"Kamu tidak pernah menjaga Erik dan Fre, menafkahi kami tapi kamu datang lalu menyelakai anakmu sendiri. Di mana hati nuranimu sebagai seorang Ayah, Wijaksono?" Satu tamparan melayang di pipi Wijaksono, tak menyangka, sakit hati yang mendalam bahkan mama tidak tahu harus melakukan apalagi untuk membalas rasa sakit putra keduanya. "Sejak dulu kami tidak pernah meminta apapun padamu, tidak pernah merepotkanmu. Bahkan aku bisa nekat menjual diriku untuk kebahagiaan ketiga anakku, kenapa? Kenapa kamu melakukan ini?" tangis mama tak terbendung. "Hampir tiga puluh tahun lebih semenjak Anggara hadir kamu menyakitiku, aku sudah ikhlas lalu sekarang kamu datang dan memberi luka kembali." mama duduk kembali, menutup kedua wajah dengan tangan. Ia sangat sesak butuh Anggara dan Fredella untuk memeluknya.
"Anara anak kandung saya, Erik anak kandung saya. Saya tidak mungkin merestui mereka."
"Kamu bisa mengatakan baik-baik bajingan!" teriak mama.