Descargar la aplicación
50% Do anything for love / Chapter 32: curiga

Capítulo 32: curiga

Naysila terus menangis di ruangan kelas yang kosong itu, suasana sangat hening hingga isak tangis naysila dapat terdengar jelas olah orang yang melewati ruang kelas itu, tapi naysila tidak mempedulikan nya, karena ini sangat pagi dan sangat mustahil jika akan ada orang yang lewat depan kelasnya,

Naysila teus menangis segukan entah mengapa hatinya begitu sakit, apa dia benar benar telah jatuh cinta pada devian ? dan tidak rela devian dengan wanita lain, Tidak! dari dulu dia hanya menyayangi devian sebagai kakak saja, tidak mungkin dia jatuh cinta pada devian. naysila terus memyangkal fikiran fikiran nya itu tentang devian, tapi semakin dia menyangkal semakin sakit pula rasa sakit yang dia rasakan, dia merasa dirinya orang paling bodoh, bisa bisa nya dia berharap sesuatu pada devian, dia jelas tau rasa sayang devian pada nya hanya sekedar sayang sebagi adik, dan jika mengingat insiden di bioskop yang menyatakan devian menikahinya karena dia tidak mau kehilangan naysila, dia jelas tau devina tidak menyatakan perasaan nya, tapi menyatakan kan kalau devian tidak ingin naysila bersama orang lain, itu jelas egois. tapi naysila berfikir itu karena devian tidak ingin dia di sakiti oleh orang lain, tapi yang sebenarnya bukan seperti yang dia fikirkan, naysila sudah bersama dengan devian dari kecil dan sudah terbiasa di lindungi oleh devian, sehingga perhatian perhatian devian yang di tunjukan nya pada dirinya selalu di anggapnya sebagai rasa sayang pada adiknya, meskipun yang sebenarnya bukan begitu.

Melihat kembali pada deretan poto devian dan kalista membuat hatinya seperti hancur berkeping keping, kenapa begitu sakit ? naysila terus bergelut dengan fikiran nya, tidak tau sejak kapan tapi naysila benar benar tidak rela jika sampai devian dekat dengan wanita lain.

Cklekk..

Suara pintu terbuka membuat naysila sadar dengan keadaan nya, menyadari seseorang datang naysila buru buru menghapus air matanya dan berpura pura tidak terjadi apa apa,

Seseorang masuk dan dia ternyata Adrian, sontak naysila langsung bangun dari duduk nya dengan gembira dia menghampiri adrian

"adi ? kenapa pagi sekali sudah datang? dan kenpa kamu datang ke kelas ku? "Adrian yang melihat naysila sedang menghampirinya langsung tersenyum

"ini sudah hampir pukul 7 pagi nay, yang harusnya bertanya seperti itu adalah aku, kenapa kamu datang pagi sekali? bahkan teman teman sekelas mu belum ada yang datang dan soal aku yang datang ke sini karena aku mendengar seseorang menangis,"adrian melihat sekeliling dan hanya ada naysila, dia langsung menatap ke dalan mata naysila, "apa tadi kamu yang menangis?"pertanyaan itu sontak langsung membuat naysila sedikit gusar, jika dia menjawab kalau dia memang yang menangis. nanti adrian pasti akan bertanya kenapa dia menangis, dan jika naysila nanti menjawab karena devian, dia pasti harus harus menceritakan semua hubungan nya dengan devian, dia belum siap jika harus ada orang lain yang mengetahui hungun nya dengan devian, walau pun adrian sudah menjadi teman baik nya tetap saja dia belum siap menceritakn semuanya pada nya, apa lagi dengan keadaan nya yang sekarang, hungungan nya dan devin saat ini benar benar tidak jelas seperti apa, dia tidak lagi berani menceritakan masalh hidupnya pada orang lain, cukup hanya raisa dan vania saja yang tau tentang dirinya.

Adrian mengerutkan dahinya saat tidak mendapati jawaban dari naysila, dia berasumsi kalu sikap diam naysila menyatakan kalu bemar nasysila lah yang menangis,

"nay, jadi benar kamu yang menagis tadi, Kenapa?"

naysila bingung harus menjawab apa jadi dengan terpaksa dia harus berbohong,

"aku tidak apa apa adi, aku menangis karena merindukan kedua orang tua ku, itu saja"

"banarkah?"adrian bertanya seakan dia tidak menginginkan jawaban itu dari naysila, dia seperti mengharapkan jawaban lain yang keluar dari mulut naysila,

"iya sungguh, aku berkata jujur"kata naysila berusaha meyakinkan adrian yang tampak masih meragukan dirinya

"lalau kenapa kamu datang pagi sekali? tanya adrian lagi

"en.. aku.. " naysila tampak berfikir, ragu dia harus menjawab apa, lalu dengan cepat dia menjawab "ada tugas"

"oh begitu, lalu tugas nya sudah selesai?"

"iya sudah kok" jawab naysila bohong karena emang tidak ada tugas sama sekali jadi apa yang harus di kerjakan

"yaudah kalau begitu, mulai dari sekarang kamu tidak perlu merasa sedih lagi karena merindukan kedua orang tua mu yang sudah tiada itu, karena mulai dari sekarang aku akan memjadi orang yang akan selalu menjaga dan melindungimu sebagi orang tua pengganti, bagiamana?" tutur adrian yang terlihat tulus, mendengar perkataan adrian naysila merasa sedikit tersentuh tapi ingin tertawa juga, dia merasa luar biasa mempunyai teman seperti adrian, kemudian sambil menggandeng tangan adrian naysila berseru

"ohh baiklah, karena kau sudah memutuskan untuk menjadi pengganti orang tua ku jadi sekarang ayo temani aku ke kantin, aku sangat lapar" kat naysila

"ohh tetu saja dengan senang hati tuan putri ku"jawab adrian, kemudian setelah itu tawa mereka berdua memenuhi seluruh dari ruang kelas itu, entah mengapa kesedihan naysila yang tadi seketika hilang tanpa jejak.

naysila dan adrian berjalan keluar dari kelas dengan tetap bergandeng tangan, dan dari jauh tampak seseorang sedang memperhatikan mereka seperti sedang memata matainya.

...

Di kantornya devian baru saja menyelesaikan meetingnya dengan beberapa klien, baru saja dia hendak masuk kedalam ruangannya tiba tiba saja ada sebuah pesan masuk, dengan tenang devian membukanya sambil berjalan masuk ke dalam ruangan nya, baru saja beberapa langkah dia berjalan langkahnya terhenti saar dia melihat isi pesan itu, tatapan seperti akan membunuh setiap orang yang di lihatnya, tanpa sadar devian mencengkram ponselnya dengan sangat kuat.

dengan cepat devian langsung menghubungi orang yang telah mengirim pesan pada nya dan orang itu tak lain adalah orang suruhan devian yang di tugaskan untuk memantau naysila secara diam diam

"cari tahu ada hungungan apa antara pria itu dan naysila, ingat jangan samapi ketahuan, dan lakukan dengan benar jika sampai ada kesalahan, kau sudah tahu resikonya" setelah devian berbicara dengan orang di sebrang teleponya, dia langsung mengakhiri panggilan itu.

dia berjalan menuju jendela, menyapu panadangan nya pada seluruh kota yang terlihat dari atas gedung pencakar langitnya, devian tampak berfikir keras, dia tidak bisa percaya kalau naysila akan menghianatinya, tapi hati dan fikiran nya malah meyakini hal yang berbeda hatinya sepenuhnya percaya pada naysila tapi logikanya, melihat dari sikap naysila dan dari cara dulu dia membela adrian yang di buli membuatnya begitu sedih, entah kenapa naysila seperti sangat perhatian pada adrian dan devian jelas tidak menyukainya, baginya naysila hanya miliknya saja.

Devian bahkan hampir lupa pada adrian, tapi setelah melihat poto itu dia kembali mengingatnya dan mengingat saat dia menyelidiki kasus adrian karena perintah naysila.

Setelah melakukan penyelidikan pada adrian devian mencurigai sesuatu sebenarnya, karena apa? karena saat dia menyelidiki kasus pembulian adrian, tidak pernah terjadi hal hal seperti itu, tapi karena sikapnya akhir akhir ini tidak mencurigakan devian membiarkanya, tapi saat ini dia menyesal tidak menyingkirkan pria itu sejak lama, berani beraninya dia mendekati istrinya.

Devian terdiam cukup lama sampai dia tersadar kala seseorang mengetuk pintu

toktoktok

"masuk" perintah devian pada orang yang sedang mengetuk pintu itu, tak lama ana masuk dengan beberapa dokumen di tangan nya.

"pak, ada dokumen yang harus anda tandatangani"ucap ana sambil berjalan masuk ke dalam ruang kerja devian

"simpan saja di atas meja jika sudah selesai aku akan menghubungimu lagi"jawab devian yang langsung melihat lagi ke depan untuk melihat pemandangan kota itu.

Hari sudah sore, naysila berjalan menuju gerbang universitas, kuliahnya hari ini hanya memiliki dua kelas, kelas pagi dan kelas sore.

Naysila meronggah sesuatu dari dalam tas nya, tapi belum sempat dia mendapatkan apa yang dia cari, langkahnya terhenti saat dia menyadri kalau devian ada di hadapan nya, berdiri sambil memliahatnya,

"kak vian" gumam naysial merasa terkejut karena kedatangan devian, tadinya dia mengira akan di jemput oleh aji, tapi ternyata devian yang datang memjemputnya, dia tidak tau dia harus bahagia atau sedih saat devian perhatian pada nya, dia bingung, bahkan saat ini dia sangat canggung berhadap hadapan dengan devian.

"cepat naik" kata devian, menyuruh naysila masuk kedalam mobil, tapi sikap devian berbeda, walaupum dia suka bersikap dingin pada semua orang tapi tidak pada naysila, tapi hari ini..!

Naysial langsung masuk ke dalam mobil tanpa membantah.

Di dalam mobil naysila dan devian hanya saling diam, suasana hening dan sangat canggung, sebenarnya baik itu naysila atau devian mereka sangat ingin berbicara dan saling mengajukan banyak pertanyaan, tapi belum sempat kata kata mereka sampai di bibir nya, kata kata itu seakan tertahan, dan hal itu membuat mereka bingung akan berkata apa hingga sampai mereka sampai di rumah mereka hanya saling diam.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C32
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión