Descargar la aplicación
6.73% Dear Adam (Indonesia) / Chapter 28: Sebuah Luka 2

Capítulo 28: Sebuah Luka 2

"Langit begitu mendung, seperti hati yang terlihat saat ini. Resah dan gelisah dalam menunggu kekasih idaman tak juga datang menyapa," batin Khadijah di balkon rumahnya, ia terbayangkan akan sosok Rumi, lelaki yang senantiasa ia sebut dalam doanya.

Khadijah mengingat kejadian dua hari lalu saat di antar ke Rumah Sakit, ia merasakan sangat sejuk bila di dekatnya. Ia pun ingin waktu menghentikan antara dia dengannya.

"Ya Allah, aku ingin sekali, jika mas Rumi yang menjadi kekasihku, tapi aku tak ingin merusak imannya dengan rasa cinta ini," gumam Khadijah.

Sebuah ketukan pintu dari luar kamarnya, ia pun berjalan melangkah.

"Uh, jam segini siapa sich ganggu aja lagi ngelamun calon imamku," gumam Khadijah.

Khadijah membuka pintu kamarnya perlahan-lahan.

*

"Arrgh, Firman!!!" rintih kesakitan Aisyah, air ketuban mulai pecah, menginggat usia kandungannya sudah tua.

Aisyah tidak kuat lagi, namun Firman dan Kiai Abdullah tidak mendengar panggilan Aisyah. Kondisinya semakin lemah dan tak berdaya sama sekali. Hanya doa dan sholawat nabi selalu ia baca dalam hati.

"AISYAH!" Firman shock melihat istrinya tak berdaya, air ketuban dan darah mengalir, lalu Firman segera mengendong sang istri.

"ABI!!!!"

Kiai Abdullah terkejut melihat menantunya tidak berdaya. Ia pun segera memanggil sopir keluarga.

Firman dengan panik memasukan Aisyah ke dalam mobil seolah sudah tak kuat menghadapi rasa sakit, karena pendarahan.

"Firman, abi ikut," ucap Kiai Abdullah.

"Ayo, Bi," balas Firman yang hendak menyalakan mesin mobil.

Kiai Abdullah sudah masuk mendampingi mereka, lalu Firman segera menyalakan dan menjalankan mobilnya. Firman terus berdoa agar keadaan calon anaknya dan istrinya baik-baik saja.

Jalanan kota Magelang macet, karena terjadi pohon tumbang membuat mobil tidak bisa bertahan

"Mas, aku nggak kuat lagi," rintih Aisyah dengan napas yang sudah diambang batas.

"Bertahanlah, Aisyahku. Kau pasti bisa melewati semua ini," bisik Firman.

Firman mulai mengambil keputusan untuk membawa Aisyah dengan mengendongnya hingga menuju ke Rumah Sakit atau klinik terdekat.

Saat di tengah jalan, Firman menemukan andong yang kebetulan lewat. Tanpa berpikir panjang, Firman meminta kusir andong membawa dia dan istrinya ke klinik atau rumah sakit terdekat.

"Aisyahku, bertahanlah sayang," beberapa kali Firman mengecup puncak kening Aisyah, lalu membisik beberapa kata-kata, agar Aisyah bisa bertahan.

Andong masih berjalan, karena menurut sang kusir dalam jarak satu kilometer akan ada klinik kandungan terdekat.

Tiga puluh menit, mereka sampai. Firman segera menuju masuk ke klinik. Bidan klinik kandungan itu segera menangani Aisyah.

"Saya mohon, bu. Selamatkan istri dan anak saya," pinta Firman.

Firman mulai berdoa dari luar ruangan dimana Aisyah dirawat. Ia merasa bersalah, jika terjadi kepada salah satu dari mereka.

Dokter kemudian keluar, dan menyatakan, kalau Aisyah meninggal pada pukul 22.00 waktu setempat dengan melahirkan bayi perempuan.

Suster segera membersihkan bayi perempuan itu, tangis penyesalan Firman yang selama ini telah menyia-nyiakan perempuan yang menjadi istrinya, kini hanya sebuah jasad tanpa nyawa.

Bayi berjenis kelamin perempuan itu diberikan ke Firman, terlihat lucu dan mengemaskan. Ia segera mengadzani dan mengiqomati putri cantiknya.

Firman memberikan nama Balqis Aisyah Putri Firman. Nama yang akan terus mengingatkan mendiang istrinya.

Keesokan harinya jenazah Aisyah segera di kuburkan di Pemakaman  umum terdekat. Di makamkan di sebelah makam mendiang ibunya.

Firman ikut memasukkan jenazah Aisyah ke dalam liang kubur. Suasana kediaman keluarga Kiai Abdullah kembali dalam duka. Namun, ada kebahagiaan dengan kehadiran Balqis putri dari Firman.

Balqis mewarisi kecantikan dari Aisyah ibunya, Firman berjanji akan menjaga Balqis, dan tidak akan menikah lagi dengan perempuan mana pun, karena ia akan fokus terhadap putri kecilnya.

"Cukup dia bagiku, maafkan aku Aisyah, karena aku belum bisa mencintaimu dan membahagiakanmu. Sungguh, bodoh diri ini telah menyia-nyiakan rasa cintamu dan kesabaranmu," batin Firman sambil memeluk Balqis.

Kiai Abdullah begitu sedih melihat keadaan seperti ini, ia merasa kalau ini karmanya, "Cobaan apa yang akan dialami keluargaku kembali. Ya Allah apa dosa hambamu, sehingga kau berikan ujian penuh duka terhadap keluarga hambamu ini."

*

Rania menikmati pemandangan di tepi kolam sendirian.

"Rania, udah malam," tegur Ayass.

"Mas Ayass?" Rania menoleh menatap lelaki yang pernah jadi suaminya, kini hanya sebagai mantan suaminya.

"Ran, bintangnya bagus yaa?"

Rania hanya diam duduk di kursi roda, karena ia masih merasa bersalah dengan Ayass.

"Ayass, maafin aku sekali lagi," ucap Rania, merasa bersalah. Ia mengingat kejadian masa lalunya.

Ayass menghela napas perlahan-lahan," Aku sudah memaafkan kamu, karena ini bukan kesalahanmu, Ran. Ini salah mas, dan mungkin ini takdir yang sudah digariskan oleh Allah SWT."

"Tapi,"

"Ini udah malam, Ran. Biar mas bantu kamu," sela Ayass, ia tidak ingin berdebat malam ini, dan ia tidak mau kondisi Rania buruk. Baginya, cukup membuat bahagia Rania adalah hal yang paling indah.

Ayass membawa Rania masuk ke dalam rumah, ia sudah mengikhlaskan semuanya. Karena, cinta adalah perihal mengikhlaskan.

*

"Aku mengingat bagaimana Rendra dengan Farhan. Keakraban diantara mereka," batin Mawar

Ketika, Rendra berpamitan pulang, tiba-tiba dia melamar Mawar di hadapan putranya yang sedang ia gendong.

Beberapa jam lalu,

Flashback,

"Mawar, aku mau pamit pulang balik ke hotel," ujar Rendra. "Bye Farhan," tambahnya sambil tersenyum.

"Da da da, Om" ucap Farhan dengan nada cadel sambil melambaikan telapak tangan kanannya ke Rendra.

Farhan sudah bisa bicara, meskipun masih cadel dan tidak jelas.

"Mawar, aku boleh bilang sesuatu sama kamu?"

"Apa, Rendra?"

"Mau, kah kau menikah denganku?"

Mawar hanya mampu menelan air ludahnya, seakan lidahnya tertelan. Ia seakan kehabisan kata-kata. Hatinya berasa berdegup kencang, aliran darahnya mengalir begitu deras.

"Mawar, kamu boleh jawab kapan pun, aku akan setia menunggu jawabanmu, dan pikirkan untuk Farhan dia membutuhkan sosok ayah," ucap Rendra.

"Farhan sudah punya ayah kandungnya, kamu nggak perlu daftar repot-repot buat mencalonkan, jadi ayahnya," Adrian muncul tiba-tiba, seperti tanpa diundang.

Mawar merasa sebal dengan sikap Adrian, namun tak dipungkiri. Seberengsek apapun lelaki itu, tetaplah ayah kandung Rendra, dan lelaki yang masih ia cintai.

"Simpan semua harapanmu, bro.Dia adalah milikku, dan nggak ada yang boleh miliki mereka, kecuali aku,"ucap Adrian memeluk bahu Mawar, lalu mengecup pipi Farhan.

Mata Mawar membulat menatap Adrian, sedangkan Rendra menatap nanar bayangan mereka.

"Maaf, kalau ini sebuah kesalahan. Lupakan saja apa yang tadi aku katakan kepadamu, War. Kalau begitu aku pamit dulu," ucap Rendra,"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam, Rendra," balas Mawar.

Rendra membalikkan badan dan melangkahkan kakinya menjauh dari apartemen milik Mawar.

Flash back Off.

"Sungguh di luar kendaliku, kemunculan kembali Adrian membuatku tak bisa melupakannya," batin Mawar menatap Farhan yang tertidur lelap di sebelahnya,"Malaikat kecilku, jangan tinggalin bunda ya," kecup sayang Mawar di kening Farhan.

*

Firman merasa sangat menyesal sekali ketika melihat putrinya harus kehilangan seorang ibu. Ia merasa cukup bersalah terhadap Aisyah yang selalu saja dia sakiti hatinya. Air matanya menetes begitu saja ketika mengingat sebuah kesalahan yang tidak pernah mungkin bisa dia perbaiki kembali.

Kemudian Firman  mengubah nama panggilan anaknya yang awalnya Balqis menjadi Aisyah. Dia akan menamai anaknya dengan nama yang sama dengan ibunya. Dia berjanji akan membahagiakan Aisyah di atas segalanya.

Firman mendekap Aisyah kecil dengan begitu hangat. Dia memberikan sebuah kasih sayang dan janji akan selalu memberikan sesuatu yang terbaik.

" Semua ini memang kesalahan ayah. Ayah janji akan merawat kamu dengan baik dan penuh dengan rasa kasih sayang. " Firman mengecup kening Aisyah kecil.

*

Khadijah sangat bingung sekali dengan beberapa tesis yang telah dia kerjakan selama ini. Kemudian dia melakukan konsultasi dengan dosen pembimbingnya.

Setelah selesai Khadijah melakukan konsultasi. Dia kembali untuk mengerjakan tesis tersebut. Dia tidak ingin diganggu dengan siapapun maka dari itu dia memilih untuk sejenak menyewa sebuah apartemen selama sebulan.

Selama satu bulan penuh Khadijah selalu berkutat dengan laptopnya. Dia bahkan mencari beberapa riset untuk tesisnya. Dia tidak ingin diganggu dengan siapapun yang ingin bertemu dengan dia.

Berulang kali Khadijah bertemu dengan dosen pembimbingnya walaupun sering kali mendapatkan penolakan berupa revisi ulang. Dia berusaha keras agar bisa lulus dari S2.

*

Rumi terlihat sangat santai sekali hari ini. Dia bahkan rela bekerja part time di sebuah Kedai Kopi. Dia selalu menyempatkan diri untuk bekerja agar mendapatkan uang yang cukup.

Kedai Kopi Art terlihat sangat ramai sekali. Beberapa pengunjung datang dan pergi begitu saja namun menambah sebuah pemasukan di kedai kopi Art.

"Akhirnya selesai juga. " Rumi menggumam dalam hati kecilnya karena jam kerjanya telah usai pukul sepuluh malam. Dia masih bersemangat untuk menjalani kehidupannya.

 


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C28
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión