Descargar la aplicación
39.62% Dare to try / Chapter 21: PRAHARA CINTA

Capítulo 21: PRAHARA CINTA

Suatu hari, ketika Hasann sedang ada disana, datang teman kosnya Ririe yang bernama Tati, seorang sekretaris di salah satu dealer mobil di Bandung , ia datang bersama seorang lelaki tinggi, tampak perlente dengan setelan jasnya turun dari mobil sedan mewah,warna hitam.

Mereka pun bergabung duduk diruang tamu itu.

"Kenalin Rie ini Richard teman aku," kata Tati. "Richard ini anak sulung yang punya kantor tempat aku kerja Rie," katanya lagi sambil sedikit menoleh ke Hasann.

Tati terus aja menceritakan si Richard ini , meski ada Hasann disana.

"Dia masih lajang, baru lulus dari Harvard Business University,Boston Amerika," Tati meyakinkan Ririe.

Richard memang tampak ganteng ,tinggi dengan sisiran rambut yang rapi, hidung agak mancung, dan dengan pakaian stelan jas yang sudah tentu mahal , dia tipe cowok indo gitu.

Sementara berbincang-bincang ,Richard yang banyak diam diawal pertemuan itu mengeluarkan roko dan membakarnya.

Sambil sesekali merespon, Richard menarik kertas alumunium bungkus rokoknya dan mulai membuat sesuatu dengan kertas itu , cukup cepat dan trampil . Ternyata dia bikin setangkai bunga bagus sekali berwarna keemasan mengkilap dari kertas alumunium rokonya.

Dan dia menyerahkan bunga itu ke Ririe !!

Hasann mulai engga enak melihatnya.

"Ini buat kamu, sebagai tanda cinta saya ?" kata Richard tampak begitu gentle.

Tati menoleh ke arah Hasann dengan dagu sedikit diangkat. Ia bangga dengan aksi Richard . Tapi Hasann merasakan pandangan Tati ini sedikit sinis, entah kenapa ia engga paham dengan maksudnya.

"Hehehe...yaa engga bisa terburu-buru begitu dong Richard kita kan belum kenal hehe," jawab Ririe senyum-senyum. Tampak ia kesenangan, menurut pandangan Hasann.

Hanya jawaban itu yang Hasann dengar dan lihat dari Ririe menanggapi tawaran Richard itu, selanjutnya ia engga menyimak lagi. Ia memalingkan mukanya.

Akhirnya karena Ririe engga mau menerimanya, bunga itu dibuang Richard kesampingnya.

Engga berapa lama kemudian, Tati dan Richard ijin memisahkan diri. Dan Hasann pun langsung berdiri meninggalkan Ririe sendirian disana.

"Saaaaaannn ...teriak Ririe, Saaan... !" Ririe celingukan ,bingung dengan sikapnya.

Tapi Hasann tidak memperdulikan lagi, dia menghidupkan motornya dan memacunya pergi meninggalkan kosan itu.

"Brengsek !!" dalam hati Hasann, engga akan mau lagi dia sama Ririe.

Hasann marah dan tersinggung atas sikap Ririe dihadapannya.

..........

Merasa ada kekosongan dalam hidupnya setelah ia memutuskan untuk tidak lagi mengunjungi Ririe, suatu hari sepulang mengajar, Hasann menyempatkan untuk mengunjungi anak didiknya Fajar dan adiknya Dewi dirumah mereka.

"Hai...apa kabar Fajar? kamu makin tinggi aja sekarang, sudah berkumis lagi, kata Hasann yang juga menyapa Dewi adiknya...apa kabarnya Dewi...masih rajin yaa kamu belajar?!"

"Masih Pak," jawab Dewi tersenyum malu-malu.

"Ada masalah engga dengan pelajaran di sekola sekarang ? Mungkin ada yang bisa saya bantu mumpung ada waktu nih," katanya. "ayoo keluarkan buku matematika kalian nanti saya terangkan," Hasann memberi semangat.

Merekapun asyik berkumpul dan membahas soal-soal matematika . Diakhir perjumpaan nya Hasann mentraktir mereka makan mie bakso yang kebetulan lewat.

"Kebetulan nih , kita makan bakso dulu yaa...kali ini saya yang traktir ," kata Hasann.

"Sudah lulus ya Pak kuliah S2 nya?" tanya Dewi tiba-tiba sambil makan baksonya.

"Ooh puji Tuhan sudah Dew, kamu tahu juga yaa?"

"Hehehe...iya tau, dikasih tau pa Bambang itu loh paa," jawabnya. Pak Bambang adalah teman kuliahnya Hasann yang dulu dia kasih informasi tentang lowongan guru matematika disekolahnya si Fajar.

"Ohh yaa, masih ngajar disana yaa pa Bambang?" tanya Hasann sambil mengalihkan pandangannya ke Fajar.

"Masih Pa !" jawab Fajar.

Hasann langsung pulang kerumah selesai pertemuan itu, dan langsung masuk kamarnya.

Ia langsung duduk di kursi kamarnya dan menghembuskan nafasnya dengan cepat. Huuuh...capek juga, dia pikir.

Padahal biasanya kegiatan yang lebih banyak dan berat pun dia bisa lalui , tapi hari ini terasa berat. Sesekali pikirannya melayang ke Ririe, dia menyesalkan sekali sikap Ririe dan seakan kejadian di meja ruang tamu kosannya itu berputar kembali di ingatannya. Hasann pun cepat meraih handuknya dan berangkat mandi.

Sama halnya dengan Ririe , dia juga syok mendapati Hasann sepertinya tidak acuh terhadapnya setelah kejadian itu. Nyesek rasanya !

Kembali ia menuliskan curahan hatinya di buku diary nya.

Dear diary,

Nyesek rasanya dada ini, hiks...kenapa jadi begini ? jangankan menyentuhku, melihatku saja rasanya sudah males-malesan dia. Oooh periih rasanya, apalagi sewaktu dia dekat dengan seseorang didepanku...uuuh rasanya seperti ditusuk-tusuk hati ini, engga kuat aku melihatnya... .

Rasanya aku engga bikin kesalahan apa-apa , aneh juga itu orang !

Sudah berapa kali Ririe mencari waktu untuk menjelaskan persoalannya ke Hasann.

"Sudah laaah aku sudah tau apa yang mau kamu omongin ..., sudah jelas buat aku Rie...! aku kecewa, aku mau istirahat dulu, jangan ganggu aku yaa !" kata Hasann sambil berlalu meninggalkan Ririe yang diam terpaku. Ia engga bisa menahan satu titik airmatanya yang jatuh ke pipinya. Hanya satu titik. Perih rasanya !

Tidak ada lagi kehangatan , dekapan dan ciuman dipipinya...terasa diiris-iris rasanya hati Ririe diperlakukan demikian . Dasar laki-laki egois ! pikirnya sambil menyeka airmatanya.

Di kamar kosnya, Ririe menangis terus.

Dear diary,

Brengsek tuh cowok, masa aku minta waktunya aja engga bisa, norak ! egois !

Pediiih rasanya disakiti gini, aku lebih baik engga pernah kenal sama dia dear diary.

Dia harus bertanggung jawab atas perasaanku yang hancur ini. Harusss ! hu hu huuu... .

Kesaaal , sediih aja bawaannya Ririe, sampai makan malamnya pun terlewatkan.

Selang beberapa waktu kemudian,

Hasann ingat sebelum mendengar kabar kalau ibu Ririe 'katanya' sudah pindah mengajar di Semarang. Waktu itu Ririe mendekati Hasann yang sedang memarkir motornya

Ririe mendekatinya dan menyapa, "Kok baru datang San ? biasanya paling pagi ?"

"Aaah biasa aja, tadi agak macet sih dijalan, jawabnya asal sambil merapikan pakaiannya, ayo kita masuk saja?!" ajak Hasann engga mau berlama-lama disana.

Uuuuh kesal rasanya hati Ririe mendapati sikapnya seperti ini, tapi dia berusaha menahan kesedihannya.

Ririe berkata sepertinya kali ini dia ingin didengarkan, "Hari ini aku pulang lebih cepat karena ada urusan diluar, aku sudah ijin sama ibu Hermin. "

"Ooh yaa !"cuma itu responnya dari Hasann.

Ririe menghentikan langkahnya sebelum masuk ke ruang guru. "San...maafin aku yaa kalo aku salaaah?"ucapnya perlahan agak memelas.

Hasann seakan engga mendengar, ia menoleh kebelakang sebentar trus meninggalkan Ririe yang berdiri di ambang pintu . Hasann masuk lebih dulu ke ruang guru.

Ririe pun menyusulnya tertunduk dengan hati periiih sekali ! sombong sekali Hasann, dalam hatinya.

Dear diary,

Terpaksa aku harus meninggalkan semua kenangan manis ini,

aku akan buang semua angan-anganku jauh, jauuuuh.

Aku harus melanjutkan hidupku, aku belajar dari kesalahan ini.

Titip salam dan kata maaf ku ya dear diary. no body is perfect !

Dan Ririe pun mengahiri buku diary nya, dia menutupnya dan melemparkan asal kesudut kamarnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C21
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión