Seperti ada yang bilang,
'Cinta itu dirasakan, seperti ketika Tuhan menepuk pundak kita.'
Banyak guru baru di Sekolah Berdikari itu seiring dengan perluasan gedungnya, dan diantara mereka ada seorang guru wanita muda yang kelihatannya mulai menunjukan perasaannya ke Hasann.
Dan disuatu pagi diruang guru ,
"Pa Hasann... , kebetulan saya bawa dua bungkus , nih buat bapa," kata ibu Ririe , guru bahasa Inggris yang langsung menyodorkan sebungkus nasi kuningnya.
"Ooh... saya sudah sarapan sih Bu, trimakasih," jawab Hasann sambil memegang bungkusan itu hendak mengembalikan.
"Enggak apa-apa pak Hasann, diambil saja mungkin nanti lapar lagi, kan ? jadi engga susah-susah harus cari makanan. Lagian itu enak pak...bersih lagi. Saya sudah berlangganan beli disana," kata bu Ririe nyerocos sambil menatap pak Hasann dengan senyumnya yang manis.
"Ooh ...hahaha...iya deh, trimakasih ya bu Ririe, boleh nih sering-sering hahaha," canda Hasann jadinya menerima pemberiannya.
Bu Ririe cuma tersenyum saja, gembira melangkah kembali ke meja kerjanya. Sesampainya di meja, sambil duduk ia menolehkan kepalanya ke Hasann yang kebetulan ia juga masih memperhatikannya...sejenak mereka menatap dan saling melempar senyum.
Keakraban di ruang guru itu terjalin dengan harmonis antara satu guru dengan guru lainnya. Sering mereka yang kebetulan membawa bekal makanan banyak atau sekedar kue-kue dibagi-bagikan ke guru lainnya.
Kelihatannya bu Ririe, guru baru ini menaruh hati sama Hasann, dia mencari-cari waktu untuk bisa ngobrol dengannya.
"Pak Hasann , saya dengar bapak lagi nerusin kuliah S2 ya Pa ?" ia memulai pembicaraannya.
"Ooh iya...kok Ibu tau?"
"Hm saya dikasih tau ibu Hermin, Kepsek Pak ," jawabnya "tapi semua juga sudah tau sih pak, kan pak Hasann cukup dikenal disini... " katanya sambil ketawa kecil memicingkan matanya. Ia tersenyum manis.
Hasann yang masih belum kepikiran apa-apa, cuma melihat saja sedikit lesung dipipinya sewaktu tersenyum...hm. langsung ia teringat akan Ayu Sari Dewi, dimana dia sekarang yaa ? pikirnya.
Hasann pun mulai sengaja mencari informasi mengenai keberadaan Ayu melalui teman-temannya.
Henry teman sekelasnya sewaktu di klas 7 memberi kabar, "Ayu di Jakarta San !" katanya. Hanya itu informasi yang didapat ,tapi Hasann mendapatkan nomor telpon Ayu.
Hanya saja ia engga berani menghubungi Ayu, masih merasa belum merasa akrab untuk langsung chat dengannya.
Hasann pun larut dengan kesibukannya.
Kuliah S2 nya tinggal 1 semester lagi, ia pun kadang minta ijin untuk pulang lebih awal dari jam mengajarnya kalau ada presentasi di kampusnya atau kegiatan penting lainnya di perkuliahannya.
Sedangkan kalau di kampusnya, ada Gabriela yang Hasann suka, gadis tinggi kayak atlit asal Kota Kudus, Jawa tengah yang sama-sama ambil S2 Matematika . Sering ia mencuri-curi pandang ke dia, yang menurut Hasann agak unik berbeda tipe dengan Ayu, idolanya sewaktu kecil.
Gabriela sendiri tampaknya tahu kalo Hasann menyukainya, tapi dia agak pasif menunggu aksi dari Hasann.
Yang Hasann tau , ia pernah melihat Gabriela lari tergopoh-gopoh mencari tahu dengan siapa Hasann berfoto ria di kampusnya. Dari kejadian itu ia pun tahu kalau Ela, nama panggilannya, juga sebenarnya ada hati dengannya.
Ela berkulit putih, rambut sebahu gayanya agak tomboy, kelihatan pintar dari rupa wajahnya. Hanya Ela ini tipe wanita yang kelihatannya susah untuk didekati, engga seperti bu Ririe, yang lebih supel dan sederhana.
Pernah Hasann memberanikan diri mampir di kosannya Ela untuk sekedar berbincang-bincang, tapi disana rupanya sudah banyak tamunya, semua lelaki. Dari logat bicaranya, mereka mungkin dari kota asalnya Kudus yang sedang bersilahturahmi ,dan tampaknya mereka sudah saling mengenal dekat.
Mereka bergurau dan tertawa-tawa ramai sekali. Hasann pun merasa agak terpojok posisinya dan jadi bahan sindirannya, meski ia engga terlalu paham dengan candaan mereka.
Tapi Hasann sempat memperhatikan , Gabriela yang sengaja berdiri dan beranjak dari duduknya untuk melihat ke arah parkiran kendaraan. Sepertinya ia mencari tahu kendaraan apa yang Hasann bawa saat itu. Hasann pun tahu, kalo Ela mungkin mengharapkan ia mengendarai mobil kesana.
Yaaah darimana aku bawa mobil kemari...? kembali ia merasa kecil. Nyetirnya aja engga bisa, batinnya.
Patah sedikit hatinya Hasann mendapat pengalaman seperti ini, padahal Ela sepertinya tipe wanita yang disukainya. Ela nya sih cukup manis, tapi pahit pengalaman yang dirasakan Hasann.
Kembali ketujuan semula, Hasann harus belajar dan menyelesaikan kuliahnya.
Kabar dari keluarganya, Ahmad abangnya yang paling tua ada dirumah .
Ahmad mengeluh...,"Aaah payaaah ...dingin responnya kayak timun kalau ditempat tidur!" katanya sambil tertawa, entah siapa yang dimaksudnya.
Ia melanjutkan , "payaah...masa aku pulang kerja di meja makan engga tersedia apa-apa, kosong aja...! padahal aku kasih uang bulanan cukup besar . Engga seperti yang ada di sinetron televisi !" katanya mengeluhkan istrinya yang mulai bersikap tak acuh .
Ahmad terpaksa berhari-hari nginap dirumah bapaknya dengan membawa satu tas berisi pakaian.
"Aku diusir anakku sendiri !" katanya seperti mau menangis..."pergi luu sana...! gitu...kurang ajar sekali !!" dia cerita sambil sedikit merah mukanya tampak marah sekaligus sedih.
Hasann cuma mendengarkan saja turut prihatin, rupanya Ahmad abangnya ini sedang mengeluhkan Lili, istrinya.
Tapi beberapa hari kemudian abangnya ini bawa seorang cewe... .
"Ini Nani" katanya, si cewe pun merangkul tangan abangnya dengan manja semakin merapatkan badannya.
Hasann pun sepertinya mulai mengerti duduk permasalahannya.
Saat mereka duduk berdua di teras rumahnya,
Hasann menanyakan, "Bang...apa bener langkah abang ini ?...sama cewe itu ? lama kelamaan bisa punya anak lho bang ?!" Hasann mengingatkan tapi juga seperti paranormal dianggapnya.
"Hahaha..." cuma tertawa abangnya ini, yang engga dimengerti oleh Hasann.
Dilain kesempatan, Hasann yang sedang duduk diluar mendengar teriakan abangnya lewat telpon.
"Disanaaaa...!!! , cepat ambil kalo emang mau !!
"Begoo amaat !! minta bantu Wawan buat ambil kalo engga bisa sendiri !!" lagi-lagi teriaknya mengumpat . Ia menyebut nama anaknya.
Dan terdengar suara Lili, istrinya disana bicara kayak terisak-isak mau nangis, seakan-akan sedang mendapat hukuman dari suaminya.
Hasann kemudian tahu kalo yang sedang dibentak-bentak itu istrinya disana. Entah apa yang mereka sedang bicarakan tapi sepertinya Ahmad mau menunjukan ke Hasann kalo ia berkuasa atas istrinya.
Hasann cuma berdiam diri saja, ikut prihatin dengan apa yang dilihat dan didengarnya.
ketika Hasann menanyakan perihal kekisruhan rumah tangga abangnya itu,
"Si Lili nya yang duluan ada main sama guru disekolahnya Wawan," cerita ibunya. Tapi entah pihak mana yang memulai keruwetan ini , apakah benar istrinya yang berselingkuh atau abangnya yang duluan dengan cewe itu. Hasann cuma menghela nafasnya dengan kasar.
"Pusing hidup seperti itu !" pikirnya.
Ia pun meninggalkan abangnya dan masuk ke kamarnya untuk terus mengerjakan tugas-tugasnya.
Aku harus banyak belajar dari semua ini, dalam hatinya.
Tuhan memang maha adil, Ahmad , abangnya ini cukup berhasil dalam pekerjaannya. Selain membantu ibunya berjualan sate, ia menjalankan usaha jual- beli sepeda motor bekas. Ia diberkahi kepintaran berdagang dan materi yang cukup, tapi juga cobaan dalam hidupnya cukup berat.
.........
Dunia Hasann agaknya berbeda. Kembali ke ruang guru yang selalu hangat dan menyenangkan itu,
Suasana di ruang guru menjadi hiburan bagi Hasann karena ada keakraban antar guru disana...membuat pekerjaan itu menjadi ringan dijalankan setiap harinya.
"Si Alexander itu pintar tapi nakalnya bukan main, masa setiap hari harus ditegur terus, cape saya kadang. Tapi setiap kali dapat hukuman, dia bisa mengerjakannya ! Jadi harus bagaimana ini yaa ?" cerita pak Wiseno guru matematika kelas 3, yang mempunyai brewok di wajahnya sambil senyum-senyum.
Guru-guru lain cuma mendengarkan saja, tapi ibu Asti guru fisika yang termasuk angkatan baru disana cepat menjawab.
"Saya sih kalo ada anak nakal dikelas , 'tak tegur aja langsung... dan langsung saya panggil dia kedepan... saya suruh dia berdiri menggantikan saya mengajar murid-murid lainnya. Biar tahu rasa dia !" katanya dengan logat Surabayanya yang kental.
Ibu Ririe langsung mengomentari , "Waah bahaya ituuuu... jangan ! nanti kalo dia bisa ngajar dan lebih baik dari bu Asti bagaimanaaa? komentar ibu Ririe bercanda'in , hilang dong pekerjaan bu Asti ?" katanya sambil tersenyum.
Dan kontan mengundang gelak tawa semua.
"Hahahahaha...bisa aja bu Ririe !" kata guru lainnya.
Hasann jadinya ikut nimbrung , "Kasih soal yang agak sulit aja kalo gitu pak Wiseno..."katanya nyambung.
"Oooh gitu yaaa...hahaha."
"Iya coba aja pa, nanti saya bantu siapkan dah, sekalian ngetest masih mampu engga dia ? kata Hasann sambil tertawa juga.
Hasann melanjutkan kalimatnya , "Kalo dia masih bisa juga menyelesaikan soal yang sulit itu... nanti ada baiknya kita adakan lomba matematika aja , kita cari penantang baru buat si Alexander ini " katanya semangat.
"Hahaha ... bagus juga idenya pak Hasann" kata guru yang lain. "Kita adakan olimpiade matematika kecil-kecilan ...gitu yaa pak Hasann ?"
"Iya bisa juga seperti itu, mungkin menarik juga yaa?"
Ibu Ririe ikutan semangat, "Iya bagus pak, nanti kalo berhasil, saya bikin juga lomba mengarang dalam bahasa Inggris, atau pidato."
Hasann pun menoleh ke arah bu Ririe, yang sepertinya ia sedang menunggu Hasann untuk melihatnya. Keduanya saling bertatap-tatapan.
Ibu Ririe ini asal Semarang ,guru baru angkatan tahun lalu , masih lajang , langsing , tinggi cukup dengan rambut hitam sebahu.
Oooh lesung pipitnya itu, mengingatkan dia sama Ayu Sari Dewi lagi dalam hati Hasann. Jantungnya berdetak agak kencang.
Dia pun memalingkan kepalanya sambil menatap kosong melihat kedepan bawah. Tapi ia langsung menepis lamunannya, engga ada gunanya memikirkan Ayu, dalam hatinya.
Belum lama ini , Ayu memposting foto dirinya dengan calon suaminya di media sosial kelompok re-uni sekolahnya.
Engga terlalu mengejutkan Hasann juga, karena ia sadar lingkungan pergaulan yang berbeda antara dia dan Ayu Sari Dewi. Kabarnya kekasih Ayu itu seorang pengusaha jasa penyewaan pesawat terbang pribadi.
''Buat mereka yang perlu pesawat pribadi, misal buat tujuan berobat ke luar negeri, atau tujuan bisnis," kata Suryana teman sekelas sewaktu di klas 6 SD.
"Orang tajir , mobilnya aja mercy ," tambahnya.
Hasann hanya mendengarkan saja, tetap merasa aman dia soalnya orang lain engga ada yang tahu tentang kesukaannya dia sama Ayu, kecuali dirinya sendiri dan Ayu tentunya.
Sesudah Gabriela , kini Ayu Sari Dewi harus di black list dalam daftar wanita idaman di hati Hasann ! hm... .
Seusai jam mengajarnya selesai, terlihat Hasann berjalan menuju parkiran motornya, tapi lagi-lagi dia melihat ibu Ririe dikejauhan yang sedang siap-siap hendak pulang dengan mobilnya. Hasann merasa harus menyapanya , diapun mematung satu-dua detik sampai ibu Ririe melihatnya...dan pas ia menoleh ke arahnya , langsung Hasann melambaikan tangannya dibalas dengan senyum dan lambaian juga dari ibu Ririe.
Rupanya sikap dewasa Hasann ini disukai oleh ibu Ririe, dia pun memberikan klakson kecil ketika hendak meninggalkan area sekolahan , yang lagi-lagi dibalas lambaian tangan yang kali ini lebih tinggi lagi dari Hasann.
di suatu kesempatan selesai menghadiri upacara bendera, "Pak Hasann tinggal di daerah mana sih?" tanya bu Ririe.
"Di Margahayu bu , Bandung Selatan."
"Kalo bu Ririe dimana ?"
"Saya kost pa, dijalan Purnawarman engga jauh dari jalan Riau sekolah kita , main pak Hasann kesana kalo ada waktu ?" ajaknya nyeplos aja tapi dari nada bicaranya terasa seperti mengharapkan. Wajahnya cerah , sambil terus menatap
"Emang ada kos-kosan daerah sana? sebelah mana yaa ?" Hasann bertanya sepertinya tanpa sadar.
"Ooh itu di lokasi rumah makan Mirasa, tau kan pak ? dibelakangnya kan lumayan luas, itu dijadikan tempat kos-kosan sama yang punya," jelasnya.
"Oooh ...enak dong, engga susah kalau mau cari makanan yaa ?"
"Yaaa, tapi mereka buka sampai sore aja kok pak, jam 4 mereka tutup."
"Kalo buat makan malam gimana ?" tanya Hasann.
"Yaaa kadang masak sendiri pa, atau pesan aja gitu, atau pergi keluar dengan teman kos lainnya, engga susah sih daerah sana buat cari makanan." Ia menjelaskan dengan senyumannya yang menggoda sambil memandang Hasann, seakan dia pun bertanya-tanya seperti apa rupanya pribadi pak Hasann ini. Bu Ririe tampak menikmati waktunya ketika ngobrol bersama Hasann, dari nada bicaranya , ia terlihat rileks.
Hasann pun mulai senang ngobrol dengannya, "Ooh gitu...bu Ririe kan dari Semarang yaah ?...kok bisa-bisanya ngajar di Bandung sini bu ?"
"Iya saya memang asal Semarang pak," katanya dengan logat yang sedikit dimainkan, "hehehe saya suka dengan kota Bandung ini, makanya saya merantau kemari," jelasnya.
"Kalo sama cowonya suka engga bu Ririe ?" Hasann mulai mencoba menggodanya sambil tertawa-tawa.
"Hahahaha...bisa aja pak Hasann ini !" katanya sambil menepuk lengannya menoleh menatap Hasann, mengeritkan keningnya dan tersenyum, aneh juga pikirnya lelaki ini.
"Lucu juga yaa pak Hasann ini," katanya sambil tertawa-tawa.
"Memangnya dakocan...? hehehe," balasnya.
Mereka berdua pun tertawa-tawa lepas.
Hasann merasakan kenyamanan dikala ngobrol sama bu Ririe, semua tema pembicaraan diresponnya dengan baik, dari hal yang ringan ecek-ecek hingga hal yang berat dan serius, bisa nyambung ngobrolnya. Ia juga langsung tanggap jika beralih topik.
"Boleh juga," pikir Hasann.
Hasann pun makin akrab berteman dengan bu Ririe.
"Bu Ririiie...!!" sapanya mengagetkan suatu pagi ketika Hasann masuk ruang guru, melihat dia yang sedang tertunduk menulis, "pagi semuaa ! " lanjut Hasann sambil mengangkat tangannya memberi salam ke guru lainnya.
langsung bu Ririe mengangkat kepalanya , menatap Hasann sambil mencibirkan mulutnya, merasa terganggu, bener aneh ini orang pikirnya.
Hasann senang melihat responnya yang cemberut, tanda dia bisa mengajukan suatu permohonan buat mengobati kekesalan bu Ririe,pikirnya.
Siangnya diwaktu jam istirahat mengajar, Hasann mendekatinya dan mengajaknya ngobrol.
"Bu Ririe, kalo yang jualan nasi goreng di Purnawarman bawah itu masih ada engga ya ?" tanyanya.
Ibu Ririe yang lagi sibuk memeriksa lembar jawaban murid-muridnya, menjawab sekenanya , "Ooh engga tau saya pak" katanya singkat, kembali membaca.
Hasann yang rasanya tahu akan sikapnya ini hanya berpura-pura saja, kembali menyambung pembicaraannya.
"Saya nanti malam selesai kuliah, mau mampir kekosan bu Ririe , trus kita makan nasi goreng disana... mau engga ?!" Hasann setengah berbisik langsung nembak aja.
Bu Ririe langsung menengadahkan kepalanya sambil membuka matanya lebar, merasa engga percaya dengan ajakan Hasann yang tiba-tiba ini.
Sambil menggaruk-garuk kepalanya, ia menjawab, "Oooh ...mau engga yaaa ?" katanya kelihatan berfikir gitu.
Ia kembali menatap mata Hasann tajam seakan ingin membaca isi pikirannya, tapi langsung ia menjawab ..."okee bapak Hasann saya tunggu yaa ?" katanya jelas, tapi kemudian ia melanjutkan... "awass aja kalau sampe engga datang !" Ia bercanda sambil memukulkan penggaris ke mejanya.
Hasann pun kembali ke mejanya sambil tersenyum, tapi dia tahu harus menepati omongannya ! atau langsung dianggapnya mempermainkan jika gagal datang.
Di meja kerjanya Hasann kembali menoleh ke arah bu Ririe yang masih tertunduk membaca, dia menunggu dan rupanya bu Ririe merasa ada yang memperhatikan, diapun menoleh ke arah Hasann...mereka tersenyum bersamaan tapi kembali ia memberi kode dengan memukulkan penggarisnya.
Hasann senyum-senyum sendiri, lucu dan berani juga pikirnya.
Malamnya,
"Kayaknya sudah engga jualan lagi deh Pa...tukang nasi goreng dibawah sana," kata bu Ririe sambil menatap Hasann, "temanku bilang sih tadi," ia menjelaskan. Mereka pun duduk di ruang tamu kosannya yang berada dibelakang bangunan rumah makan itu.
"Kalo kita pesan bakmie Gajah Mada mau engga Pak ? tanyanya menawarkan Hasann.
"Ooh boleh apa aja, tapi aku yang bayar ya bu Ririe?" kata Hasann.
Sambil menggerakan tangannya mengulum senyum, ia berkata, "Oooh... tenang aja kalau soal itu pak, kali ini aku yang traktir pak Hasann sebagai tamu," candanya sambil tersenyum gembira.
Hasann senang melihat bu Ririe yang tetap tersenyum gembira meski harus mentraktirnya malam itu. Ia mulai menyukai sifatnya yang tulus.
Merekapun makan bakmi itu sambil berbincang-bincang diteras kosannya.
"Aku sih engga terlalu suka yang pedas ! kata Hasann , sambal secukupnya saja."
"Oooh sama dong, Aku juga engga suka yang pedas-pedas,"katanya sambil menggelengkan kepalanya
"Ooh yaa ? apalagi kalo sudah malam begini, waah bisa protes perutku nanti hehehe," tambah Hasann .
"Bu Ririe hobinya apa sih buat ngisi waktu luangnya ?"
"Pak Hasann, panggil Ririe aja yaa ? engga usah pake ibu kalo disini hehehe, "pintanya sambil senyum.
"Kan aku hormat sama wanita jadi aku panggil ibu... hahaha," jawabnya.
Ririe memiringkan bibirnya, "Iya tapi kalo disini mah panggil Ririe aja !"
"Ririe sayang gitu yaaa ? goda Hasann sambil ketawa.
Ibu Ririe, mendelik sambil cemberut. Bisa juga merayu ternyata orang aneh ini,dalam hatinya.
"Pak Hasann genit iih ," katanya. Langsung disambut dengan tawa yang keras oleh Hasann.
"Hahahahha...kan buat Ririe aja seorang ."
"Udah aaah katanya...gombal !!"
"Hahahaha..." kembali Hasann tertawa terbahak-bahak, yang membuat Ririe jadi ikut senang juga.
Sekitar satu jam kemudian,
"Aku beresin dulu mejanya yaa, pak Hasann mau tambah engga minumnya ? "
"Jangan panggil aku pak juga dong...panggil aja Hasann yaa ?
Riri geleng-geleng kepalanya sambil mengumpulkan kemasan mie dan sampah lainnya, bercanda melulu dipikirnya nih orang.
"Biar aku aja yang buang sampahnya Rie, kata Hasann sambil spontan memegang tangan Ririe diatas meja makan itu. Ririe pun langsung berhenti sejenak menyadari Hasann memegang lengannya. Dia menatap Hasann dan lengannya bergantian.
"Ooh maaf Rie, Hasann melepaskan genggamannya...biar aku yang beresin mejanya..."katanya niat sekali, sambil terus mengumpulkan sampahnya.
"Buang dimana ini ?" tanyanya.
"Diluar ada tong sampah besar San, buang disitu aja. Setiap hari Senin dan Kamis diambil truk sampah."
Suara Ririe menyebut namanya terasa lembut masuk dihati hati Hasann. Ia pun seakan jadi anak yang baik, menuruti perintahnya.
Sejenak mereka kembali duduk , sudah tersedia lagi secangkir teh buat Hasann.
"Diminum San tehnya mumpung masih hangat," kata Ririe.
"Iyaa" jawab Hasann tapi bukannya minum tehnya, ia malah diam menatap Ririe , sebentar ia mengusap dagunya dan menghembuskan nafasnya agak perlahan.
"Kenapa...? ada apa San ?" tanya Ririe...sepertinya ada hal yang Hasann keluhkan.
"Oooh engga ada apa-apa, sebaiknya aku pulang sekarang ya Rie, sudah cukup malam juga nih, nanti lain waktu kita sambung lagi," kata Hasann.
"Ooh mau pulang aja ?" ucap Ririe agak kaget, karena terasa Hasann terburu-buru gitu, "kamu engga kapok kemari 'kan San?" tanyanya lagi Ririe agak khawatir atau sekedar basa-basi Hasann engga terlalu paham.
Hasann engga menjawab ia berdiri begitu juga dengan Ririe.
Hasann mendapati Ririe yang terus memandang kearahnya sambil sedikit senyum. Masih bertanya-tanya dalam hatinya mungkin ada yang salah dengan dirinya.
Hasann pun balik memandangnya dan sekilas melihatnya secara keseluruhan dari atas kebawah kakinya dan kembali ke atas. Sepertinya ia sedang mengukur tinggi badannya yang serasa ideal jika berpasangan dengannya.
Ririe yang sadar sedang ditatapnya sejenak jadi tersipu malu dan menolehkan sedikit mukanya kesamping.
Cantik juga dan aku suka hidungnya yang sedikit mancung, dan lesung pipitnya, dalam hatinya Hasann. Dan tanpa direncanakan, spontan ia melangkah mendekat dan dengan cepat ia mengecup pipi kirinya.
"Aku pulang dulu yaa !" katanya tegas dan tanpa menghiraukan Ririe yang lagi bengong melongo, Hasann pun berjalan menuju motor kesayangannya.
Sepanjang perjalanan pulang pun ia terus memikirkan aksi nya tadi mencium pipi Ririe, hm kok aku bisa juga seperti itu ? pikirnya.