Juna's pove
Aku menghentikan mobil ku di depan rumah kami para pria bersafari hitam yang selalu bersiaga menjaga rumah kami menyambut ku dengan membuka kan pintu aku masuk ke dalam rumah dan menemui papa
"dimana tuan besar?" tanya ku lembut kepada bibi pelayan yang sudah melayani keluarga ku lebih dari 30 tahunan. Bahkan beliau lah yang mengasuh ku sedari aku kecil sehingga aku sudah cukup dekat denganya
"dia di ruangan nya tuan" lirih bibi dengan suara gemetar
Aku mengernyit, mata ku melirik ke arah ruangan papa " apa yang sedang terjadi?" aku melangkah kan kaki dan masuk ke ruangan nya. Aku menutup kembali pintu dengan sangat hat-hati dan hampir tidak menimbulkan bunyi. Aku melihat papa berdiri menghadap jendela dengan kedua tangan nya telungkup di belakang
"apa yang sudah kau lakukan?" ujar nya dan membalikkan tubuh nya berjalan ke arah ku
"apa yang sudah kau lakukan!"
PLLAAAAAKKKKKK... tamparan keras menampar pipi ku
Aku mengerang kesakitan dan menatap mata papa dengan tatapan tajam
"apa maksud papa?" tanya ku yang masih kebingungan dengan situasi ini dan kenapa aku harus mendapatkan tamparan ini
"apa yang sudah kau lakukan kepada Aletta? Sudah papa bilang tinggalkan Raina ! kau harus menikahi Aletta! Kalau tidak perusahaan bahkan papa akan tamat!"
Aku mendengus "yang ada di dalam fikiran papa hanya lah perusahaan,perusahaan. Apa papa pernah berfikir tentang kebahagiaan anak papa?"
"justru ini demi kebahagiaan mu Juna! Perusahaan yang papa pertahankan ini demi kau!"
"aku tidak peduli dengan perusahaan ! aku bahkan tidak pernah menginginkan nya!"
"hentikan omong kosong mu itu, tinggalkan wanita itu atau kau akan menyesal !"
"apa yang akan papa lakukan kepada nya? Apa papa akan membunuh nya?"
"jika kau tida bisa papa kendalikan, mungkin kau akan kehilangan dia selamanya"
Aku menitikkan air mata, aku tidak berdaya melindungi Raina di depan papa. Aku membungkuk, kedua tangan ku mencengkeram rambut ku seakan kepala ku ingin pecah. Aku menarik napas kasar dan bahu ku berguncang "ku mohon, jangan pernah sakiti Raina dia tidak tahu apa-apa" pinta ku dengan suara gemetar dan tak berdaya "jangan pernah menyentuh Raina, jika dia terluka sedikit saja aku tidak akan pernah tinggal diam"
Juna berdiri dan beranjak dari ruangan Jack Parker yaitu papa nya. Ia melangkah menuju mobil nya dan menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya dengan ibu jari akibat tamparan keras dari Jack Parker.
****
Dua cangkir kopi di letakkan di atas meja ku dan Raina aku meneguk nya sementara mata ku melirik ke arah Raina, ia menundukkan kepala dan berusaha tenang di hadapan ku
Aku menarik napas sampai dadaku mengembang. Lalu ku hembuskan lagi sementara Raina masih menatap cangkir kopi di atas meja
"maaf aku tidak bisa di hubungi" Raina berusaha mengatur senyum nya "tidak apa-apa"
"aku tidak ada waktu jadi singkat saja, saat berpisah kurasa ada baiknya bertatap muka"
Raina mendongak, bergeming menatap ku dengan waktu yang cukup lama
"mari saling tidak bertemu" ujarku melanjutkan ucapan ku tadi
"tidak bertemu" ujar raina mengulang ucapan ku
"hemmm" gumam ku dan mengangguk
" raina" seru ku " mari kita saling melupakan"
"kenapa? Karena wanita itu?" sahut Raina menatap ku lekat membuat aku harus berpaling dari mata nya.tatapan nya mulai mempengaruhi ku untuk beberapa saat. tatapan yang membuat dadaku semakin sesak. Aku tidak ingin melukai nya lagi. Aku tidak ingin dia menderita karena ku
"jadi benar kau akan menikah dengan nya?" lirih nya yang membuat hati ku semakin tersayat
"aku sudah tidak menyukai mu" kata ku begitu saja
"juna kau serius" desah nya dengan suara gemetar " lihat mata ku dan katakan lagi kau benar sudah tidak mencintai ku"
Aku mendongak kan kepala ku menatap wajah nya dan berusaha menutupi semua keraguan agar dia mempercayai ucapan ku dan membenci ku "aku sudah tidak lagi menyukai mu, aku sudah tidak lagi mencintai mu."
"hiduplah dengan baik, lupakan pria seperti ku" keheningan berderak di antara kami cukup lama. Hati ku terasa sangat sakit tapi aku harus melakukan itu demi keselamtan Raina dari aku yang tidak berdaya melindungi nya di sisi ku. Aku kecewa pada diri ku sendiri. Aku sangat sakit melihat sesuatu yang kelam di dalam mata nya yang hanya diam seolah itu mencabik-cabik perasaan ku.
Aku tidak tahan terlalu lama berada di depan nya, naluri ku ingin memeluk nya dan menenangkan nya di dalam pelukan ku tapi lagi-lagi aku tidak berdaya.
Aku menatap nya sekejap lalu berpaling pergi meninggalkan nya
"maafkan aku Raina" lirih ku di dalam hati air mata ku mengalir dan panas. Aku berjalan keluar dan kembali menatap raina dari jendela di kejauhan.
Aku melihat ia menutup wajah nya dengan kedua tangan dan menarik tersedu-sedu aku bisa merasakan ia berusaha menahan tangis saat di depan ku tadi dan sekarang ia melepaskan tangisan nya.
Aku berderap melangkah masuk ke dalam mobil ku air mata ku terbit lagi aku merasa kalau aku sudah melampaui batas dalam menyakiti hati Raina yang sangat lembut. Air mata yang mengalir di wajah nya mengusik otakku setelah aku meninggalkan nya begitu saja di cafe itu. meninggalkan dirinya yang kacau karena sikapku yang seperti bajingan. Tapi bukankah itu demi kebaikan nya? Mungkin sekarang dia sudah beranjak pergi dari sana dan sangat muak melihat ku lagi.
Tapi, sekali lagi, sialan.... aku mengerang keras, ketidak berdayaan ku melindungi nya menghantuiku sekaligus mengirimkan gelombang hasrat panas di dalam diriku. Aku ingin mendekap nya, melindungi nya, menyelamatkan nya dari bahaya dan tetap menjaganya agar selalu di sisi ku.
Raina tidak tahu alasan aku berbuat seperti itu demi dirinya nya, tapi aku tidak berharap dia mengetahui nya agar tidak muncul kekhawatiran nya terhadap ku justru aku yang sangat mengkhwatirkan nya dan sangat ingin melindungi nya. Aku hanya berharap dia berhenti menangis karena aku tidak sanggup untuk menyetuh pipinya, aku ingin dia selalu baik-baik saja dan aman dalam pengawasan ku meski nantinya dia bukan milikku dan aku harus terima itu jika suatu saat dia akan sangat membenci ku. Tangan ku menghidupkan mesin mobil dan kaki ku menginjak gas dengan kecepatan tinggi lalu berjalan meninggalkan lingkungan cafe itu
AYO KITA SIMBIOSIS MUTUALISME, SALING MENGUNTUNGKAN SATU SAMA LAIN DENGAN LIKE N KOMEN YANG MEMBANGUN JUGA PERLU!