Descargar la aplicación
0.57% DIA YANG TAK MEMILIKI HATI / Chapter 2: DENDAM

Capítulo 2: DENDAM

Leo yang sedang menikmati minuman kesukaannya haru terusik. Leo mendatangi kerumunan yang terjadi di depan sana.

Seorang gadis sedang dilecehkan di hadapan banyak orang. Leo menyelempangkan jas-nya di tubuh gadis tersebut.

Setelah gadis itu dibawa menepi, Leo pun sudah sangat siap memberi pelajaran kepada pria yang tidak bermoral itu.

"Mengapa kau menatapku seperti itu? Apakah ada yang salah dari diriku?"

Pria itu dengan sombong berkata. Dia meninggikan dirinya setinggi mungkin.

Tatapan Leo tidak berpaling kepada siapa pun, targetnya satu yaitu pria yang setengah tersadar itu.

Sebut saja nama pria itu adalah Andri. Dia pemuda yang sebelumnya melukai gadis yang ditolong oleh Leo.

Orang-orang sekitar masih menonton pertunjukan yang sebenarnya belum dimulai itu.

"Hei, taun. Kau membawa kemana gadis itu? Mengapa kau tidak mengajaknya ke kamar saja? Aku akan memastikan bahwa gadis itu bisa memberikanmu kenikmatan yang berbeda," kata Andri.

Di bawah kendali minuman keras, Andri terus saja meracau. Mengatakan hal yang tidak jelas, dan terbilang menghina Leo di depan banyak orang.

"Kau datang kemari untuk mencari kesenangan bukan? Mari, aku akan mengenalkanmu dengan banyak wanita yang bisa menemani dirimu di kamar."

Andri menambahkan, bahwa dirinya banyak memiliki kenalan dengan banyak wanita.

Sementara itu, Leo datang kemari bukan sekedar mencari kesenangan semata. Andri mendekat kepada Leo, sembari membawa satu botol minuman.

Dari jarak satu meter bau alkohol dari mulut Andri sudah tercium oleh Leo.

Sebelum Andri melangkah lebih jauh.

Dor ….

Leo mengangkat pistolnya. Andri pun dihadiahkan timah panas di bagian dadanya.

Bruk ….

"Aaaa!" Andri pun ambruk bersamaan dengan teriakan banyak orang.

Tidak ada yang banyak tahu dengan sosok Leo, namun ada sebagian yang mengenal Leo sebagai anggota mafia Setan Merah.

Mereka yang tahu, maka akan memilih diam saja. Mereka bukan takut, tetapi orang-orang yang mengenal bagaimana bengisnya anggota Setan Merah, maka tidak akan mencari masalah dengan Leo.

Setelahnya Leo pun pergi meninggalkan klub malam yang kacau balau tersebut. Satu orang telah tewas, hanya karena melecehkan seorang wanita.

"Pulanglah! Dan jangan pernah kembali lagi kemari!"

Leo melemparkan satu tumpukan uang lembaran dengan pecahan senilai 100 ribu, kepada gadis yang dirinya tolong tadi.

Gadis tersebut sampai ternganga ketika melihat jumlah uang yang pemuda itu berikan.

"Terima kasih banyak, tuan!" Dia berteriak ketika Leo yang sudah pergi meninggalkan klum tersebut.

"Aku sangat beruntung. Siapa nama pria itu?"

Ada getaran lain yang dirasakannya. Leo sudah memperlakukannya dengan sangat baik. Leo, menjadi pria pertama yang berani menolaknya.

Gadis itu merasa penasaran. Siapakah nama pria yang sudah menolongnya itu?

****

Malam semakin larut, tetapi tidak ada sedikitpun rasa lelah yang dirasakan oleh Leo.

Dirinya masih mengemudi di jalan raya dengan mobil car super mewahnya. Melaju di jalanan ibu kota yang masih tetap ramai meskipun sudah tengah malam.

Prinsipnya. Semakin malam maka semakin ramai. Anak-anak muda banyak yang nongkrong dan melakukan balap liar.

Leo pun menyaksikan salah satu kegiatan balap liar tersebut.

"Halo, apakah ini kantor polisi?"

"Ya, tuan ini siapa?"

"Nama itu tidak penting. Saya hanya ingin melaporkan. Bahwa ada aksi balap liar yang terjadi di dekat jalan M.H Thamrin," kata Leo menjelaskan.

"Cepat kemari. Sebab balap liar ini sudah sangat meresahkan masyarakat sekitar," tutup Leo.

"Baik, kami akan segera ke lokasi," ujar petugas kepolisian.

Leo pun menutup sambungan teleponnya. Rupanya tadi Leo menghubungi salah satu kantor polisi setempat, untuk melaporkan kegiatan balap liar yang terjadi di sekitaran jalan M.H Thamrin.

Beberapa saat kemudian. Suara sirine dari mobil polisi pun mulai terdengar. Semuanya kocar-kacir melarikan diri. Mereka para pemuda yang melakukan aksi balap liar pun menjadi sasaran dari tim kepolisian.

Satu persatu dari mereka pun dikejar. Terjadi kejar-kejaran karena pemuda-pemuda di sana mencoba untuk meloloskan diri mereka dari pengejaran petugas kepolisian.

Keadaan jalan menjadi kacau balau. Aksi balap liar pun berhasil dihentikan dan tidak akan membuat masyarakat sekitar menjadi resah.

Leo yang masih berada di sekitaran jalan itu, akhirnya pergi meninggalkan area tersebut. 

****

Sampai di rumah. Leo pun menjatuhkan dirinya langsung di atas tempat tidur.

"Astaga, hari yang sangat melelahkan. Akhirnya aku bisa berbaring di rumahku, setelah satu minggu aku tidak pulang ke rumah."

Membentangkan tangannya. Leo merasa seluruh tubuhnya sudah lurus, yang sebelumnya dia terlalu sibuk berjalan kesana kemari.

Leo mulai memejamkan kedua matanya. Rasa kantuk mulai menyerang dirinya. Leo merasa sudah tenang dan beban tugasnya selama satu minggu terakhir ini telah selesai.

Dreeet ….

Di sela-sela istirahatnya, mendadak ponsel yang ada di sampingnya berdering, dan membangunkan dirinya.

Tertulis dari bos besar. Leo dengan segera menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Halo," katanya menyapa.

"Selamat malam kesayanganku," balas seseorang yang jauh di sana.

Seraya berbaring Leo pun menjawab setiap perkataan dari orang yang sedang tersambung dengan dirinya, Via sambungan telepon.

"Kosongkan jadwalmu besok pagi," kata orang yang dianggap oleh Leo sebagai bosnya.

"Untuk apa bos? Mengapa aku harus mengosongkan jadwalku besok pagi? Bukankah masih ada barang-barang yang harus kita antar ke perbatasan?" beber Leo.

"Lupakan hal itu. Untuk sekarang aku ingin kau mengosongkan jadwal dirimu besok pagi. Ada hal yang ingin aku diskusikan dengan dirimu. Apakah sudah jelas permintaanku ini?"

"Baiklah, bos. Aku akan mengosongkan jadwalku besok."

"Jam 9 pagi di restoran Borobudur!" serunya dan menutup sambungan telepon.

Leo pun melempar ponselnya dan dirinya kembali memejamkan matanya. Dia harus beristirahat karena besok masih ada banyak tugas yang perlu diselesaikan.

****

Dor ….

Suara letusan senjata tajam terdengar jelas. Seseorang ambruk dengan cepat di atas lantai.

"Ibu!"

Remaja belia yang masih memakai seragam sekolah pun, berlari dari pintu masuk menuju ruang tamu.

Sementara itu beberapa orang berpakaian hitam dan memakai topi pun, keluar dari rumah melalui halaman belakang.

"Ibu!" Remaja itu memeluk dan memaku wajah ibunya dalam pangkuannya.

"L-eo ….," katanya terbatah-batah.

"Aku di sini. Aku tidak akan meninggalkan ibu. Aku akan menyelamatkan ibu."

Dia panik ketika melihat tubuh ibunya yang bersimbah darah di bagian kepalanya. Remaja itu mencoba mencari ponselnya yang entah di mana?

Ketika panik, memang sulit untuk menemukan sesuatu, meskipun benda tersebut ada di sekitar.

"Leo." Ibunya menyentuh pipi putranya.

Suaranya terpatah dan napasnya pula sudah sudah engap-engapan.

"Aku di sini ibu. Apa yang ingin ibu katakan padaku. Katakan saja Ibu," pinta remaja kecil itu.

"Sa-yang. Ma-afkan Ibu, karena tidak bi-sa meli-ndungimu …."

Itu adalah hembusan napas terakhirnya. Pesan singkatnya kepada putra satu-satunya itu.

Kata maaf menjadi penutup dirinya kepada Leo. Anak laki-laki yang berusia 15 tahun tersebut.

"Ibu!!"

Teriakannya sungguh besar. Penyesalan sudah pasti ada.

Leo pun tersadar dari tidur panjangnya. Dirinya bangun dengan keadaan yang berkeringat.

Napasnya terong song. Leo terlihat sangat ketakutan dan cemas. 

"Itu hanya mimpi," katanya.

Dia mencoba menjernihkan pikirannya. Mengusap wajahnya dan bergegas membersihkan ke kamar kecil.

Leo memandang wajahnya di cermin. Dia masih memikirkan mimpinya tadi. Dengan begitu Leo ingat kembali dengan sumpah 10 tahun yang lalu.

"Aku akan membalaskan perbuatan kalian kepada keluargaku! Aku bersumpah!"

"Aku Leo Sukma Atmaja bersumpah. Akan membunuh semua orang yang sudah berani membunuh Ibuku. Aku tidak akan berhenti sebelum menguburkan jasad kalian semuanya!"

"Aku Leo Sukma Atmaja, akan menjadi penguasa terkuat yang akan membuat kalian berlutut di bawah kakiku! Itu sumpahku kepada ibu."

Leo sudah menutup buku kisahnya 10 tahun yang lalu. Meskipun demikian dirinya masih sering terbayang dalam benaknya.

Hari dimana kematian ibunya adalah menjadi hari kebangkitan bagi Leo. Dirinya yang hanya sebatas remaja 15 tahun itu, kini sudah bertransformasi menjadi pemuda dingin.

Kata maaf tidak akan berlaku baginya. Dan sebaliknya Leo akan bertindak jika yang ada di hadapannya adalah seorang penjahat.

****

"Seorang pecundang tidak akan pernah memilih tempat di dunia ini lagi. Sebaliknya, alam baka yang akan mereka tinggali."


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C2
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión