Tanpa ia rasa semalam Gendis tidur sembari mengenggam tangan Erik, padahal rumah sakit menyediakan tempat tidur khusus untuk Gendis. Berupa sofa panjang lengkap dengan selimut, tapi Gendis tak mau tidur di sana. Akan beranjak pergi ketika tak tahan ingin buang air kecil dan besar. Pagi yang sepi, hembusan angin dari balik jendela mulai menyapa wajahnya, Gendis menghirup dalam-dalam aroma pagi yang menenangkan. Gendis sudah bangun dari jam empat pagi, beribadah lalu duduk di samping Erik. Memandangi wajah Erik, beralih memainkan ponselnya untuk membalas pesan dari Mawar. Mawar masih khawatir, terus menelpon— mengirim pesan padahal Gendis sudah meyakinkan bahwa ia tak akan melakukan hal yang pernah ia lakukan dulu.
"Selamat pagi ... Cepat bangun ya, biar Gendis nggak khawatir." Gendis mengusap punggung tangan Erik.
"Ndis ..."
Gendis menoleh. Ada Anggara di sana, berpakaian rapi mungkin hendak bekerja. "Iya Mas,"
"Sudah sarapan?"