra, jangan pasang wajah seperti itu, jika aku tahu kau dalam bahaya aku tidak akan meninggalkan kamu sendirian tadi," kata Yara.
"Jika tidak mau aku dalam bahaya untuk kedua kalinya, jangan pernah meninggalkan aku lagi," kata Eira.
"Baiklah, sekarang kau istirahatlah, nanti aku akan membangunkan kamu jika sudah sampai," jawab Yara.
Eira pun tertidur di dalam mobil. Sesampainya di hotel Yara pun membangunkan Eira.
"Eira bangunlah kita sudah sampai," kata Yara.
Eira pun membuka matanya.
"Aku mau kasih tahu kamu jika Geo sudah ada di sini," kata Yara.
"Baiklah kalau begitu aku akan ke kamarku, aku mau mandi, rasanya sangat jijik dengan diriku sekarang," kata Eira dan membuka pintu mobil.
"Baiklah, selamat malam Ra," kata Yara.
Eira pun menanggukan kepalanya dan berjalan ke kamarnya dan langsung mandi selama satu jam di dalam kamar mandi. Setelah keluar dan memakai baju Yara mengetuk pintu.
"Ada apa Ra?" tanya Eira.
"Ohh ada Kak Geo, selamat malam Kak," kata Eira yang melihat Geo dan memberikan hormat pada Geo dengan merapatkan tangannya sambil menunduk.
"Ehhh Eira jangan begitu, sama aku biasa saja jangan terlalu formal," jawab Geo.
"Ini kau makan malamlah dulu," kata Yara.
"Baiklah terimakasih," jawab Eira.
"Kalau begitu aku akan pergi ya Ra, jika ada apa-apa langsung telpon aku saja," kata Yara.
"Em," jawab Eira menganggukan kepalanya dan kembali masuk.
"Sepertinya dia tidak baik-baik saja, apa yang terjadi tadi membuatnya jadi seperti itu?" tanya Geo.
"Bagaimana tidak, baru kali ini dia mengalami hal ini, seumur hidupnya dia tidak pernah dalam bahaya yang seperti ini, paling paling hanya akan terjatuh dari kursi, itu saja ayahnya selalu melindunginya," jawab Yara.
"Benarkah, pantas saja dia syok sekali," kata Geo.
Mereka pun masuk ke kamar Yara dan mulai menghabiskan waktu untuk menghilangkan rasa rindunya. Sedang kan Eira pun sedang memikirkan apa yang sedang terjadi tadi memang tidak masuk akal untuk nya, dia ragu jika lelaki tadi adalah benar-benar Lord. Perutnya pun mulai berbunyi dan memutuskan untuk makan malam di kamar sendirian tanpa Yara. Eira tidak ingin menganggu Yara karena memang sudah lama Yara tidak bisa berduaan dengan kekasihnya karena pekerjaan.
"Sebaiknya aku makan sendiri saja," kata Eira.
Setelah makan Eira pun pergi tidur.